CHAPTER 14

1.9K 267 14
                                        

Rosie's Point Of View

"Kau yakin ingin sekolah?"ujar Niall di seberang sana. Ya, aku sedang bertelepon ria dengan Niall. Entah kenapa, akhir-akhir ini Niall peduli padaku. Bukan peduli pura-pura. Peduli sungguhan.

"Ya. Lagipula aku tidak sakit apa-apa,"kataku. Aku menjepit handphone dengan bahu dan telingaku sambil mengoleskan selai cokelat di roti milik Camille. Ibu sudah bekerja, dan aku harus menyiapkan sarapan untuk Cam.

"Okay, ku jemput 15 menit lagi,"katanya tiba-tiba.

"Tidak perlu, Ni. Aku bisa ke sekolah sendiri,"tolakku.

"No. You're my girlfriend, okay?"

"Pardon, pacar pura-pura,"kataku, menekan kata 'pura-pura'.

"Yayaya, sudah, siap-siap sana. I love you,"ujarnya lalu memutuskan sambungan telepon kami.

Wait, what did he say?

***

"Niall, apa kau keberatan kalau kita mengantar Camille dulu?"tanyaku saat Niall sudah menunggu di mobil.

"Tapi kita sudah telat."

"Ya karena kita sudah telat jadi mengapa kita harus cepat-cepat ke sekolah? Sekalian saja bolos jam pertama."

"Ya, Okay, Kita mengantar adikmu dulu, cepat naik,"ucapnya.

Aku pun berlari masuk rumah dan melihat Cam sedang memakai sepatunya.

"C'mon Cam, aku akan mengantarmu dulu,"kataku. Cam melihatku bingung.

"Naik apa?"tanyanya.

"Naik mobil temanku. Let's go! Dia sudah menunggu,"Aku mengambil tas ku, tas Cam, dan jaketnya yang menggantung di belakang pintu kemudian menunggunya keluar.

Setelah itu, Aku dan Cam memasuki mobil Niall. Cam duduk di belakang semdirian sedangkan aku duduk di samping pengemudi.

Suasana di mobil canggung sekali. Lebih canggung ketika Cam bertanya, "Rose, ini bukan lelaki yang semalam kerumah kan?"

Aku menoleh pada Niall yang sedang melihat ke arahku juga. Seperti meminta penjelasan.

"Bukan, Cam. Itu Zayn. Temanku juga,"ujarku. Memelankan sedikit suaraku saat menyebut nama Zayn. Tidak ingin membuat Niall tersinggung.

Entahlah, walaupun aku tidak tahu perasaannya padaku, tapi aku merasa kalau sikap Niall berubah sekarang. Menjadi lebih baik. Intinya, aku tidak mau ia tersinggung dan mengubah sikapnya lagi padaku.

"Zayn kerumahmu semalam?"Tanya Niall. Ia menoleh sebentar, menatapku penuh selidik, lalu mengalihkan pandangannya lagi ke jalanan.

"Ya. Dia mengantarku pulang dari rumah sakit dan tinggal sampai malam,"kataku. Niall mendengus.

Ada apa dengannya? Apa dia cemburu?

Hush, Rosie. Tidak usah banyak berharap.

Apa? Aku mengharapkan Niall untuk cemburu? Pasti ada yang salah dengan otakku hari ini.

***

Aku mengunyah burger ku dengan lahap. Begitupun dengan Niall. Dia tengah menghabiskan burger ke duanya sekarang.

Setelah mengantar Camille ke sekolah, kami memutuskan untuk pergi ke Cafe sebentar sebelum ke sekolah. Itu terjadi karena Niall mendengar suara perutku saat kami dalam perjalanan menuju sekolah.

Bisa kau bayangkan betapa malu nya aku saat dengan tiba-tiba perutku berbunyi. Membuat Niall tergelak dengan sangat puas. Aku melihat Niall yang tertawa tiba-tiba ikut tertawa bersamanya, menertawakan diriku sendiri. Bodoh memang.

"Sudah selesai, Rose?"Tanya Niall. Ia sedang mengelap mulutnya dengan tisu dan kemudian meminum coke nya.

"Sudah. Mau pergi sekarang?"ajakku.

"Burgermu belum habis. Habiskan dulu."

"Aku bisa melanjutkannya nanti di mobil."

"Tidak, di mobilku tidak boleh ada yang makan kecuali aku. Habiskan saja dulu,"ujarnya. Huh Horan sialan.

"Yasudah. Silahkan menunggu kalau begitu."Aku kembali memakan burgerku dengan cepat, tidak ingin membuat Niall menunggu lama-lama.

"Kau ini kelaparan ya? Makannya jangan buru-buru. Kalau tersedak bagaimana?"omel Niall. Yeh, aku kan makan cepat biar kau tidak menunggu lama.

Aku tidak menanggapi omongannya dan tetap memakan burger ku yang sudah tinggal sedikit ini. Tapi perutku sudah kenyang.

"Ni."

"Ya?"

"Kau mau habiskan burgerku tidak? Aku kenyang,"ujarku sambil menyodorkan burgerku padanya.

"Masa makan burger satu saja tidak habis. Habiskan dong. Kau kan baru pulang dari rumah sakit. Kalau sakit lagi bagaimana?"omelnya lagi. Haduh, kenapa hari ini dia bawel sekali sih.

"Iya tapi aku sudah kenyang. Dan aku tidak akan sakit karena tidak menghabiskan burger, Niall Horan. Nih ah, aku kenyang,"Aku memaksa Niall menganbil burgerku dengan menarik tangannya agar memegang burgerku. Niall memutar bola matanya dan mulai memakan burgerku.

Aku mengelap sekitaran bibirku dengan tisu. Aku melihat Niall yang sudah selesai memakan burger sisaku tadi. Ini anak umur berapa sih yang sedang duduk dihadapanku? Mengapa makan burger saja sausnya ke mana-mana?

Aku pun mengelap bibir Niall. Membuatnya melihat ke arahku yang juga sedang melihat ke arahnya. Mata birunya itu menatapku. Indah sekali ya matanya.

Kami bertatapan cukup lama. Tanganku juga masih ada di bibirnya. Tiba-tiba aku merasakan tatapan Niall turun ke bibirku. Ia menatap ke mata dan bibirku bergantian. Dan pada akhirnya, entah siapa yang memulai, bibir kami bertemu.

***

Niall's Point Of View

(asik jarang kan ada Niall's POV:p)

Bodoh bodoh Niall kau sangat bodoh! Bisa-bisanya kau mencium Rosie tadi. Lihat akibatnya, selama perjalanan ke sekolah Rosie tidak mau berbicara padaku.

Apasih yang membuatku menciumnya tadi? Aku juga bingung sendiri.

Memang sih, belakangan ini, perasaan ku pada Rosie mulai berubah. Aku sudah tidak melihatnya sebagai Rosie yang biasa di bully oleh geng ku. Aku tidak tahu apa ia merasakan perubahan sikapku padanya. Tapi semoga saja tidak, karena aku sendiri pun tidak tahu mengapa aku menjadi seperti ini.

Dan anehnya, aku merasakan seusatu yang panas di dalam diriku saat Rosie bilang Zayn mengantarnya kemarin dan tinggal di rumahnya sampai malam. Maksudku, dia pacarku, okay? Walaupun cuma pura-pura but still, she's my girlfriend.

Sudah 2 minggu terhitung aku 'berpacaran' dengan Rosie. Dan entah mengapa, semakin hari aku semakin mengubah sikapku padanya. Mengubah cara pandangku terhadapnya.

Oh bahkan, aku pernah menyesali perbuatanku dan gengku kepadanya.

"Niall kau ingin sekolah atau tidak sih?"Serunya tiba-tiba.

"Tentu saja, memang kenapa?"

"Sekolah kita sudah terlewat tadi. Kau ini melamun terlalu lama ya. Jam pertama sudah hampir habis, aku tak ingin melewatkan ujian ku di kelas musik nanti,"katanya.

Aku melongo, segitunya kah? Aku memikirkan hubunganku dengannya tadi?

Niall Horan, ada apa denganmu?

--------
[A/N]: gamau banyak cingcong. Bsk uub. Ok gangaruh.

Dandelion // z.m [EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang