Song of the chapter:
If I Could Fly - One Direction
Love You Goodbye - One Direction
Stitches - Shawn Mendes
Breakeven - The Script
You Ruin Me - The Veronicas
Enjoy!!
------------------------------------------------------------
Rosie's Point of View
Hatiku senang sekali. Tadi saat pagi-pagi, Harry menjemputku dan Camille. Ia juga mengantarkan Cam dulu ke sekolahnya baru setelah itu kami pergi ke sekolah bersama-sama. Sepagian ini Harry terus berkata-kata manis yang membuatku tersenyum dan merona.
Kini aku berjalan menuju kelas Biologi, kelas pertamaku.Harry sedang bergabung dengan teman-temannya di cafetaria tadi. Anehnya, tidak ada Zayn di sana.
Apa yang terjadi akhir-akhir ini membuatku bingung. Maksudnya, dulu, Zayn tidak pernah absen dalam acara berkumpul di sekolah. Di mana ada Zayn, pasti ada Harry, Niall, Louis dan Liam. Yang aku tahu dulu sebelum aku dekat dengan Niall ataupun Zayn ataupun Harry, mereka biasa berkumpul di cafetaria di meja mereka biasa berkumpul, yaitu meja paling tengah. Keberadaan meja mereka itu tentu saja mengundang banyak perhatian. Apalagi dengan siapa yang duduk di situ. One Direction. Siapapun yang bersekolah di sini pasti tahu One Direction.
Sempat beberapa kali terpikir olehku bahwa akulah penyebab One Direction sudah tidak seakrab dulu. Pikiran itu tiba-tiba datang saat aku sedang membaca novel tentang persahabatan yang rusak hanya karena seorang gadis. Aku merasa bahwa, setelah tahu Zayn mencintaiku dan kenyataan bahwa sekarang aku bersama dengan Harry setelah sebelumnya aku dekat dengan Niall, One Direction sudah tidak seakrab dulu. Mungkin saja semuanya di mulai karena perasaan Zayn padaku yang membuatnya tidak suka melihatku berada di dekat Niall. Aku ingat saat itu Zayn menamparku saat aku bilang aku berpacaraan dengan Niall. Aku sangat marah waktu itu. Namun kini aku mengerti. Zayn seperti itu karena ia mencintaiku. Aku mengerti perasaannya sekarang.
Lalu, aku teringat tentang Zayn yang sikapnya berubah perlahan saat aku dekat dengannya setelah aku 'putus' dengan Niall. Ia menjadi lelaki yang lebih baik. Ia menunjukkan sekali kalau ia mencintaiku. Ia memperlakukanku dengan lebih baik, tidak seperti dulu. Yang mana ia sering sekali membullyku. Bahkan aku sampai dipecat dari pekerjaanku karenanya.
Dan terakhir, aku mengingat bagaimana sikap Zayn setelah kami bertengkar. Kami benar-benar seperti orang yang tidak saling mengenal. Terus seperti itu sampai aku dekat dengan Harry lalu berpacaran dengan Harry. Zayn benar-benar marah saat dia tahu aku dekat dengan Harry. Aku masih ingat saat ia menarikku ke mobilnya dan bilang bahwa aku harus menjauhi Harry. Lalu aku ingat lagi saat Zayn berbicara denganku di depan rumah Harry saat malam ulang tahun Harry. Ia bilang bahwa Harry dan Louis sedang taruhan tentangku.
Tiba-tiba taruhan itu muncul di kepalaku.
Apakah Harry benar-benar melakukan itu?
Tapi kalau iya, kami sekarang sudah berpacaran. Dan tidak terjadi apa-apa.
Jadi menurutku, Zayn hanya berusaha membuat Harry terlihat jelek di mataku.
Maaf Zayn, tapi usahamu itu tidak berhasil. Aku terlalu mencintai Harry.
***
KRIIIING!!
Bel berbunyi tepat setelah aku mengirimkan pesan lepada Harry untuk menungguku di cafetaria karena aku harus berbicara kepada guru Bahasa Spanyol-ku dulu. Aku membereskan binderku dan membawanya sembari aku mencari Mr. Alberto, guru Bahasa Spanyolku. Mr. Alberto berambut hitam, berperawakan tinggi dan sedikit berjanggut. Ia termasuk dalam kategori guru muda yang asik diajak berbicara. Jadi aku tak sungkan jika ingin menanyakan sesuatu tentang pelajaran padanya walaupun itu di luar jam pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion // z.m [EDITING]
RandomThere are times when we have to stop lying to ourself. No matter how we try to continue to lie, lie it will be seen by itself, without us knowing.