CHAPTER 30

1.5K 212 7
                                    

Rosie's Point of View

Harry menepikan mobilnya di depan rumahku. Aku segera keluar dari mobil dan membantu Ibu mengambil belanjaan di bagasi. Harry ikut keluar dari mobil dan mengambil kantong plastik dari tangan Ibuku jadi Ibuku hanya menggandeng Camille.Ibu membuka pintu rumah yang terkunci dan kami semua masuk. Aku segera ke dapur untuk menaruh belanjaan di counter, begitupula Harry.

"Um, siapa tadi nama temanmu Rosie?"tanya Ibu pelan.

"Harry,"jawabku.

Ibu menoleh ke Harry yang sedang menata kantong belanjaan di counter. "Harry, kau tidak perlu melakukan itu. Biar aku saja. Rosie, buatkan minum untuk Harry,"ujar Ibu. Aku menggumamkan kata 'ya' dan kemudian mengambil gelas ke dekat kulkas. Aku melihat isi kulkas dan menemukan sebotol jus apel yang masih banyak. Aku menuangkannya ke dalam gelas dan memberikannya pada Harry.

"Thanks,"ujarnya singkat lalu meminum jus apelnya. Aku hanya mengangguk dan keluar dari dapur untuk menemani Cam menonton tv. Baru juga aku mendaratkan bokongku di sofa, Ibu sudah berteriak lagi.

"Rosie! Kemari! Bantu Ibu membuat makan malam untuk kita!"

Dengan malas aku bangkit dari sofa dan pergi ke dapur. Harry duduk di kursi makan sambil memegang gelasnya.

"Kau tidak pulang?"tanyaku.

"Minumnya belum habis,"ujarnya.

Tiba-tiba Ibu menghampiri kami berdua. "Harry, kau ikut makan malam saja ya disini. Anggap saja sebagai ucapan terimakasih kami karena kau telah membantu kami,"ujar Ibu.

Harry tampak kaget dengan tawaran Ibu. Lalu ia menoleh ke arahku. "Apa?"tanyaku karena bingung ia tatap.

"Boleh aku ikut makan malam disini?"tanya Harry.

"Terserah kau saja,"ujarku cuek. Aku mengangkat bahuku lalu pergi ke dekat kompor membantu Ibu merajang bawang.

"Kalau begitu aku akan makan malam disini jika tidak merepotkan, Mrs. Meverdeen,"ujar Harry sok manis. Ibuku tersenyum dan menggeleng. Halah, andaikan saja dia tahu bagaimana Harry di sekolah.

Harry tersenyum sopan pada Ibu lalu tersenyum miring padaku. Sialan.

"Harry, daripada kau berdiri disitu lebih baik kau menemani adikku di ruang tv. Sana,"ujarku. Harry mengangguk lalu pergi dari dapur.

Aku menyuci bawang bombai dan memotongnya. Disampingku ada Ibu yang sedang merebus pasta.

"Rosie,"panggil Ibu. Aku hanya menggumamkan 'apa'. "Aku menyukai temanmu itu. Dia sopan kelihatannya. Habis itu, dia juga baik. Well, tidak semua remaja sekarang mau mengantarkan teman bersama keluarganya pulang,"ujar Ibu.

"Dan tidak semua remaja sekarang baik di sekolahnya." Aku memutar mata lalu menaruh rajangan bawang bombaiku di mangkuk. "Sudah. Mana lagi yang harus ku kerjakan?"tanyaku.

"Apa maksudmu? Harry baik tahu,"ujar Ibu.

Aku menghela napas. "Terserah Ibu sajalah."

***

Suara dentungan sendok dan garpu mengisi ruang makan kecil kami. Aku, Harry, Camille, dan Ibuku sedang menikmati makan malam bersama. Malam ini, Ibu membuat fussili dengan saus alfredo.

"Harry, dimana kau akan melanjutkan kuliah nanti?"tanya Ibuku.

"Aku belum punya tujuan dimana. Tapi sepertinya aku akan mengambil hukum atau bisnis, Ma'am,"ujar Harry.

Dandelion // z.m [EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang