Rosie's Point of View
"Rosie, besok kau tidak usah ke butik ya. Aku mau mengajakmu makan malam,"ujar Harry tiba-tiba. Nafasnya menggelitik bahu telanjangku. Well, aku masih berada di pesta ulang tahunnya, tepatnya duduk di pangkuannya.
Setelah aku berciuman dengan Harry tadi, aku tidak menemukan Zayn dimana-mana. Sepertinya ia pulang. Aku tidak tahu. Aku juga tidak peduli.
Kau peduli.
Batinku menjawab. Sialan."Iya, akan aku usahakan."
Harry merengek. "Jangan diusahakan. Kau harus bisa. Besok malam akan menjadi malam yang special untuk kita. Jadi kau tidak boleh bekerja. Kalau perlu aku yang akan bilang pada Jade sekarang juga." Harry hendak bangkit tapi aku menolak untuk berdiri dari pangkuannya, menahannya.
"Iyaiya! Besok aku tidak bekerja, puas?"ujarku gemas. Harry tersenyum bak seorang anak kecil yang tidak berdosa.
"Puas sekali Rose,"ujarnya dan ia mengecup bahuku sekali.
Aku mulai bosan. Pesta ini tidak menarik. Yang kami lakukan daritadi hanya duduk, minum, mengobrol, bermain truth or dare sebentar, lalu duduk lagi, minum lagi dan seterusnya.
Bukannya aku tidak menikmati pesta ini. Aku menikmatinya, sungguh. Hanya saja.. ada satu hal yang masih mengusik pikiranku.
Dimana Zayn?
***
Esoknya, aku bangun dengan badan pegal-pegal. Pesta semalam berakhir jam 2 dan aku baru sampai rumah jam setengah 3. Bahkan aku masih memakai bajuku semalam.
Aku mendengus. Mengapa pula hari ini harus ada sekolah. Tapi mau tidak mau aku beranjak dari kasurku dan pergi ke kamar mandi.
Whoa. Aku terkejut sendiri saat melihat penampilanku di kaca. Aku terlihat mengerikan. Rambutku tidak beraturan dan mencuat kemana-mana. Mataku memiliki kantung mata karena kurang tidur semalam, dan.. dandananku hancur.
Aku menggendikan bahu tidak peduli dan mulai mandi seperti biasa.
Saat aku sudah selesai mandi, aku mengambil sebuah tshirt putih bergambar dan ripped jeans. Lalu aku mengepak buku-buku yang harus aku bawa dan tidak lupa memakai sepatuku sebelum ke luar kamar.
"Hi Camille,"sapaku pada Camille yang sedang menonton acara Barbie. Aku kemudian menghampiri ibuku yang sedang menuangkan susu di sereal. "Pagi, bu."
"Pagi Rosie. Kau tampak ceria sekali hari ini. Ada apa hayooo?"tanya ibuku main-main. Aku hanya tertawa dan menggeleng.
"Aku akan mengantar Camille dulu ke sekolahnya sekarang. Dia sudah siap?"tanyaku.
"Sudah. Tolong pakaikan sepatunya ya. Kau pulang jam berapa hari ini?"
"Aku ada janji dengan Harry. Mungkin aku pulang agak malam. Apa Camille tidak ada yang menemani di rumah? Kalau begitu aku bisa membatalkan janjiku dengan Harry. I'm sure he won't mind," ujarku sedikit tidak rela. Ya tapi mau bagaimana lagi, kalau memang Camille sendirian nanti malam lebih baik aku di rumah menemani Camille.
Ibuku tertawa kecil. "Tidak Rosie! Ibu akan pulang lebih cepat hari ini. Kabar baiknya, ibu sudah tidak lagi menjadi karyawan biasa! Sekarag ibu menjadi branch manager!" ujar Ibuku. Aku memeluk ibuku senang. "Akhirnya penghasilan ibu bisa bertambah.. Kau bisa berhenti bekerja pada butik Jade kalau kau mau." Ibu tersenyum dan memegang bahuku.
Aku menimbang-nimbang tawaran ibu untuk berhenti bekerja. Hmm, enak sih, aku tidak usah capek-capek melayani pembeli di butik sepulang sekolah. Tapi rasanya tidak enak sekali jika hanya bergantunh pada ibuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion // z.m [EDITING]
RandomThere are times when we have to stop lying to ourself. No matter how we try to continue to lie, lie it will be seen by itself, without us knowing.