Rosie's Point of View
"Mom, aku harus berangkat pagi hari ini, dan aku tidak bisa mengantar Camille terlebih dahulu. Bisa kau antar dia?"tanyaku pada ibuku. Aku memang harus berangkat pagi jari ini. Zayn bilang ada yang belum selesai dari sketsa wajahku yang ia buat untuk tugas kami berdua. Makanya kami harus menyelesaikannya pagi ini.
"Tentu saja, Rose. Kau pergi saja dulu. Aku akan mengantar Camille ke sekolahnya,"ujar Mom. Aku mengangguk dan terdenyum kemudian mengambil tasku yang tergeletak di meja makan. Aku mencium pipinya kemudian berlari ke pintu. "Hati-hati, Rosie!"
Aku terdiam melihat mobil hitam di depan rumahku. Harry lagi, Harry lagi. Apasih maunya?
Aku mendecak dan menghampirinya. Aku mengetuk jendela kursi penumpangnya yang tentu saja langsung ia buka. Ia memamerkan senyum cheeky-nya yang kubalas dengan putaran bola mata. "Ada apa?"ujarku ketus.
"Whoa, santai babe. Masih pagi, jangan marah-marah. Aku hanya ingin berangkat bersamamu,"ujarnya.
"Tidak terimakasih. Aku masih bisa naik bus." Aku langsung meninggalkan mobilnya itu dan pergi ke halte bus.
Perjalananku ke halte bus akan lebih tentram jika saja Harry dan mobilnya itu tidak menghampiriku secara tiba-tiba. "Apalagi sih?!"
"Naiklah, Rosie!"
"Aku.tidak.mau!"tekanku. Ia memutar mata tapi tidak menghilangkan cengiran menyebalkannya itu.
"Playing hard to get, eh?"ujarnya iseng. Aku menghiraukannya dan lanjut berjalan.
Tiba-tiba mobilnya sudah ada di sampingku pagi. "Kau tahu, Rosie, disini ada tumpangan gratis dan kau malah memilih bus. Padahal mobilku ini kan dingin, dan kau tidak perlu sempit-sempitan seperti di bus. Kecuali jika kau mau aku pangku,"godanya.
"Harry Edward Styles, stop mengikutiku dan biarkan aku berjalan dengan tenang karena aku harus menemui Zayn sekarang!"ujarku sedikit membentak. Masa bodoh mau dibilang kasar atau apa, aku kesal dengannya.
"Nah! Itu dia! Kalau kau ikut denganku, kau bisa lebih cepat sampai di sekolah. Dan bertemu Zayn,"ujarnya.
"Sekali tidak tetap tidak, Harry."
"Rosie ayolah jarang-jarang kan aku menawarkanmu tumpangan gratis?"
Aku menggeram kesal. Bocah itu tidak akan berhenti sampai aku mau menurutinya. Jadi dengan kesal aku naik ke mobilnya dan membanting pintu dengan keras. "Puas?"
"Puas sekali, babe,"godanya. Lalu ia menjalankan mobilnya dengan cepat ke arah sekolah.
Perjalanan kami hening. Sebenarnya aku yang membuat keheningan. Karena Harry sedari tadi sudah mengajakku berbicara tapi hanya kuanggapi dengan "oh", "iya", dan "tidak". Dan sepertinya bocah itu mulai menyerah dan tidak mengajakku berbicara lagi.
Ketika kami sudah di dekat sekolah, aku meminta Harry untuk menghentikan mobilnya.
"Kenapa? Sekolah masih di depan, Rosie. Apa kau mengigau?"ledek Harry.
"Buka kunci mobilnya,"perintahku. Harry melakukan apa yang kusuruh dan aku segera keluar dari mobilnya. "Thank you,"ujarku sebelum aku menutup pintu mobilnya dan berjalan ke sekolah sendirian.
Aku hanya tidak mau orang-orang melihatku datang bersama Harry. Sudah cukup Zayn dan Niall saja yang dipandang dekat denganku.
***
"Hey Zayn,"sapaku. Aku mengambil tempat duduk di sebelah Zayn. Tapi aku memiringkan sedikit tubuhku jadi kami seperti berhadapan. Kami berada di cafetaria seperti biasanya. Mau dimana lagi? Sistem sekolah kami ini moving class, aku tidak punya kelas tetap. Bisa sih, aku berdiam di kelas Math, kelas pertamaku. Tapi aku malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion // z.m [EDITING]
DiversosThere are times when we have to stop lying to ourself. No matter how we try to continue to lie, lie it will be seen by itself, without us knowing.