CHAPTER 27

1.7K 225 29
                                    

Rosie's Point of View

Aku bangun dengan mata yang sakit. Mungkin karena aku mnangis terlalu banyak semalam. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling kamarku. Ternyata kejadian semalam itu nyata.. bukan hanya mimpi.. Aku benar bertengkar dengan Zayn..

Aku menghela nafas dan turun dari tempat tidurku untuk mandi. Aku menoleh ke sebelah kiri. Camille masih tidur. Aku harus membangunkannya.

Aku mengusap-usap pipi Cam dengan lembut. Astaga dia lucu sekali saat sedang tidur seperti ini. "Hey.. Camille bangun, sudah pagi.."

Ia bergerak, tapi tidak membuka matanya. Aku masih mengusap-usap pipinya. "Camille, bangun, kau tidak mau telat sekolah kan?"

Aku menghela nafas. Camille masih belum bangun. Tidak biasanya ia susah dibangunkan seperti ini.

"Babygirl, aku akan membelikanmu cokelat nanti jika kau bangun sekarang. Ayo bangun.."

Seakan-akan kalimatku barusan adalah mantra ajaib, Camille langsung membuka matanya dan tersenyum lebar. "Benar ya, kau akan memberiku cokelat?"

Duh, dasar anak kecil..

Aku mencubit pipinya gemas. "Iya. Sekarang kau mandi di kamar ibu ya. Aku mau mandi di sini. Sana,"ujarku. Camille melompat dari tempat tidur dan berlari keluar kamarku. Kemudian aku mandi untuk membersihkan tubuhku sendiri.

***

Matahari pagi ini cerah sekali. Aku sampai harus menutup wajahku sedikit karena saking cerahnya. Saat ini, aku sedang menunggu lampu merah karena ingin menyeberang ke sekolah dari halte bus sehabis mengantar Camille ke sekolah.

Sebetulnya aku mempunyai feeling tidak baik di hatiku. Entah apa. Tapi tiba-tiba saja otakku mengatakan kalau feeling buruk ini tentang Zayn.

Zayn..

Aku tidak yakin aku siap untuk bertemu dengannya. Tapi disisi lain, aku ingin bertemu dengannya dan menjelaskan semuanya. Bahkan jika dipaksa jujur mengatakan aku mencintainya juga aku mau.. Daripada aku bertengkar seperti ini dengannya?

Ketika aku sampai di sekolah, pas sekali bel berdering. Aku membuka binderku yang kupegang, mengecek jam pertamaku. Ternyata jam musik. Dan syukurlah aku ingat kalau aku tidak sekelas dengan Zayn di jam musik.

Aku cepat-cepat menaruh barang-barangku di loker dan mengambil seperlunya saja. Lalu aku pergi ke ruang musik yang dekat dengan tempatku berada sekarang.

"Rosie,"panggil seseorang. Aku berhenti dan menoleh dan ternyata itu Louis. Pantas saja aku seperti mengenali suaranya yang agak cempreng ini.

"Apa?"

"Kau ada masalah dengan Zayn ya?"tanyanya. Duh dia tahu darimana..

"Tahu darimana?"tanyaku.

"Dari Zaynlah. Semalam dia curhat tentangmu,"ujarnya. "Dengar ya, Rosie. Aku harusnya tidak mengatakan ini tapi kurasa kau harus tahu agar kau tidak terlalu sakit hati nanti saat melihatnya."

Aku sontak memgerutkan dahiku. "Melihat apa?"

"Zayn akan menjadikan Isabella sebagai pacarnya hari ini. Dia akan melakukannya di kantin saat jam makan siang. Aku harap kau tidak melihatnya atau kau akan sakit hati,"ujar Louis dengan serius. Sungguh, aku baru kali ini melihat Louis se-serius ini.

Isabella? Apakah yang dimaksud itu adalah Isabella Lynskey? Perempuan berambut pirang-lebih seperti berwarna orange menurutku itu? Yang pernah sekelas denganku di kelas sosial?

"Isabella Lynskey maksudmu?"tanyaku. Louis mengangguk.

Kenapa ya, aku merasa tidak rela mendengar Zayn akan meminta Isabella untuk jadi kekasihnya hari ini? Maksudnya, kalau memang ia benar mencintaiku, mengapa ia malah begini?

Dandelion // z.m [EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang