Rosie's Point of View
Ah dasar Rosie bodoh! Bodoh bodoh! Dasar gadis tidak tahu diuntung! Masih untung Zayn mau mencintaimu malah kau bilang tidak boleh?
Ingin rasanya aku membenturkan kepalaku ke tembok sekarang juga kalau aku tidak sayang kepada kepalaku ini.
Dan aku tidak ingin gegar otak.
Fuck... Aku membuat kesalahan yang sangat besar...
Kenapa sih tadi aku tidak bilang 'aku mencintaimu juga Z' dan semuanya tidak akan menjadi se rumit ini.
Kenapa mulut bodoh ini malah mengatakan 'tidak boleh'?!
Apa mungkin... mulutku ini mengatakan sesuatu yang benar. Maksudku, aku dan Zayn jelas berbeda. He deserves better. Dia pantas mendapatkan gadis kaya raya seperti Perrie bukan gadis miskin sepertiku. Dan dia juga pantas mendapatkan gadis yang memiliki jadwal sorenya kosong untuk diajak pergi bukan gadis yang harus part-time sepertiku.
Aku dan Zayn berbeda. Dan sepertinya kami tidak bisa bersatu.
Tapi, apa yang harus aku lakukan ketika bertemu dengannya di sekolah besok?
Semuanya terasa berputar-putar di kepalaku dan aku tidak bisa menemukan jawabannya.
Zayn.. aku harap ini semua hanya mimpi buruk...
***
Esok harinya, aku hanya menatap makan siangku yaitu chicken steak. Aku sedang tidak nafsu makan. Aku duduk sendiri, seperti dulu. Jelas lah, aku tidak memiliki teman disini selain Niall dan Zayn.Hari ini aku belum bertemu dengan Zayn sama sekali. Melihatnya saja tidak. Dia kemana ya?
Tiba-tiba saja suasana cafetaria yang tadinya ramai menjadi sepi. Aku mengarahkan pandanganku ke pintu masuk cafetaria, dimana One Direction sedang memasuki cafetaria. Oh, pantas saja cafetaria menjadi sepi.
Aku merindukan suasana ini. Dimana aku seperti tidak mengenal mereka dan takut untuk bertemu mereka. Rupanya, kedekatanku dengan Niall dan Zayn membuatku lupa kalau mereka itu Bad Boys yang aku takuti dulu.
Aku melihatnya. Berjalan di antara Louis dan Liam. Hari ini dia memakai beanie hitam, jaket kulit, dan jeans hitam seperti biasanya. Dan jangan lupakan wajah tampannya itu.
Apa-apaan kau ini Rose.
Mataku tak berhenti menatapnya yang berjalan mendekat. Hah? Mendekat?!
"Hey, Rose,"sapa Niall yang tiba-tiba duduk di depanku. Liam dan Louis mengambil tempat di sebelahku sementara Harry duduk di sebelah Niall.
Satu lagi yang kurang.
Zayn belum duduk. Dia masih berdiri di dekat meja ini, tepatmya di belakang Niall. Dan mata tajamnya itu melihat ke arahku.
"Mate? Kau tidak mau duduk?"tanya Harry.
Zayn seperti tersadar dan kemudian mengambil tempat di sebelah Harry.
Untung saja sebelahku sudah diisi oleh Liam.
Suasana begitu canggung. Liam, Louis, Niall, dan Harry mengobrol asik. Tapi seperti biasanya yang aku ikut mengobrol dengan mereka. Dan Zayn juga diam saja dan malah menatapku terus dengan tajam.
Aku memutuskan untuk berpira-pura menikmati makananku dan mengalihkan pandanganku dari Zayn.
"Harry, aku ingin mengambil makanan, kau ikut tidak?"ajak Liam. Harry mengangguk lalu mereka berdua pergi.
Meja menjadi sepi sekali. Aku tetap pada makananku sedangkan yang lainnya aku tidak tahu.
"Lou, tadi kita sudah memesan kentang goreng kan ya?"tanya Niall.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion // z.m [EDITING]
AcakThere are times when we have to stop lying to ourself. No matter how we try to continue to lie, lie it will be seen by itself, without us knowing.