Rosie's Point of View
"Zayn."
"Zayn."
"Zaaayn!"
"Zayn Freaking Malik!"
"Apa?"jawabnya acuh. Aku menggeram dalam hati. Sudah setengah perjalanan pulang ke rumahku tapi Zayn tidak mengucapkan apa-apa. Aku mulai berfikir kalau ia marah padaku.
Tapi kenapa?
"Kau marah ya?"ucapku takut-takut.
Zayn menoleh sebentar, lalu mengembalikan pandangannya ke jalanan. "Kenapa aku harus marah?"tanyanya.
"Pertama, wajahmu sekarang jutek. Kedua, kau mendiamkanku daritadi. Aku salah apalagi, Zayn?"tanyaku.
"Kau tidak akan mengerti meskipun aku memberi tahumu."
"Then tell me! Bagaimana aku bisa mengerti kalau kau sendiri tidak memberi tahuku?"ujarku sedikit memaksa. Bagaimana pun aku kan ingin tahu juga.
"Belum tepat waktunya, Rosie.."ujar Zayn pelan, tapi aku tetap bisa mendengarnya.
"Apanya yang belum tepat, Zayn? Ah kau bicara seakan-akan kau ingin memberi tahu sesuatu yang penting sekali,"gerutuku.
"Memang penting sekali Rosie.. tapi aku juga belum tahu pasti. Makanya aku tidak mau memberi tahumu dulu,"ujarmya. Zayn semakin membuatku tidak mengerti.
Aku mengangkat bahu, "Sudahlah, aku tidak mengerti."
Zayn diam saja, dia fokus menyetir. Lagipula hari sudah lumayan gelap, kan bahaya kalau tidak hati-hati seperti ini.
Sisa perjalanan menuju rumahku hanya diisi oleh alunan musik dari radio dengan volume kecil. Aku merasa sangat mengantuk.. manalagi lagu yang diputar sekarang nadanya sedih.. aku jadi tambah mengantuk.
Dan tak lama kemudian aku merasakan mataku mulai memejam..
***
Zayn's Point of View
Aku menatap gadis yang tertidur di sebelahku ini. Bagaimana ini? Sudah sampai rumahnya tapi ia belum bangun. Akupun juga tidak tega untuk membangunkannya.
Ya tuhan..
Mengapa ada sesuatu yang kurasakan ketika bersama Rosie?
Ada apa sebenarnya?
Apakah aku jatuh cinta?
Jatuh cinta dengan gadis kecil yang pernah ku tolong di Taman Dandelion?
Peristiwa itu tak akan pernah kulupakan, begitu juga dengan gadis yang aku tolong.
Aku tidak tahu pasti apakah Rosie memang benar gadis yang ku tolong itu atau bukan. Makanya, aku harus mengumpulkan bukti-bukti lagi untuk kutunjukkan padanya.
Yang ku pegang sebagai bukti sekarang adalah tanda lahir di bahunya..
Tapi tanda lahir di bahu bukan cuma Rosie kan yang punya?
Andaikan dulu saat aku menolongnya, aku sudah pintar dan merekamnya.. pasti tidak akan susah untuk mencari siapa gadis itu.
Entahlah, tapi aku merasa sangat penasaran siapa gadis itu, gadis yang kutolong tujuh tahun yang lalu, gadis kecil yang ternyata memiliki penyakit jantung bawaan, gadis kecil yang memiliki tanda lahir di bahunya dan gadis kecil yang kemungkinan berada di sampingku sekarang, setelah 7 tahun kami tidak bertemu.
Jika memang benar gadis itu Rosie, maka aku akan menyesal telah membullynya selama ini.
Jika memang benar gadis itu Rosie, aku akan sangat bersyukur bisa bertemu kembali dengan gadis yang menjadi cinta pertamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion // z.m [EDITING]
RandomThere are times when we have to stop lying to ourself. No matter how we try to continue to lie, lie it will be seen by itself, without us knowing.