Rosie's Point of View
Aku melirik handphoneku yang bergetar di atas meja belajarku. Nama Harry Styles tertera di layarnya. Aku pun segera mengangkat telepon darinya.
"Halo?"
"Rosie! Kau sedang apa?"
"Sedang tiduran saja. Aku baru selesai mandi tadi. Kau?"
"Aku sedang berada di rumah Louis bersama yang lain. Well, except Zayn. Dia sedang pergi bersama Isabella."
Great, setelah menyuruhku menjauhi Harry, ia pergi dengan Isabella. Itu membuktikan kalau Zayn memang sudah tidak peduli
lagi denganku."Ohya? Sedang apa kalian di rumah Louis?"
"Sedang ngumpul-ngumpul saja... Kau sudah makan, Rosie?" tanya Harry.
"Sudah tadi. Bagaimana denganmu? Apakah kau sudah makan?"
"Belum. Aku merindukan pasta buatan ibumu hehehe."
"Itu buatanku juga tahu!" Harry terkekeh di seberang sana. Aku menguap. "Harry, aku mengantuk. Aku tidur ya?"
"Silahkan. Goodnight, Rosie. Sleep tight. Love you." detik itu juga Harry memutuskan sambungan teleponnya sebelum aku membalas perkataannya. Well, aku tidak tahu juga sih harus membalas apa. Jadi memang lebih baik Harry matikan saja.
***
Selesai kelas kedua, Harry menarikku menuju cafetaria. Ini memang jam istirahat, tapi Harry tidak bilang terlebih dahulu ia ingin mengajakku makan siang bersama, jadi aku dengan bingung hanya mengikutinya. Kami duduk di tempat One Direction biasa duduk. Sudah lengkap. Ada Niall, Liam, Louis, Eleanor, Zayn dan juga Isabella. Danielle tidak ada, aku tidak tahu ia kemana. Jujur saja, aku masih merasa sedikit aneh apabila satu meja dengan Eleanor. Pasalnya, aku tidak dekat dan bisa dibilang tidak berteman dengannya. Sedangkan Zayn dan Isabella.. kurasa aku hanya akan menghiraukan mereka berdua nanti.
Aku duduk di sebelah Harry. Louis di depanku. Aku sangat bersyukur aku tidak berhadapan dengan Zayn, Isabella ataupun Eleanor.
"Kau mau makan apa, Rose?"tanya Harry.
"Aku ingin boneless chicken. Aku pesan dulu deh,"ujarku. Aku sudah siap bangkit tapi tiba-tiba Harry menahan tanganku. Aku menatapnya bingung.
"Aku saja yang pesankan. Kau tunggu saja di sini ya." Harry mengusap sekilas telapak tanganku yang ia tahan tadi, lalu ia pergi untuk memesan makanan.
"Wow." Aku dengan Louis bersuara. "He's so whipped, Rose! Kurasa dia benar-benar menyukaimu!"seru Louis semangat.
Pipiku memerah. Louis sialan telah membuatku begini dengan kata-katanya. "Hahaha you're blushing now, Rose!" Aku memelototi Niall yang baru saja mengucapkan itu. Tapi, Niall duduk di sebelah Zayn yang membuatku secara tidak sengaja menatap Zayn juga. Ia diam saja, menunduk.
Dia ini kenapa sih?!
Aku mencoba untuk menghiraukan Zayn. Masa bodo dengannya yang seperti itu. Biar saja kubuktikan aku tidak sedih lagi setelah ia tinggal begitu saja.
Harry kembali setelah beberapa menit di counter. Ia membawa nampan berisi boneless chicken dan nasi ku serta makanannya yang ternyata sama denganku. "Terimakasih,"ujarku singkat.
Harry tersenyum. Dimples yang ada di kedua pipinya itu muncul. Aku menahan diri untuk tidak menyentuhnya. Aku akan kelihatan freak sekali jika menyentuhnya. "No problem. Ayo makan,"ujar Harry. Ia tersenyum lebar.
Aku mulai memakan makananku. Kami semua makan sambil diselingi candaan yang membuat meja ini tidak pernah sepi. Louis terus-terusan melontarkan leluconnya yang membuatku hampir tersedak. Niall tertawa paling keras. Zayn.. well, dia hanya tertawa sesekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion // z.m [EDITING]
OverigThere are times when we have to stop lying to ourself. No matter how we try to continue to lie, lie it will be seen by itself, without us knowing.