CHAPTER 24

1.7K 222 3
                                    

Rosie's Point of View

"Zayn, kita mau kemana sih sebenarnya?"tanyaku geram.

"Kalau aku kasih tahu, nanti jadinya tidak surprise. Sudah deh jangan nanya terus. Nanti kalau aku keceplosan gimana?"Zayn tersenyum dan menoleh ke arahku sebentar, kemudian pandangannya balik lagi ke jalanan.

Kami berdua, oops berempat sebenarnya sedang dalam perjalanan menuju tempat dimana double date ini akan di adakan. Aku sendiri tidak tahu tempatnya. Zayn merahasiakannya dariku.

"Ah ya sudah, kau pelit sekali. Omong-omong, kenapasih kau harus bawa mobil segala? Kan bisa saja kita semua di mobil Niall dan bersama-sama ke sana,"ujarku.

"Karena nanti aku dan Niall punya rencana berbeda. Sudah deh, Rose, kau itu tinggal duduk manis dan menikmati pemandangan di jalanan okay?"ujar Zayn. Aku mendengus. Apa yang mau dilihat dari jalanan kalau setiap hari aku lewat sini?

Aku melirik Zayn yang kini tersenyum puas melihatku yang merengut sekarang. Omong-omong, dia tampan sekali hari ini. Dia memakai kemeja hitam yang kancingnya ia pakai sampai atas, kecuali bagian kerahnya karena itu culun. Lalu skinny jeans hitam yang biasa ia pakai tapi bukan yang robek-robek kok. He is Zayn Malik after all. Apa yang bisa kita harapkan? Zayn memakai celana formal? Haha tentu saja tidak. Dan rambutnya kali ini tidak ia pakai dengan acak-acakan. Aku bahkan bisa melihat gel yang ia pakai itu tergeletak di dashboard mobilnya sekarang. Dia tampan sekali. Perrie sangat beruntung bisa menjadi kekasihnya dulu.

Sekitar 20 menitan di mobil Zayn, akhirnya Zayn memarkirkan mobilnya di suatu tempat, Dimana mobil Niall juga baru parkir di sebelah mobil Zayn. Kami keluar mobil bersamaan dengan keluarnya Niall dan Jade.

Hm, rupanya kami berempat akan makan malam disini. Disini.. di taman Dandelion.

Sudah lama aku tidak pernah ke sini lagi. Mungkin sudah dua tahunan. Pokoknya terakhir aku kesini itu saat Camille meminta ice cream dan ingin bermain di sini jadi ya aku membawanya kesini.

Aku baru tahu juga mereka bisa menjadikan taman ini sebagai tempat dinner. Keren juga.

"Zayn? Serius kita akan makan disini?"tanyaku tidak percaya. Maksudku, Zayn dan Niall tahu darimana tempat ini? Kalau Jade kan, dulu beberapa kali pernah main denganku disini.

"Ya. Itu di depan sana sudah ada meja kita, masa sih aku bohong,"ujar Zayn sambil menunjuk ke satu arah. Aku mengikuti arahnya dan terlihat sebuah meja beserta empat kursi yang tertata rapi di bawah pohon yang sudah dihias dengan lampu-lampu kecil. Whoa, cantik sekali.

Kami berempat akhirnya duduk di kursi masing-masing. Biar kujelaskan, di sebelahku ada Zayn. Di depan Zayn ada Niall dan di sebelah Niall ada Jade. As simple as that. Tapi aku tidak melihat makanan atau apapun di meja kecuali lilin. Lalu darimana kita akan mendapat makanan? Ini bukan restaurant yang bisa memesan makanan kan? Aneh sekali sih Zayn dan Niall.

"Ni, apa ada minum? Aku haus sekali,"ujar Jade tiba-tiba. "Aduh tapi kan ini taman bukan restaurant. Jadi kita mesan minum darimana dong, Ni?"tanya Jade. Niall dan Zayn berpandang-pangangan. Masing-masing dari mereka mengeluarkan senyuman miringnya. Lalu setelah itu Niall menepuk tangannya tiga kali.

Hening.

Kami semua diam menunggu apapun itu yang akan datang. Ini bukan film kan? Dimana bila sang pria menepuk tangannya tiga kali lalu datang seorang pelayan entah darimana.

Dan tiba-tiba saja seorang pria berpakaian kemeja putih dan celana hitam datang menghampiri meja kami. Oh ya Tuhan jangan bilang itu pelayannya.

"Ambilkan aku minumnya,"ujar Niall kepada pria itu. Pria itu mengangguk lalu pergi.

Dandelion // z.m [EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang