CHAPTER 43

1.5K 155 9
                                    

Zayn's Point of View

Aku berlari kecil ke bagasi setelah membukakan pintu untuk Rosie. Setelah melihat skateboardku sudah berada di tempatnya, aku menutup bagasinya dan masuk ke mobil.

"Zayn, kita akan kemana sekarang?"tanya Rosie. Ia menoleh ke arahku dan perlu ku akui Rosie terlihat sedikit lebih kecil ketika memakai baju Waliyha. Badannya yang kecil itu terbungkus oleh luaran yang di berikan oleh Waliyha.

"Kita akan ke tempat yang menyenangkan. Oh iya," Aku meraih kotak yang tergeletak di jok belakang. Kotak yang aku tidak tahu isinya apa. Aku menyodorkan kotak itu kepada Rosie. "Aku menemukannya saat di rumah Harry tempo lalu. Mungkin ini milikmu jadi aku membawanya. Bukalah."

Senyum antusias yang tadinya terlukis di wajah cantik Rosie hilang begitu saja ketika ia melihat kotak di tanganku. "Buang saja," ujarnya cuek. Ia membuang muka dariku.

Aku mendecak. Kenapa sih gadis ini keras kepala sekali? Aku sudah bilang untuk membuka kotaknya tapi ia tidak mau. Malah ia menyuruhku untuk membuangnya. Maka, aku membuka kotak itu karena aku penasaran.

Betapa terkejutnya aku ketika melihat jejeran cupcake di dalam kotak itu. Cupcake dengan hiasan warna-warni yang tidak terlalu rapi. Bisa aku jamin ini Rosie sendiri yang membuatnya. Aku mengambil satu cupcake dengan hiasan warna biru dan mengamatinya. Sebenarnya memandang cupcake ini membuatku menjadi sedikit lapar. "Apa kau membuat ini untuk Harry?"tanyaku.

"Ya dan tidak."

"Apa maksudmu?"

Rosie mendengus. "Cupcake itu aku yang membuatnya. Tapi bukan untuk Harry. Well, untuk Harry sih, tapi kan ia tudak menerimanya jadi cupcake itu tidak bisa dibilang untuknya."

"Bagaimana kalau buatku saja?" Aku menggigit cupcake buatannya itu. "Hmm, rasanya enak. Kau mau?"

Rosie menatapku seperti.. terhibur? "Memangnya cupcake itu tidak basi ya?"tanya Rosie.

"Memangnya cupcake bisa basi?"tanyaku dengan bodohnya.

Rosie tergelak. "Ya mana aku tahu Zayn!"

Aku menaikkan bahuku tidak oeduli dan lanjut memakan cupcakenya sampai aku kenyang. Baru aku menyalakan mobilku untuk pergi ke tempat menyenangkan itu.

***

Rosie mengerenyit ketika ia melihatku memarkirkan mobilku di depan gedung. "Zayn, tempat apa ini?"

Aku terkekeh melihatnya kebingungan. "Jangan banyak tanya. Sudah ayo turun saja," ujarku. Aku turun dari mobil bersamaan dengan Rosie. Lalu aku berlari kecil ke bagasi untuk mengambil skateboard ku.

"Oh, kau membawa skateboard. Kapan kau memasukannya ke dalam mobil? Kok aku tidak tahu?"tanya Rosie.

"Saat kau di kamar Waliyha. Ayo masuk." Aku merangkul bahu Rosie, merapatkannya ke arahku. Tanganku yang lain menenteng skateboard kesayanganku.

Hari ini aku mengajak Roise ke tempatku biasa bermain skateboard bersama Louis. Pernah aku mengajak Niall ke sini. Tapi ia tidak bisa bermain skateboard jadi aku hanya bisa menertawakannya.

Aku menyapa Roy, penjaga loket di sini. Untuk masuk ke arena ini tidaklah gratis. Kau harus membayar 2 dollar. Uang itupun akan dikumpulkan dan nantinya akan digunakan untuk menambahkan tantangan baru di sini. "Roy! Buddy!"

"Zayn! Sudah lama aku tidak melihatmu kemari! Kemana saja kau ini? Menghilang selama hampir dua bulan!"serunya.

Aku tertawa. "Aku sedang sibuk akhir-akhir ini. Tapi tenang saja, mulai kali ini aku akan sering mampir ke sini!"ujarku. Aku merogoh sakuku, mengambil dompetku dan menarik sejumlah uang dari dalam dompetku. "Ini, aku pinjam arenamu seharian ya. Ada hal penting yang harus kulakukan." Aku mengedipkan sebelah mataku padanya.

Dandelion // z.m [EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang