"Niall can you please get off of me?!"ujarku yang risih sekali dengan manusia yang bersender dengan nyaman di pundakku.
Seriously, dia berat!
"No i cant, honey,"ujarnya santai.
Aku menggeram dam mendorong kepala Niall. "Kamu inget kan perjanjian kita?! kamu tak boleh menggangguku. Dan lihat disini tidak ada teman temanmu yang bodoh itu. So, stop acting like this!"
Niall mendekati telingaku, dan berbisik, "The boys ada dibalik pohon itu, darling,"lalu ia mencium pipiku. ewww
"Kenapasih mereka selalu mengikutimu? membuatku tidak bebas saja!"ucapku geram. Tak peduli dengan Niall yang masih mencium pipiku.
"Shut ur mouth, darling. Kau sudah menyetujui perjanjian ini. Now, bersikap manislah,"
Only 1 month, Rosie, 1 month. i tried to calm myself.
i wonder why Zayn doesn't speak a word when he saw me with Niall. As the leader of the -stupid- Gang, he should be the most excited to mock me. But what's wrong with him?
Niall, Niall James Horan. Orang yang sedang bersamaku sekarang. Orang bodoh, tapi licik. Orang tampan, tapi menyebalkan. Sebenarnya kalau aku ingin jujur, ia tampan. Lihatlah matanya yang berwarna biru cerah, dan pipinya yang mudah sekali memerah. Jangan lupakan tawanya yang menyebalkan.
"Earth to Rosie!"
"Astaga Niall! Kau mengagetkanku!"
"Lagian apasih yang kau lamunkan saat ada pangeran tampan duduk disebelahmu?"ucap Niall sambil memainkan alisnya. Sungguh itu membuatnya semakin terlihat bodoh.
"Satu, itu bukan urusanmu, dan yang kedua, you're not my prince,"ucapku tajam. Dan kembali terkekeh saat melihat Niall tak berhenti memainkan alisnya. "Oh god, stop doing that Niall! You're an idiot!" ucapku sambil tertawa terbahak-bahak.
Niall pun ikut tertawa melihatku menertawainya sampai ingin menangis. Karena asik tertawa, aku bahkan tak sadar bahwa posisiku sekarang sudah tiduran bersama Niall di atas tikar yang sengaja kami gelar untuk mengadakan "piknik". yeah you can laugh at me.
Tiba-tiba kurasakan satu tangan Niall diwajahku. Tawaku mereda ketika kusadari Niall sudah tak tertawa lagi, melainkan menatap ke dalam mataku. Aku menatap ke arah lain, tak berani menatap matanya. Baru kali ini aku salah tingkah.
"You're beautiful, Rosie. So beautiful,"ucapnya sambil memainkan jemarinya yang panjang diwajahku.
Aku merasakan sensasi aneh diperutku. Seperti ada yang belarian disana. Geezz.
Kulirik dari ujung mataku, tangan Niall yang satunya mengikuti yang lain. Sampai saat kedua tangannya sudah menangkup wajahku...
"WHAT THE FUCK?! NIALL JAMES HORAN KAU JOROK SEKALI!!"
Niall tertawa keras dan berlari, akupun siap mengejarnya tanpa mengingat wajahku yang berlumuran saus tomat ini. Sungguh ini sangat menjijikan!
"Rosie catch me if you can!!"
ugh, aku berlari mengejarnya. Thank god im wearing my converse. God knows what will happen if im wearing my heels.
"Gotcha!!!" finally, aku mendapatkannya. Ia sedang terduduk di tengah taman ini dan saking lelahnya, ia sampai tak mendengar langkah kakiku dari belakangnya.
"Rosie, bolehkah kau lepaskan pelukanmu? kita dapat melanjutkannya di rumah nanti tapi aku butuh bernafas sekarang," he said and i feel my cheek is burning. Bahkan aku bisa mendengar detakan jantungku yang super duper kencang.
Saat aku sedang tersipu malu, sekilas aku melihat wajah Zayn dibalik pohon yang tadi Niall bilang, dan ia menatapku tajam.
***
Zayn's Point of View.
Aku menendang pintu kamarku dan membantingnya dibelakangku. Aku mengacak-ngacak rambutku.
Duduk di balkon sambil menghisap rokok mungkin satu-satunya hal yang bisa membantuku sekarang.
Aku bahkan tidak tau mengapa aku marah sekali melihat kedekatan Niall dan Rosie. Kami -1D- sepakat untuk memata-matai Niall saat kencan pertamanya dengan Rosie tadi. Karena jujur saja, kami sama sekali tidak percaya bahwa Rosie bisa semudah itu menerima Niall.
Rosie...
Yeah, Rosie. Aku harus bertemunya sekarang.
***
From: Rosie
yeah, meet me at nandos now. whatever you wanna talk about, it's better to be important, bcs im not gonna waste my time on you.
aku membaca text dari Rosie berulang-ulang. Segitunyakah ia tak ingin berbicara denganku?
To: Rosie
i'm outside. don't bring Niall.
Aku mengetuk-ngetukan jariku di stir mobil sambil menunggunya. Sesungguhnya aku tak tahu apa yang akan aku bicarakan dengannya, aku hanya ingin bertemu dengannya.
bertemu dengannya? are you serious?
Yes. i fucking am.
"So, what do you wanna talk about?" Lamunanku buyar ketika mendapati Rosie yang baru saja duduk di kursi penumpang tapi langsung bertanya.
"Well, nice to meet you too,"my sarcasm is clear.
"Dont waste my time. Apa yang kau ingin bicarakan? I left my Niall inside,"
For God's Sake! MY Niall?!
"Are you kidding me? Your Niall? Your?"i asked with harsh tone. Aku tidak percaya dengan apa yang baru dikatakannya. dia blg apa? NiallNYA?!
"Yes, MY Niall. what's wrong?"ucapnya dengan nada biasa saja. Tak mengerti bahwa ucapanya barusan membuat amarahku memuncak.
"Kupikir kau bukan wanita sembarangan, menerima orang yang sudah menginjak-nginjak harga dirinya. Ternyata kau sama saja,"ucapku tajam. Aku harap ucapanku bisa membuatnya tersadar.
"Dan kupikir kau tidak seburuk ini, menjadikan seorang perempuan untuk sebuah taruhan. wow, gentle man,"she said back and my jaw drops. Sejak kapan ia berani membantahku?
"Setidaknya aku bukan satu satunya orang yang menjadikanmu taruhan, Rosieku sayang. Bahkan Niall-mu itu menjadikanmu taruhan. How sweet he is,"ujarku sebisa mungkin membuat dirinu tenang, jangan terbawa emosi.
"I know he's a jerk, but i love him, lalu, kenapa harus dipusingkan lagi?"
Saat dia bilang dia mencintai Niall, aku merasakan emosikh memuncak dan tak bisa kutahan lagi sehingga aku melayangkan tanganku di pipinya.
"HOW DARE YOU TO SLAP ME BECAUSE IM DATING YOUR BESTFRIEND?! WHAT'S WRONG WITH YOU, ZAYN MALIK?"ia mengusap air matanya dan sesegera mungkin keluar dari mobilku, meninggalkanku menatap tangan nakal ini.
---------------
This is it. i hope you like it, thx!p.s This chapter is dedicated to @nicolejenner because she gave me the name of my coming soon book. thank you bae!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion // z.m [EDITING]
RandomThere are times when we have to stop lying to ourself. No matter how we try to continue to lie, lie it will be seen by itself, without us knowing.