Zayn's Point of View.
"what the fuck....." aku menutup mulutku begitu melihat aoa yang ada di bahu Rosie. Segera aku membenarkan bajunya di posisi semula dan berjalan keluar, "Aku pergi."
Aku mengendarai mobilku dengan cepat. Aku tidak percaya. Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Apa itu dia?
Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya dan mengapa harus dia?
Kepada siapa aku harus bertanya tentang ini semua? Aku butuh kebenaran!
Jika memang itu dia... lantas, apa yang akan aku lakukan?
Apa selama ini aku membully gadis yang kucintai?
***
"Zayn! I miss you! Hey sudah berapa lama kau tidak berkunjung ke flatku?"Sambut Doniya ketika ia melihatku berdiri dibalik pintunya.
"Doniya aku ingin bicara dengan mu,"ujarku langsung tanpa basa-basi dan duduk di sofanya. Aku sudah tidak bisa menahan ini lagi!
"Ada apa, Zayn? Mengapa kau terlihat pucat?"
Lho, memang aku pucat?
Aku mengambil handphoneku, camera, dan melihat pantulan diriku di handphoneku. Dan benar saja kata Doniya, aku memang pucat dan aku sangat berantakan. Rambutku mencuat kemana-mana dan ini sangat jelek.
Ah tidak peduli.
Aku memasukkan kembali handphoneku ke kantong celanaku, dan memulai pembicaraanku dengan Doniya.
"Doniya, apa kau ingat gadis yang kutolong waktu kecil? Yang mempunyai penyakit jantung itu,"ucapku.
"Ya aku ingat, yang tiba-tiba pingsan dan membuatmu menelepon mom dengan sangat panik kan?"
"Ya. Dan apa kau tahu nama gadis itu?"
"Mana kutahu, Zayn."ujar Doniya.
Ayolah, siapalagi yang harus kutanya selain Doniya dan... Mom!
"Ah kau tidak membantu. Sudahlah aku ingin bertanya dengan Mom saja."ujarku dan bangkit dari sofa ingin keluar dari flat Doniya.
"Hey, ceritakan dulu padaku apa yang terjadi!"serunya. Kepo banget dia.
"Ceritanya panjang."jawabku acuh tak acuh, dan melenggang pergi.
***
Rosie's Point of View.
Ada apa dengan Zayn? Mengapa ia langsung pergi begitu melihat bahu kiriku. Memangnya ada apa disana? Setahuku, cuma ada tanda lahir disana. Ada apa?
Yang anehnya, Zayn terlihat sangat terkejut seperti habis melihat setan. Ish, bikin takut aja.
Penasaran, aku pun berjalan ke kaca yang ada di kamar inapku dan berusaha melihat bahu kiriku.
Tidak ada apa-apa.
Hanya ada tanda lahirku.
Apa salahnya mempunyai tanda lahir?
***
"Hey baby,"Ugh, Niall stupid Horan, mengapa kau harus kesini?
"Hey,"balasku singkat. Mood ku sedang tidak baik, jadi jangan salahkan aku kalau aku sangat jutek.
"Jutek sekali. Kenapa? Lapar ya?"godanya yang sebenarnya tidak lucu.
"Tidak, memangnya aku sama sepertimu, yang dimana-mana makan. Kapanpun, dimanapun, dengan siapapun, makan terus. Sampai bosan aku lihatnya."gerutuku. Niall hanya terkekeh dan meletakkan plastik bertuliskan "KFC" itu di dekat kakiku.
"Sudah makan?"
"Belum."
"Kenapa?"
"Karena ini masih jam 10 pagi dan belum waktunya untuk makan siang,"ucapku.
"Aku sudah makan 2x tau,"pamernya. So? Aku peduli?
Aku hanya memutar bola mataku.
"Kau mau soup? Aku belikan soup tadi karena semua orang sakit pasti makan soup,"ucapnya sok tahu.
"Tidak semua orang sakit."
"Siapa jadi?"
"Ya entah. Yang pasti aku tidak makan soup."
"Kenapa?"
"Karena."
"Ha-ha so funny,"ucapnya penuh sarkasme. Masa bodo.
Niall membuka satu kotak dari plastik KFC nya itu. Mengambil ayam bagian paha dan mulai melahapnya.
Suasana hening.
Moodku sedang tidak baik, aku tidak mau banyak bicara. Sedangkan Niall sedang makan. Jadilah yang terdengar hanya suara mulutnya yang mengunyah. Oh satu lagi, suara jam yang terus berganti detiknya.
Aku malas mengakuinya tapi, aku merasa nyaman. Entah bagaimana caranya Niall yang sedang makan --mungkin yang membuatku nyaman adalah keheningan.
bersama Niall.
Oh diamlah! Bukan bersamanya. Aku hanya suka kesunyian. Tidak suka tempat berisik. Terlalu mengganggu pendengaranku.
"Hey, Rosie, sampai kapan kau akan berada disini?"Niall memecah keheningan yang nyaman itu. Ugh.
"Tidak tahu. Suster yang memberiku sarapan tadi tidak bilang apa-apa. Dan belum ada dokter yang memeriksaku. Runah sakit ini lalai sekali,"ujarku. Memang benar. Kalau di rumah sakit yang lain, pasti pagi-pagi akan ada dokter yang memeriksamu dan setelah itu akan ada suster yang memberimu makan. Tapi rumah sakit sini payah. Masa tidak ada dokter pagi-pagi?
"Hah? Kau belum di check lagi sama dokter? Bagaimana sih rumah sakit ini! Payah sekali! Lalai! Bagaimana kalau tiba-tiba kau kesakitan dan kau pingsan? Bagaimana kalau kau tiba-tiba terjatuh dari tempat tidur saat ingin mengambil minum? Bagaimana jika tiba-tiba infusan mu lepas? Dasar rumah sakit payah!"seru Niall. Raut wajahnya tiba-tiba khawatir. Ia bahkan meletakkan ayamnya. Aku terkekeh geli melihatnya.
"Hey hey santai. Kau kebanyakan nonton sinetron ya jadi begini. Aku tidak apa-apa kok. Jangan berlebihan,"ucapku.
Niall hanya diam dan kembali memakan ayamnya.
Niall adalah Niall. Tidak bisa lepas dari makanannya. Tapi dia lucu saat lagi makan. Wajahnya yang baby face itu terlihat sangat nafsu saat makan ayam paha itu. Lucu sekali.
Heh.
Apa apaan kau Rose, memuji-muji Niall?
Duh, otakku pasti lagi gaberes.
---------------------

KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion // z.m [EDITING]
RandomThere are times when we have to stop lying to ourself. No matter how we try to continue to lie, lie it will be seen by itself, without us knowing.