Zayn's Point of View
Bel pulang sudah berbunyi. Sebenarnya, daritadi pagi aku tidak bisa fokus dengan apa yang dibicarakan oleh guruku karena pikiranku masih tersangkut pada pasangan yang aku lihat di taman. Somehow, i picture me and her. Aku membayangkan kalau lelaki semalam itu adalah aku dan perempuannya itu Rosie. Aku membayangkan bagaimana jadinya aku dan Rosie kalau kami tidak bertengkar seperti sekarang.
Perasaanku ke Isabella tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan perasaanku ke Rosie. Bahkan aku tidak memiliki rasa apa-apa kepada Isabella. Terkadang aku merasa terlalu jahat kepada Bella. Karena telah membawanya ke tengah-tengah aku dan Rosie. Akupun tidak tahu apa yang ia pikirkan ketika ia menerimaku menjadi 'pacarnya'. Hell, Aku bahkan tidak tahu apa yang aku pikirkan sehingga aku memilih untuk menjadikannya 'pacarku'.
Kami baru 'berpacaran' selama beberapa hari tapi aku merasa aku harus mengakhirinya. Aku sudah berusaha untuk mencintainya. Iya aku sudah berusaha tapi menurutku itu sia-sia karena seberapa kuat pun aku mencoba, pikiranku masih tetap tertuju pada Rosie.
Apasih yang telah Rosie lakukan padaku?
***
Setelah berdiam di mobil dan merenungkan semuanya, aku menjalankan mobilku ke rumah Louis. Mungkin di sana aku akan main dan bisa menghilangkan Rosie dari pikiranku sejenak.
Aku memarkirkan mobilku di dekat rumah Louis. Hm, kenapa pagarnya terbuka ya? Dan kenapa ada mobil Harry juga?
Harry sialan, main tidak ngajak-ngajak.
Aku memasuki rumah Louis tanpa memencet bel. Hm, itulah kami. Menganggap rumah satu sama lain seperti rumah sendiri. Aku langsung saja menuju kamar Louis yang sudah aku tahu letaknya di mana. Aku mendengar suara berat Harry yang sedang berbicara. Tapi kenapa pintunya di buka?
Aku mengintip. Mereka terlihat serius sekali. Apa mereka membicarakan sesuatu yang tidak aku ketahui?
"Aku sudah hampir mendapatkannya, Lou. Besok kan sabtu, aku mengundangnya ke party yang aku buat untuk ulang tahunku. Aku jamin besok aku bisa menciumnya." Aku mendengar suara Harry. Apa maksudnya?
"Aku pegang omonganmu, Styles. Kalau begitu.. apa yang akan aku dapatkan jika kau tidak bisa menciumnya besok?"
"Akan aku carikan jalang super hot untukmu. Tenang saja."
"Ha, kalau begitu lebih baik kau tidak bisa menciumnya saja."
"Tidak mungkin aku tidak bisa. Louis, asal kau tahu ya, Rosie itu sudah cinta mati padaku."
What the fuck?!
Rosie?!
Aku menajamkan pendengaranku lagi setelah mendengar nama Rosie keluar dari mulut mereka. Sialan. "Masa? Kurasa dia sulit didapatkan. Man, Zayn yang 1000 kali lebih hot darimu saja tidak dapat-dapat sampai sekarang."
Brengsek! Mereka berdua benar-benar sialan!
"Mana ku tahu. Mungkin Zayn nya saja yang bodoh memilih Isabella. Padahal Rosie 1000 kali lebih hot daripada si Isabella itu. Aku jadi membayangkan kalau ia benar-benar jadi pacarku. Tubuhnya itu loh, Lou!"
Sungguh aku menahan diriku sekuat tenaga agar tidak menghajar Harry sekarang juga. Berani sekali ia berkata seperti itu tentang Rosie! Keparat!
Aku tidak tahan lagi. Dengan langkah cepat, aku turun dari lamtai ini dan segera pergi dari rumah Louis. Mereka berdua benar-benar kurang ajar. Aku tidak tahu mereka memiliki otak se bajingan itu. Aku kira Harry benar-benar mencintai Rosie. Aku kira Harry memang benar-benar peduli dengannya. Tapi apa ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion // z.m [EDITING]
RandomThere are times when we have to stop lying to ourself. No matter how we try to continue to lie, lie it will be seen by itself, without us knowing.