14. Telling Your Story

484 63 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Tiar membuka matanya kembali, wanita itu tidak bisa menyelami alam mimpinya sejak dua jam lalu. Setelah makan malam yang terlalu larut tadi, keduanya memutuskan untuk langsung beristirahat.

Tapi ternyata Tiar tak bisa terlelap dengan cepat meski fisiknya sudah kelelahan. Dirinya bisa merasakan di bagian pinggangnya yang terasa berat serta ada hembusan napas yang menerpa telinganya. Perlahan Tiar menyingkirkan lengan Jake yang merengkuh erat pinggangnya lalu beranjak dari ranjang, wanita itu hendak membuat susu cokelat hangat agar bisa cepat tidur. Ya ... semoga saja.

Usai membuat susu, Tiar termenung sebentar. Pikirannya melalang buana entah kemana. Hingga memori dalam kepalanya tanpa sengaja memutar kalimat sarkas yang Kinara lontarkan kala mencerca dirinya.

Isi kepala Tiar mulai riuh seketika itu juga kepalanya mulai pening, pandangannya teralih pada sosok Jake yang masih terlelap tanpa gangguan. Perempuan itu memutuskan berjalan ke arah balkon kecil yang ada di sebelah kamarnya, Tiar menggeser pintu yang sebagian terbuat dari kaca itu secara perlahan lalu kembali menutupnya agar angin malam tidak masuk ke kamar.

Ia duduk di lantai, merasakan semilir angin malam yang menusuk ke kulit bahkan hingga ke tulangnya. Tiar menekuk kedua kakinya agar bisa dia peluk, sambil menatap langit malam yang tak berbintang, Tiar mengembuskan napasnya yang memberat dengan perlahan hingga setetes air matanya jatuh tanpa bisa dia cegah.

Tiar kembali teringat dengan kejadian yang tak membuatnya bahagia karena keinginan Kinara. Ia menunduk lalu menenggelamkan kepalanya di atas lipatan tangan, menumpahkan segala sesak di dada yang sudah tak pernah dia rasakan lagi setelah sekian lama. Perempuan itu terus mengeluarkan air matanya tanpa suara, ia takut membangunkan Jake ataupun tetangganya.

TOK TOK!

Tiar terlonjak kaget saat mendengar ketukan di pintu kaca yang menghubungkan ke arah balkon, segera ia hapus jejak air mata yang membasahi wajahnya lalu menoleh. Dan di saat yang bersamaan, Tiar merasa ingin tertawa.

Bagaimana tidak? Ia melihat wajah lusuh Jake dengan rambut yang berantakkan, belum lagi kaos yang ia kenakan sudah amat kusut. Tiar kemudian menarik gagang pintu kaca hingga terbuka setengah, membiarkan Jake melangkah keluar.

“Kamu kenapa tidak tidur? Aku kira kamu pergi keluar tadi,” kata Jake sedikit serak, pria tersebut mengambil posisi duduk di samping Tiar dengan kedua mata setengah terpejam.

"Tidak tahu, dari tadi memang tidak bisa tidur jadi aku buat susu dulu. Mungkin saja nanti bisa langsung tidur," sahut Tiar lalu menyeruput susu yang dia buat tadi. Perempuan itu kemudian menoleh ke arah Jake, segaris senyum tampak di wajahnya saat melihat lelaki itu duduk sambil menutup mata. Bolehkah Tiar bilang jika lelaki di sampingnya ini terlihat lucu?

“Kamu tidur lagi saja sana, besok masih harus ke kantor, kan?” ucap Tiar sambil menepuk bahu Jake.

“Aku tak bisa tidur kalau tidak ada kamu, Tiar.” balas Jake jujur dengan mata yang masih terpejam.

“Aku tidak pergi ke mana-mana, Jake.”

"Tapi kamu tidak ada di samping aku tadi," Jake menoleh dengan mata setengah terbuka.

"Ayo tidur," ajak Jake dengan nada yang sedikit merengek, pria itu juga menarik pelan lengan piama Tiar agar menuruti kemauannya.

"Duluan saja,"

"Ayo masuk ke dalam," Jake bangkit lalu mengambil gelas yang sedang Tiar pegang dan membawanya masuk. Akhirnya Tiar terpaksa bangkit dari duduknya dan menyusul Jake ke dalam.

Tanpa diduga, Jake menarik lengan Tiar hingga perempuan itu duduk di atas pangkuannya. Sedangkan Jake menumpukan dagunya di bahu wanitanya.

"Jake, aku mau-"

"Ada apa, hmm?" tanya Jake lembut dengan suara beratnya.

"Aku? Memangnya aku kenapa?" tanya balik Tiar yang mencoba berusaha untuk tetap tenang.

"Kenapa malah balik tanya? Kamu kenapa tadi nangis di luar?" bisik pria itu di telinga Tiar.

Tiar tak langsung menjawab, ia mencoba mengambil gelasnya yang ada di atas lemari kecil di samping ranjangnya.

"Masih sedih?" tanya Jake lagi dan kali ini Tiar terdiam, gelas yang hampir dia jangkau tak lagi di raihnya dan berakhir terdiam.

"Mau cerita sesuatu?" tawar Jake lalu mengecup pipi Tiar, wanita itu masih tetap diam namun matanya perlahan kembali memanas.

"Hati aku ... sakit,"

"Lalu?"

"Mama, ternyata sudah rencanakan perjodohan buat aku sama anak teman ayah satu bulan lalu. Tapi hari ini aku menolak permintaannya, aku bilang padanya jika aku punya pilihan sendiri soal pendamping hidup. Jadi mama marah besar sama aku," ucap Tiar menjeda ucapannya.

Jake yang mendengar hal itu lantas membuka matanya, hatinya mulai tidak tenang setelah mendengar cerita dari Tiar.

"dan setelah aku menolak perjodohan itu, mama memaki-maki aku dengan bilang kalau aku anak yang tidak tahu diri." Jake mengerjapkan matanya saat ia merasakan basah di lengannya yang sedang memeluk wanitanya.

"Aku hanya menolak permintaannya untuk kali ini, apa hal itu termasuk tak tahu diri? Apa hal itu seperti kesalahan yang tidak bisa dimaafkan? Apa ... aku tidak diperbolehkan untuk memilih jalan hidup yang aku mau?" tanya Tiar lirih dengan suara bergetar, rasanya wanita itu seperti manusia tidak berguna saat Kinara melontarkan murka padanya.

"Kamu sudah kasih alasan kenapa kamu tolak perjodohan itu?"

"Sudah, tapi ... rasanya percuma. Mama tak akan pernah peduli, dia hanya peduli dengan keinginan dan juga rasa egois yang ia punya agar tujuannya tercapai. Mama tidak akan pernah merasakan bagaimana perasaanku yang hancur karena semua yang mama lakukan," tutur Tiar dengan suara yang semakin serak.

Jake mengeratkan rengkuhan di tubuh wanitanya lalu mengecup puncak kepalanya penuh kasih sayang.

"Tenang, ya? Sekarang kamu sudah punya jarak dari mama. Tapi bukan berarti kamu bisa memutus hubungan kekeluargaan, ya? Yang terpenting, kamu sudah tidak satu tempat tinggal lagi. Setidaknya kamu sudah cukup aman untuk sekarang. Terlebih, sekarang kamu sudah punya seseorang yang bisa kamu jadikan tempat untuk mendengar semua cerita kamu." balas Jake lembut.

"Tapi hatiku masih sakit, Jake. Rasanya lebih sakit dari kemarin," Lelaki itu menarik tubuh Tiar agar berbaring bersamanya.

"Iya, aku mengerti. Tidak masalah kalau kamu masih merasa sedih malam ini. Itu hal yang manusiawi, tidak ada yang akan menyalahkan kamu di sini. Tapi ingat, cuma malam ini saja, besok kamu sudah harus balik lagi seperti biasa, ya? Dan sekarang biar kamu tidak terus menerus ingat perkataan mama kamu, jalan satu-satunya adalah tidur. Jadi tutup mata kamu, aku udah ngantuk banget sayang." ucap Jake sambil mengelus kening Tiar dan perempuan itu hanya terdiam tak membalas ucapan Jake.

"Jake." panggil Tiar setengah berbisik.

"Yes, babe?"

"Terima kasih, sudah mau dengar ceritaku."

"Anything for you, darl. Good night." sahut Jake kemudian mengecup puncak kepala Tiar, dan kembali mengelus kening Tiar, dan tak lama kemudian wanita tersebut juga ikut masuk ke alam mimpi.






















TBC

Only Love You [Jake from Enhypen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang