40. Lost The Memory

230 28 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Denny tersentak lalu memegang kedua bahu Florensia sedikit erat.

“Apa maksudmu?”

“Perawat yang menangani Tiar bilang jika dia mengalami henti jantung, itu sama saja dia telah tiada, kan?”

Denny memejamkan mata lalu menghela napasnya yang terasa sesak.

“Flo, henti jantung tidak bisa di artikan meninggal jika belum lewat dari sepuluh sampai dua puluh menit. Sudah berapa lama perawat itu bilang?”

“Sekitar lima menit lalu,”

“Kita berdoa saja supaya Tiar bisa melewati masa sulitnya, kamu sudah menghubungi keluarganya?” Florensia menggeleng menjawab pertanyaan suaminya.

“Kalau begitu biar aku saja yang hubungi,”

Baru saja Denny hendak bangkit, tangan Florensia memegang tangan suaminya.

“Bagaimana dengan Jake? Kondisinya tidak parah, kan?”

“Perawat bilang Jake menghilang, aku tidak habis pikir bagaimana bisa mereka tidak sadar jika pasiennya menghilang?”

“Lalu kamu kenapa di sini? Carilah anakmu, apa kamu tidak mengkhawatirkan Jake?”

“Aku akan mencarinya setelah menghubungi keluarga Tiar, tolong jaga menantu kita sampai keluarganya datang.”





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Di sebuah ruangan bernuansa monokrom, Tiar menatap ke luar dinding yang terbuat dari kaca. Hamparan padang rumput yang di kelilingi rusa, domba, dan beberapa hewan pemakan rumput lain menjadi pemandangan yang amat menyejukkan mata.

“Kamu mau ke sana?”

Tiar menoleh dan tersenyum hangat pada Jake seraya mengangguk pelan.

“Jangan terlalu lama, kalau sudah mulai panas segera kembali lagi kemari.” ucap Jake lembut.

“Kamu lihat Jeremi? Dia sangat senang bermain di alam terbuka seperti ini, apalagi dia sangat menyukai rusa yang jinak di sana.” sahut Tiar senang, ia menunjuk ke arah anak laki-laki yang sedang mengelus bagian tubuh rusa.

Lelaki yang menjadi lawan bicara Tiar mengerutkan dahi, pasalnya ia sama sekali tidak mengenali anak laki-laki yang Tiar bicarakan.

“Jeremi siapa?”

“Anak kita, babe. Jahat sekali kamu tidak mengenalinya,”

“Aku bahkan belum bertemu dengannya, sayang. Bagaimana bisa kamu bilang dia anakku?”

Tiar memutar kedua bola matanya malas. “Tolong jangan memancing kekesalanku, kalau begitu aku susul Jeremi dulu.”

“Jangan terlalu lama di sana, babe.” Jake memperingatinya sekali lagi, entah kenapa hatinya gelisah sekali saat ini.

Tiar beranjak dan mendekati Jake, di usap surai lebatnya lalu mendaratkan sebuah kecupan di kening sang suami. Tangannya mengusap kedua pipi Jake dengan penuh kasih sayang.

“Aku akan terlihat dari tempat dudukmu, jadi jangan khawatirkan aku.”

“Kalau begitu aku ikut denganmu, ya?” Tiar menggelengkan kepala lalu menepuk kedua bahu Jake.

“Tunggu di sini saja, kamu tidak boleh ke mana-mana.”

Dengan segera, Jake menggenggam kedua tangan istrinya yang ia rasa dingin. “Aku temani ke sana, ya?”

Senyum di wajah Tiar tak luntur sedetik pun, wanita itu membalas genggaman tangan suaminya sambil mengelus punggung tangannya lembut.

“Di sini saja, jangan pergi dulu.”

Tiar melepaskan genggaman tangan Jake, lalu keluar dari ruangan tersebut. Jake ingin sekali menyusul Tiar keluar, namun tubuhnya seolah terpaku di tempat duduk tanpa tenaga. Napasnya mulai memburu dan kedua matanya terasa mulai memanas, dari tempatnya bisa dia lihat jika Tiar menghampiri seorang anak laki-laki yang sedang berlarian mengejar rusa.

Relung hatinya mendadak sesak melihat Tiar yang bermain bersama anak kecil itu, bukankah seharusnya dia merasa senang? Itu tandanya Tiar sudah siap memiliki seorang anak, kan?

Tiar dan anak kecil itu berbalik lalu melambaikan tangan ke arah Jake, bertepatan dengan setetes air mata yang jatuh dari matanya. Ia tak bisa membalas senyum ceria mereka yang perlahan terlihat berjalan semakin jauh dari pandangannya.

Tiba-tiba langit berubah kelam seiring dengan kesadarannya yang entah mengapa memudar.

Jangan pergi, sayang. Kamu bilang akan selalu di sisiku, kan?





Only Love You [Jake from Enhypen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang