Usai acara makan malam, Tiar duduk menonton tivi walau acara yang dia tonton tidaklah menarik. Jake yang sedari tadi mengobrol dengan Kartini dan Kartika di area dapur kini berjalan menghampiri Tiar di ruang tengah.
Jake menempatkan diri duduk di samping wanitanya sambil merangkul bahu Tiar. “Belum tidur?”
Tiar menggeleng lalu Jake membawa kepala wanita itu untuk bersandar di pundaknya.
“Kamu tahu? Kamu tambah cantik kalau pakai kebaya, aku jadi ingat bagaimana cantiknya kamu sewaktu perpisahan sekolah dulu.” ungkap Jake, ia ikut menumpu kepalanya di kepala Tiar.
“Aku tahu, makanya kamu tadi bengong terus waktu sampai di rumah nenek.”
Kedua pipi Jake perlahan bersemu merah menahan salah tingkah mendengar ucapan Tiar. “Kenapa kamu mudah sekali untuk menebaknya, sih?”
“Kamu yang tidak bisa menutupinya,” sangkal Tiar sekaligus menggoda lelaki itu.
Di belakang mereka, Kartini dan Kartika menatap mereka berdua sambil menahan senyum.
“Mama sekarang sudah percaya dengan lelaki itu, kan?” tanya Kartika dengan suara pelan.
“Mama harap dia benar-benar menyayangi Tiar dengan sepenuh hati dan tidak menyakitinya, Tika.”
Kartika membawa Kartini kembali ke kamarnya. Sedangkan Jake yang sedari tadi tidak mendengar suara Tiar sedikit menoleh padanya, ia mencubit pelan lengan Tiar hingga wanitanya itu menoleh ke arahnya.
Sebuah kecupan mendarat di bibir Tiar dan membuatnya terkesiap, sedetik berikutnya ia menegakkan tubuh untuk memerhatikan kondisi sekitar lalu menepuk bahu berotot Jake.
“Kalau nenek lihat bagaimana, bule?!” sungut Tiar menahan suaranya.
Jake terkekeh lalu mengecup keningnya cepat. “Biar saja, biar cepat disuruh menikah sama oma.”
“Oma? Nenek tidak suka sama panggilan itu, katanya terlalu tua.”
“Apa bedanya? Lagi pula tadi oma tidak keberatan aku panggil itu selama ngobrol dengannya,” Tiar cemberut lalu kembali menyandarkan kepalanya di bahu Jake.
“Kamu serius mau pakai kebaya di acara akad nanti?” tanya Jake dengan pandangan menatap ke tivi.
Tiar berdeham kemudian mendongak ke arah lelaki itu. “Aku maunya begitu, tapi kalau tidak memungkinkan ya sudah.”
Jake mengusap perut Tiar dengan perlahan. “Sigit bilang, kamu sering pegal ya?”
“Dia bilang begitu?”
“Iya, pasti dia sering mengamati kamu saat sedang beraktivitas di rumah.”
“Sedikit, tapi mengganggu. Walau sedang hamil aku harus tetap beraktivitas supaya janinnya aktif,” ucap Tiar ikut mengusap perutnya.
“Maaf, karenaku kamu harus menanggung akibatnya. Aku benar-benar minta maaf, Tiar.” sahut Jake penuh penyesalan, lelaki itu mendekap wanitanya dari samping.
“Sudahlah, Jake. Aku sudah melupakan dan memaafkanmu, yang terpenting kamu harus memegang teguh janji kamu. Aku bisa saja pergi tanpa jejak jika kamu kembali berulah,”
“Tentu tidak, aku tidak mau melepaskan kamu lagi babe. Aku sudah cukup tersiksa karena kita berpisah setelah acara kelulusan waktu itu,” Jake mengecup pipi Tiar dan mengeratkan pelukannya.
“Lalu ... sewaktu kamu di Australia, kamu pernah dekat dengan perempuan lain?” tanya Tiar membuat Jake terdiam, lelaki itu bingung untuk mengatakan yang sebenarnya pada calon istrinya.
“Ada, tapi kami hanya teman walau dia berharap lebih padaku hingga akhirnya dia menjalin hubungan dengan lelaki lain dan aku terbebas darinya.”
Tiar mengalihkan tatapan pada Jake. “Pasti dia cantik,”
Jake menggosok hidung mancungnya ke hidung Tiar.
“Percuma cantik kalau seluruh perasaan aku sudah kamu bawa sepenuhnya, mereka bukan kamu yang berhasil memikat hatiku.”
Tiar merasa jengah lalu menjauhkan wajah lelaki itu darinya.
“Dasar tukang rayu,” gerutu Tiar menggeleng tak percaya, rasanya sewaktu sekolah Jake sosok laki-laki yang kalem dan tidak suka merayu. Kenapa setelah lama tak bertemu justru berbeda seratus delapan puluh derajat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Love You [Jake from Enhypen]
Fanfiction(𝐒𝐥𝐨𝐰 𝐔𝐩𝐝𝐚𝐭𝐞) Kisah cinta lama yang tak pernah padam milik lelaki asal Brisbane, Jake Jonnas Johanson. Bermula ketika laki-laki asal Brisbane itu pindah ke Indonesia dan bersekolah di sana, ia bertemu dengan cinta pertamanya yakni Tiarani...