Mereka dalam perjalanan menuju ke tempat singgah terdekat. Masih di kawasan pantai akan ada rumah berbentuk pondok.Evans sudah mengatakannya, Arin masih menggunakan Hoodie milik Satria. Ia tersenyum membayangkan Evans meminta Hoodie ini dari Satria untuknya.
Belum lagi sampai tiba-tiba mereka merasa ada sesuatu yang aneh.
Ada segerombolan burung terbang di angkasa menuju ke arah yang sama di mana mobil mereka berjalan.Arin mengerenyitkan dahinya. Itu lumayan membuat sebuah pertanyaan di kepalanya.
Tiba-tiba mereka merasa jalanan mulai bergetar dan suara geraman yang sangat kuat.Arin melihat ke arah spion mobil untuk melihat apa yang ada di belakangnya.
"Evans! Tirex!!! Dinosaurus Evans cepattt!!!!!"Pria itu juga menoleh ke belakang sehingga dengan panik menambah laju mobil mereka.
Hampir mereka terlepas dari kejaran hewan purba itu tiba-tiba seekor Pterosaurus mencegah mobil mereka dan membawa mobil mereka terbang.
"Aaaaaaaaa!!!!"
Arin berteriak kencang karena ketakutan."Arin, Arin! Arin"
Evans menggoyangkan tubuhnya dan di saat itu ia membuka mata."Apa kau mimpi buruk?"
Tanya pria itu, serambi menatapnya penuh keheranan juga kekhawatiran."Apa?" Arin juga di buat kebingungan menatap ke sekelilingnya.
"Dinosaurus? Kita baru aja di bawa terbang oleh seekor Pterosaurus raksasa. Kita selamat? Dan tirex, kita tadi hampir mati"Evans tertawa keras, ia sambil menggelengkan kepalanya.
"Iya kita selamat, aku mengalahkan mereka dengan pukulan ku"
Gurau Evans masih di selingi kikikan.Arin menatap tajam, ia serius itu mimpi yang mengerikan.
Dan sekarang ia sudah ada di dalam ruangan di mana ia bisa mendengar suara ombak dengan sangat jelas. Benar, itu mimpi dan ia sudah berhasil mempermalukan diri."Kapan kita sampai?"
"Tiga jam yang lalu, sebelum dinosaurus menginvasi Bumi"
Perkataan pria itu membuat Arin ingin memukulnya, ia malu jika itu terus di bahas.
Evans memberikan segelas air. Dan Arin masih menatapnya dengan satiris karena kesal.
Tapi pria itu malah tersenyum. Dia paling menyebalkan jika mengejek dengan wajah tampan, karena Arin tidak bisa menahan jantungnya yang berdebar kencang. Bahkan ia tidak bisa marah, lenyap begitu saja seperti api yang di siram air.Sial, terkadang memiliki suami tampan memang tidak baik. Tapi, sangat baik apalagi tipe seperti Evans.
"Kau bisa berganti baju. Kita akan pulang setelah ini"
Evans kemudian berdiri dan keluar kamar.Arin menghela nafas sebelum bangkit. Ia melihat ke arah luar jendela, ombak yang indah. Memangilnya untuk bermain bersama air. Teganya Evans mengajaknya pulang padahal di depan sana ada wahana yang menyenangkan.
"Andai aku bisa bermain di sana dengan bikini"
Gumamnya, itu pasti menyenangkan. Ya, ia harap punya pulau yang hanya dirinya yang ada di sana. Jika itu benar terjadi, mungkin ia hanya bermimpi.Setelah ia berpakaian lengkap. Arin melangkah keluar untuk menemui Evans. Ia hendak menawarkan pria itu untuk mengajaknya jalan-jalan lagi.
Meskipun ia sedikit penasaran mengapa pria itu tau ukuran baju dalamnya.Hanya pria mesum yang tau hal itu bukan? Apakah Evans merabanya saat tidur?
Tapi Evans suami Arin, bukankah itu harusnya hal wajar. Tapi Arin tidak bisa menerima itu, ia belum terbiasa, dan mungkin tidak akan pernah.Ia melihat ada makanan di atas bersama Evans yang sudah menyantap hidangan yang tersajikan dengan santai.
Ia merasa lapar dan melupakan niat dan pikirannya tadi. Arin memilih makan sebelum berkata keinginannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Business 21+ [ Arin & Evans ]
RomanceAdult (21+)🔥🔥🔥 Warning not for minors Pernikahan karena bisnis apakah dia juga harus menahan gairah? Sesuatu yang terdengar seperti hasrat dan penuh cinta. Evans le Guillox adalah pemenang hati yang sesungguhnya.