EPILOGUE | It Still Starts with Us

4.7K 712 1.1K
                                    

Kursi meja makan di griya tawang milik Jungkook tidak pernah terasa lebih mencekam dari pada sekarang. Di sebelah kiri ada Jeon Jangho, kakek dari Jungkook tengah duduk tegap, terlepas dari umurnya yang sudah kepala tujuh.

Sementara di sebelah kanan ada Hasa yang masih menunduk, dia bahkan tidak sempat mengenakan pakaian yang benar kerena pria tua di hadapannya mengajaknya bicara empat mata.

"Han Sa Rang," kakek Jungkook mengeja.

Tentunya setelah ini, pria tua itu bilang dia akan mengajak Jungkook bicara empat mata. Soohyun telah diminta keluar, kata kakek Jungkook, setiap pembicaraan mereka adalah rahasia.

"Hasa, aku rasa kau masih ingat bahwa aku sering sekali berkunjung ke rumahmu dulu. Benar-benar rumah yang hangat. Pasangan muda dan dua anak perempuan mereka."

"Aku baru saja mengingatnya," jawab Hasa pelan.

Namun dirinya masih enggan membalas tatapan pria tua itu. Yang Hasa lihat saat ini hanyalah jemarinya yang saling menekan satu sama lain.

"Aku ingat sekali dulu ayahmu bilang putri pertamanya begitu aktif, fisiknya sangat kuat, dia juga anak yang cerdas di lingkungannya. Lalu—"

Kakek Jungkook memejamkan matanya.

"—putri keduanya begitu pendiam, fisiknya lemah sejak dia lahir, tapi kedua orangtuanya mengusahakan yang terbaik. Anak yang menurutku jauh lebih cerdas dibandingkan kakaknya."

Hasa mendongak.

"Kecerdasan yang sangat ekstrem," lanjut Kakek Jungkook.

Si gadis Han menelan air liur. Dia saat ini mempertanyakan, saat pemakaman kedua orangtuanya, kemana pria tua di depannya ini berada?

Kalau setiap hari saja Kakek Jungkook selalu berkunjung ke rumah mereka, bukankah itu pertanda ada hubungan dekat antara dia dan orangtuanya? Lantas kenapa di hari berkabung itu dia tak datang menenangkan Hana dan Hasa. Mereka masih terlalu kecil saat itu.

"Terima kasih pujiannya," jawab Hasa.

"Itu bukan pujian, Nak. Itu sesuatu yang memang nyata."

Hasa kembali diam. Dia tidak tau pria tua ini akan membawa pembicaraan mereka ke mana, yang jelas Hasa menemukan rasa emosi pria itu telah perlahan menghilang.

Tergantikan oleh rasa yang tidak bisa Hasa deskripsikan, tapi dia memiliki perasaan buruk akan apa yang terjadi selanjutnya.

"Kenapa kau tidak terlihat di pemakaman mereka saat itu?" tanya Hasa.

"Aku datang di saat tidak ada satu orang pun yang datang."

"Kenapa?" desak Hasa.

"Hasa, aku ada janji dengan temanku dalam 30 menit ke depan. Aku harus menyelesaikan pembicaraan kita lalu aku akan memberi sedikit pesan pada cucuku satu-satunya."

Kakek Jungkook menaruh kedua tangannya di meja dan Hasa menatapnya penuh rasa khawatir. Dia sangat ragu pria ini sudah kepala tujuh, jika dia mengaku kepala enam atau lima pun, orang akan percaya.

Pria tua itu mulai membuka bibirnya dan ketika setiap kata-katanya dirangkai menjadi beberapa kalimat yang mungkin jika dituliskan bisa menciptakan empat paragraf ...

AMERTA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang