12 | What About Going A Bit Hard

5K 697 979
                                    

Napas Hasa memburu, keringat membasahi seluruh keningnya, tubuhnya menggeliat di ranjang, membuat seprai yang awalnya rapi jadi sangat berantakan.

Gadis itu kembali mengalami mimpi buruk. Dia kembali di masa di mana dia melihat berita kecelakaan kedua orangtuanya seorang diri disaat dia tengah mempersiapkan gambar keluarga terbaik yang pernah dia buat.

Semua hal buruk itu terjadi satu hari sebelum ulangtahunnya. Hasa menganggap dia sejak lahir telah dikutuk agar semasa hidupnya, dia tak pernah bebas dari rasa sakit.

Kedua matanya terbuka, Hasa langsung meraih ponsel di sampingnya dan menyadari kalau ini adalah pukul satu dini hari. Yang mana dia sebenarnya baru saja tertidur setengah jam.

Kepalanya berdengung, Hasa berjalan menuju laci meja dan mengambil beberapa botol obat dari sana.

Matanya memicing membaca label karena lampu kamarnya telah dimatikan, tapi dia membiarkan tirai terbuka agar cahaya bulan menerangi kamar.

"Han Sajeong, kau seharusnya tidak memperlakukan aku dan Hana seperti ini...." gumam Hasa lalu meneguk beberapa pil bersamaan.

Pamannya yang membawa seluruh harta warisannya, Han Sajeong, masih tidak tau ada di mana. Hasa ingin mendapatkan apa yang menjadi hak dia dan kakaknya.

Dia berjalan keluar kamar, Hasa butuh minum. Dirinya mendapati Jungkook berbaring di sofa dalam keadaan bertelanjang dada, celananya tak lama lagi kering. Tatapan Hasa beralih menuju dapur, dia melihat Seokjin masih berkutat dengan laptop.

Telapak kaki telanjang Hasa berjalan tanpa suara ke arahnya lalu dia berdiri di belakang Seokjin, menyadari betapa lebarnya bahu pria itu.

Bibir Hasa terbuka dan dia merapatkan tubuhnya ke arah Seokjin. Si pemuda Kim menoleh ke samping. Jika dia menoleh terlalu bersemangat, mungkin bibirnya dan Hasa telah bersentuhan.

"Aku datang karena butuh air," bisik Hasa.

"Hanya air?" tanya Seokjin ketika menyadari Hasa sudah memakai gaun tidurnya yang manis.

"Mungkin juga hal lain. Itu pun kalau ada yang aku inginkan," jawab Hasa.

Dia mundur satu langkah dan Seokjin menatapnya penuh, senyum di bibir pria itu memudar saat melihat sesuatu di area bahu dekat collarbone Hasa. Tangannya terulur dan menyentuhnya.

"Sejak kapan kau punya tato?" tanyanya.

"Sejak lama, aku menutupinya dengan make up. Ini Red Spider Lily, beberapa orang percaya ini adalah simbol kematian atau duka, tapi ini biasa tumbuh mulai bulan September. Bulan yang spesial," jelas Hasa.

Seokjin menatap tepat ke arah matanya. Sebenarnya dia mengabaikan penjelasan Hasa dan hanya fokus pada tangannya yang menyentuh kulit gadis itu, tatonya yang kecil tapi sangat menarik.

"Ini bagus, sangat cocok di kulitmu" pujinya.

"Kau mau lihat tato lain di tubuhku?" tanya Hasa.

"Ada yang lain?"

Si gadis Han tertawa pelan.

"Kau tidak akan tau kalau tidak melihatnya sendiri," jawab Hasa dan Seokjin menelan air liur dibuatnya.

Gadis itu meraih gelas yang ada di samping laptop Seokjin dan berjalan menuju kamarnya. Di dapur, Seokjin terus memperhatikan arah Hasa pergi, bibirnya kaku, sampai pada akhirnya pria itu menutup laptopnya dan pergi menuju kamar si gadis Han.

Ketika dia membuka pintunya, di sana Seokjin melihat Hasa berdiri membelakanginya tanpa pakaian atas— hanya mengenakan bra tali.

Dia menutup pintu dan mendekat tanpa ragu, tangan Seokjin menyentuh punggung Hasa lalu memeluk gadis itu dan mendaratkan ciuman di pundaknya. Tangan Seokjin mengelus perut Hasa.

AMERTA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang