Pendingin ruangan di kamar Jungkook sepertinya tidak terasa dingin bagi Hasa, gadis itu sedang mencari-cari jawabannya, entah karena suhu AC yang di atas 22 derajat atau tubuhnya yang tidak sehat.
Gadis itu mengeratkan selimut yang dipakainya. Hasa tak berani menarik selimut lebih condong ke arahnya karena sekarang selembar kain mahal yang nyaman itu tengah dipakainya berdua dengan Jungkook.
Ya, mereka tengah berada di ranjang yang sama. Masing-masing membelakangi satu sama lain, tepatnya Jungkook yang lebih dulu memilih posisi itu. Hasa hanya mengikutinya saja.
Dulu saat mereka semua masih di panti, tidur seperti ini bukanlah hal yang baru. Terlebih panti itu juga bukan panti yang ternama, apa lagi besar, sehingga segala sesuatunya masih sedikit di bawah kata sederhana.
Namun hal itu berubah semenjak kedatangan Han bersaudara—Hana dan Hasa. Orang-orang panti menganggap itu adalah keberuntungan yang mereka berdua bawa, tapi bagi Hasa bukan itu penyebabnya.
Hasa kecil yakin sekali ada yang tidak benar mengenai itu semua. Bukan berarti juga dia tidak memiliki andil dalam menarik para donatur untuk memberikan dana bagi panti.
Ada yang bermain di belakang itu semua, seolah-olah orang misterius itu menggunakan dirinya dan sang kakak sebagai alasan panti tiba-tiba dilirik banyak donatur. Dari donatur yang jelas orangnya, sampai yang tidak tau seperti apa batang hidungnya, tapi dana mengalir begitu saja.
Ah ... ternyata sejak awal, segala sesuatu tentang kehidupannya memang mencurigakan. Dimulai dari kecelakaan orangtuanya, Hasa tau itu murni kecelakaan, tapi kecelakaan tunggal itu membuatnya selalu kepikiran.
Kemudian hal-hal di panti. Termasuk yang paling mencolok di antara itu adalah pertemuannya dengan Jeon Jungkook. Anak itu ... membuatnya begitu kesal.
Gigi Hasa bergemelatuk, tangannya mencengkeram seprai dan selimut bersamaan. Gadis itu perlahan mengubah posisinya menjadi menghadap punggung si pemuda Jeon.
Dia benci punggung itu. Hasa benci sekali dengan Jeon Jungkook, itu sudah menjadi rahasia umum selama di panti.
"Kau bisa membunuhku dengan tatapan itu."
Si gadis Han tersadar, memangnya apa yang dia lakukan tadi terlampau jelas, sampai Jungkook berhasil menyadarinya?
"Apa maksudmu?" tanya Hasa tak suka.
"Ah, aku ingat nada bicara itu. Kau yang dulu sekali, Hasa" sahut Jungkook.
Pria itu berbalik dan Hasa langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Jadi, dia perlu sedikit menunduk untuk bisa bertatapan dengan Jungkook. Pria itu tidur dengan keadaan bertelanjang dada, tapi dia tetap memakai piyama celana panjang berbahan sedikit licin.
"Kau sudah menyadari betapa kau membenci aku? Perasaan benci itu mungkin lambat laun terlupakan karena kita sudah terpisah 10 tahun lamanya, tapi perasaan itu tak akan hilang."
Kening Hasa berkerut saat Jungkook menekan tulang dadanya dengan ujung jari telunjuk.
"Kalau begitu seharusnya kau masih menyukai aku. Kau dulu ... Jungkook, tidak ada yang tidak tau kau mengejarku saat di panti" kata Hasa.
Si pemuda Jeon menghela napas. Dia menurunkan tangannya sampai melewati perut Hasa dan berakhir ke paha gadis itu. Jungkook mencengkeramnya erat-erat.
"Kata-kataku yang tadi, tidak berlaku untukku sendiri. Memangnya kenapa, Hasa? Kau berharap aku tetap menjadi Jungkook yang dulu? Anak kecil baik hati dan bisa ditindas olehmu sesukanya? Kau rindu aku, Hasa? Aku lupa menanyakan itu padamu."
"Aku tidak rindu padamu," jawab Hasa.
"Apa itu juga bohong? Dulu, kau selalu mengusirku ketika aku menemukanmu terbangun karena mimpi buruk, padahal kau hanya ingin aku tetap di dekatmu. Sejak kecil, kau penakut, Hasa. Apa jadinya tak ada aku dulu?" tanya Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA ✓
Fanfiction[Be Wise: Mature] Ada dua tipe pria di dunia ini. Pertama, pria baik-baik. Kedua, pria yang nakal. Menurut rumor, Jeon Jungkook bisa menjadi keduanya. Jungkook itu diktator, dendi dan parlente, arogan, dan kejam. Hasa sendiri adalah orang yang meras...