Asikkkk nih, kita malmingan bareng AMERTA. Seperti biasa, kalian kali ini dapat vote ke berapa?
Boleh dispam komen untuk meramaikan kolom komentarnya, yaa. Aku terima-terima sajaa. Atau komen di baris fav kamuu!
Langsung ajaa, gk sabar jugaa nih bawa kalian berkelana di Part ini. Enjoy yaa :*
**
Seorang pria berjalan menyusuri lorong dari sebuah rumah sederhana yang jauh dari pusat kota Busan. Rumah itu hanya memiliki dua tuan rumah yang bukan tuan rumah aslinya. Sementara yang menghuni rumah tersebut, terhitung lebih dari 50 orang.
"Ini saya, Tuan dan nyonya."
Pria itu memegang pintu yang tertutup dengan satu telapak tangannya. Dia menempelkan telinganya di sana.
"Masuk, Nak" sebuah suara menyautinya dari dalam. Membuat pria itu telah memiliki kuasa untuk masuk.
Pintu besar nan tinggi itu terbuka. Dia melihat sepasang suami istri yang rasanya tidak pernah menua itu tengah sibuk dengan apa yang mereka kerjakan masing-masing, dengan tujuan yang sama tentunya.
Sang wanita berambut panjang dan lurus memiliki wajah campuran. Seperti bukan asli Korea. Rambutnya hitam kelam, lebih dari langit malam, tapi belum mengalahkan jelaga. Sedikit lagi, bisa jadi.
Dia tengah duduk di atas meja dengan rokok di antara jari-jari tangan kirinya, dia mengapitnya di antara ibu jari dan telunjuk. Di tangan kanannya terdapat sebuah iPad keluaran terbaru yang dikirimkan seseorang kemari. Seseorang yang merupakan pemilik rumah.
Wanita itu mengenakan baju rumahan biasa yang sederhana, tapi tidak pernah ada yang meragukan bagaimana dia terlihat mengesankan. Umurnya beberapa tahun lagi akan genap kepala lima, tapi jika seandainya dia mengaku kepapa tiga pun, tak akan ada yang tidak percaya.
"Nak Huening, lama tidak bertemu. Bagaimana Seoul?" tanya wanita itu.
Suaranya lebih tegas dari siapapun yang pernah Kai temui dalam hidupnya. Ini adalah master kedua yang dia layani. Huening Kai, pria yang selalu bekerja di balik layar dan di dalam bayangan. Namun sepasang suami istri ini selalu menyorotnya dengan lampu panggung yang terang benderang.
"Ramai," jawab Kai seadanya.
Dia melihat ke arah pria yang duduk di kursi, suami wanita itu. Pria dengan kharisma yang Kai akui lebih dari sosok manapun yang pernah dia temui. Sungguh, atmosfer selalu terasa berat setiap kali pria itu dalam di dalamnya.
Pria itu 100% asli Korea, rambutnya berwarna brunette. Umurnya dua tahun lagi genap 50 tahun. Itu pun kalau dia memang tidak berbohong tentang umur, tapi ... siapa yang percaya akan hal itu? Dia terlihat tak kalah menarik dari semua aktor yang sedang naik daun.
Wajahnya kelewat tegas dan cenderung terkesan tidak ramah, tapi Kai tau, orang itu sosok yang baik. Dia mengayomi semua orang yang ada di pihaknya dengan sebaik mungkin, dan menghancurkan lawannya sekacau mungkin.
Dia selalu tampil formal. Namun saat ini dia terlihat sedikit tidak seperti biasanya. Kemeja yang berantakan, rambut tidak tertata rapi, dan yang jelas otot wajahnya tegang
"Tuan, saya membawakan sesuatu dari Seoul" kata Kai.
"Taruh saja di meja. Orang ini sedang mogok bicara karena dia merajuk baru mendapatkan kabar buruk semalam," sahut sang istri.
"Semuanya baik-baik saja. Kecuali pembunuhan pria tua pemilik minimarket itu. Sampai sekarang pemuda bernama Lee Haesoo masih tidak mau bicara, terlalu syok. Choi Beomgyu membawanya ke Gereja, seorang priest merawatnya" jelas Kai panjang lebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA ✓
Fanfic[Be Wise: Mature] Ada dua tipe pria di dunia ini. Pertama, pria baik-baik. Kedua, pria yang nakal. Menurut rumor, Jeon Jungkook bisa menjadi keduanya. Jungkook itu diktator, dendi dan parlente, arogan, dan kejam. Hasa sendiri adalah orang yang meras...