15 | Ur Body Lightweight Speaks to Me

6.2K 721 1.2K
                                    

Hai, Youniverse. Aku baru balik dari rest. Itu saja ... selamat membaca!
⚠️

Salah satu pion catur terjatuh ke lantai, menggelinding hingga berhenti di depan sebuah sepatu kulit panjang yang biasa dikenakan pria pada era Victoria abad ke 17.

Sosok itu merendahkan tubuhnya dan mengambil salah satu buah catur tersebut kemudian duduk di depan seorang gadis berpakaian serba hitam dengan mawar putih di dada kirinya.

"Mereka mengirimmu lagi, sendirian?"

"Sendirian."

"Ada perlu apa Han Hana? Kau selalu datang jika butuh sesuatu. Mereka memberimu sebuah hal yang menyusahkan di London?"

Hana mengangkat wajahnya. Sosok di hadapannya itu sama sekali tidak menua bahwa setelah lima tahun mereka tidak pernah bertemu lagi. Sesekali hanya berbicara di email.

"Ah, aku tau. Hanya ada satu hal di dunia ini yang membuatmu selalu kalang kabut. Adikmu, kan? Perempuan yang sulit diatur, berbeda denganmu, tapi orang sepertiku lebih suka yang susah diatur."

"Saat aku pergi beberapa saat yang lalu, apartmentnya meledak tanpa sebab, tidak ada bukti apa pun. Kepolisan Seoul menyerah dan menutup kasusnya. Aku khawatir karena aku sering pergi."

Pria di depan Hana mengeluarkan cerutu dari saku celanya dan Hana menyodorkan pemantik api untuk pria itu. Asap cerutu berembus ke atas dari bibirnya.

"Aku sudah mencari tau tentang itu. Kau tidak perlu khawatir."

"Sebagai seorang kakak, tentu aku khawatir. Hanya Hasa yang aku punya" sahut Hana.

"Bukan itu maksudku, Hana. Kau tak perlu khawatir karena yang meledakkan apartment itu adalah dirinya sendiri."

Bolamata Hana melebar, dia mendongak dengan wajah tegang. Membuat sosok di depan tertawa geli lalu menggeleng.

"Begini, Hana. Jika dalam sebuah kasus rumit kau tidak pernah bisa menemukan siapa pelakunya, kebanyakan yang menjadi penyebabnya adalah orang itu sendiri. Bisa saja saksinya atau korbannya. Kau bisa tidak percaya, bisa juga tidak."

"Seorang manipulatif dapat membolak-balikkan pikiran dan perasaan seseorang. Korban pun bisa dia buat merasa sebagai tersangkanya. Mereka mengacaukan logika seseorang, Hana. Ini hanya pesan saja."

Hana melepaskan mawar putih di dadanya dan meninggalkan bunga itu di atas papan catur yang dia mainkan sendiri sendari tadi. Yang memberi pesan padanya juga seorang ... manipulatif.

Sementara itu pada waktu yang sama, masih dengan situasi yang sulit dijelaskan. Jeon Jungkook kembali membasahi dirinya di bawah shower setelah mendapat jawaban tanpa Han Sarang.

Dia menyuruh gadis itu pergi dalam waktu lima menit darinya, tapi si gadis Han justru tetap berlutut di depannya, melihat lurus ke arah matanya, tidak bergeming sementara si pria Jeon dadanya terbakar dari dalam.

"Hah...." desah lelah pria itu.

Siapa yang sebenarnya mengerjai siapa sekarang? Jungkook menyugar rambutnya ke belakang dan menoleh ke arah pintu kamar mandi yang perlahan terbuka.

Kening pria itu berkerut, jantungnya yang semula sudah tenang mulai berlarian tak karuan— rasanya seperti itu. Dia mematikan air shower yang menghalangi penglihatannya.

Sebuah kaki masuk perlahan, Jungkook sampai mengusap wajahnya, berharap bahwa cerita hantu itu tidaklah nyata.

Pria itu tertegun saat melihat Hasa menyandarkan tubuh di sisi pintu yang terbuka. Gadis itu memandanginya dengan wajah bosan, sementara dia tengah memakai kemejanya.

AMERTA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang