Gak sadar ternyata udah sepanjang ini ngetiknya. Kalau di aku sih ini dikit lagi 40 halaman. Di kalian berapa halaman?
Vote ke berapa, Sayangku?
Langsung bacaa saja. Semoga suka :*
***
Ujung jari telunjuk Soohyun menyentuh permukaan meja kerja Jungkook, lalu dia menggosok jarinya dengan ibu jari, sambil memperhatikannya lekat-lekat.
Mencoba untuk memastikan bahwa tidak ada sedikitpun debu di sana. Seluruh penthouse harus dalam keadaan super bersih sekalipun sang pemilik tak ada di sini.
"Nak Soohyun, mulai besok aku akan menyuruh anak gadisku untuk membersihkan penthouse. Apa perlu izin Tuan muda?"
Soohyun menegakkan tubuhnya, dia melihat bibi yang mengurus penthouse berdiri di ambang pintu kamar Jungkook. Di bahunya ada sebuah lap kecil dan di tangannya ada cairan pembersih.
Jungkook mengajinya begitu besar, kata si pria Jeon, orang yang masih mau bekerja di umur yang tidak lagi muda, harus mendapat apresiasi, walaupun alasannya bekerja hanya untuk menghabiskan waktu agar tidak bosan di rumah.
Soohyun ingat dengan jelas, dia dan Jungkook bertemu wanita tua itu di sebuah supermarket. Wanita itu bekerja di bawah naungan chaebol angkuh. Jungkook bahkan melempar black card-nya ke wajah tuan sebelumnya dari wanita tua itu.
'Perlu aku beri tau password-nya? Bahkan jika kau menghabiskannya, kau tidak akan lebih kaya dari pada diriku. Kau tau kenapa? Karena kau hanya kutu di kakiku. Wanita tua itu, bekerja denganku sekarang. Lalu sebelum kau mencari pekerja baru, pastikan kau belajar sopan dan santun.'
Satu tangan Soohyun menyentuh dadanya yang menghangat. Mr Jeon memang sering di luar nalar saat melakukan sesuatu yang menurutnya baik, pria itu juga tidak akan mengaku kalau tengah menolong seseorang.
"Ah ... Nak Soohyun?"
Si pemuda Kim melirik. Dia terlalu terlena dalam pikirannya sendiri mengenai sang tuan. Pria itu berdiri menghadap sang wanita tua.
"Tetap akan saya bicarakan pada Mr Jeon nanti," jawabnya.
"Kau benar-benar ada di pihaknya, tapi aku lebih tenang jika orang sepertimu ada di pihak Nak Jungkook."
"Saya mengabdi pada Mr Jeon sampai mati. Seluruh hidup saya, telah didedikasikan untuk beliau" kata Soohyun dengan perasaan penuh terhormat.
"Kalau begitu. Aku akan pulang dulu, besok aku akan mengantar anak gadisku kemari. Tolong kabari Nak Jungkook."
Soohyun mengangguk. Wanita tua itu tersenyum dan kembali menutup pintu kamar. Soohyun merapikan meja kerja Jungkook lagi dan memastikan di setiap sisi terpencilnya tidak ada debu.
"Oh, omong-omong pertandingannya dimulai sekarang, ya?" gumamnya.
Pukul lima pagi, Jungkook mengiriminya pesan bahwa dia tidak boleh mengganggu pria itu sampai sore. Katanya akan ada pertandingan mendadak, pukul 10 dimulainya.
"Aku jadi penasaran, per—"
Kedua mata Soohyun melotot. Dia melirik ke arah pintu kamar Jungkook lalu tangan kanannya meraba saku belakangnya dan mengambil pistol dari sana. Kakinya melangkah gesit menuju pintu dan dia bersiap untuk membukanya.
Ada yang datang kemari, langkah kakinya tenang, tapi menurut Soohyun itu penuh penekanan. Akhir-akhir ini banyak penyerangan tidak terduga dari luar, tidak ada salahnya Soohyun meningkatkan kewaspadaannya.
Dia membuka pintu dengan gesit dan langsung menodongkan pistolnya. Matanya melotot ketika melihat Beomgyu yang sama terkejutnya. Ujung pistol itu benar-benar telah menekan kening si pemuda Choi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA ✓
Fanfiction[Be Wise: Mature] Ada dua tipe pria di dunia ini. Pertama, pria baik-baik. Kedua, pria yang nakal. Menurut rumor, Jeon Jungkook bisa menjadi keduanya. Jungkook itu diktator, dendi dan parlente, arogan, dan kejam. Hasa sendiri adalah orang yang meras...