EPILOGUE Season 2 | If It's Not Okay then It's Not The End

3.5K 533 488
                                    

Akhirnya, kita masuk juga ke EPILOG dari Season 2. Sebenarnya aku mulai lega karena sudah sampai di sini, yang mana artinya untuk seterusnya, jadi lebih jelas arahnya mau ke mana inii nanti.

Yang selalu rajinn kasih vote. Ayookk, absen seperti biasaa. Kalian dapat vote ke berapa hari ini??

Selamat dinikmati :*

***

Mobil yang dikendarai Jimin telah terparkir manis di basement gedung tinggi menjulang yang mana di paling atas menaranya adalah penthouse pribadi si pria bermarga Park. Dia saat ini tengah berdiri di depan Hasa yang terus memperhatikan punggungnya. Jimin pasti melalui banyak olahraga juga, sama seperti Jungkook.

"Ada yang mengganggu pikiranmu, Hasa?"

"Tidak, apa aku terlalu jelas memperhatikanmu?" tanya Hasa balik dan Jimin menoleh ke belakang dengan senyuman mencurigakan yang jelas terlihat sangat dipaksakan.

"Iya, apa kau tau? Saat kau menatap seseorang dari mata ke mata, kau seperti menelanjangi mereka di tempat itu juga. Lalu saat kau memperhatikan mereka dari belakang, rasanya seperti kau akan menguliti mereka pelan-pelan."

"Jadi kau merasa—"

"Seperti akan kau telanjangi lalu kau kuliti. Jujur aku lebih suka versi telanjang yang asli— membuka semua pakaian, dari pada ditelanji lewat tatapan," potong Jimin.

Suara denting pintu lift yang telah sampai di paling atas membuat Jimin kembali fokus melihat ke depan sambil menahan pintu agar tetap terbuka sehingga Hasa bisa berjalan keluar tanpa hambatan.

"Apa kabarmu, Hasa? Lama kita tidak bertemu," kata Jimin.

Lagi-lagi Hasa memperhatikan sekitar, dia bahkan menoleh ke belakang, berharap firasatnya tidak benar. Dia merasa tengah dilihati dari setiap arah.

"Bagaimana nampaknya aku terlihat, Park?"

"Kau nampak sehat. Kulitmu selalu seperti habis mandi sauna."

Oh, Hasa ingat, kulit sehabis mandi sauna pasti mengkilap dan nampak segar, kalau menurut pembicaraan khas di Jepang, ini artinya seseorang tersebut baru saja selesai melakukan hubungan badan.

"Tidak di siang hari," jawab Hasa.

"Beberapa orang suka melakukannya saat matahari masih bersinar terik," sahut Jimin.

"Kau salah satunya? Maka dari itu kau membawaku ke sini dengan alasan sesuatu tertinggal?"

"Aku lebih suka melakukannya saat malam hari. Aku suka melihat perempuan telanjang di bawah sinar bulan dan tentunya aku bisa menunjukkan bulan yang lain juga. Kau tau? Seperti makanan penutup yang nikmat."

Hasa tertawa pelan. Perempuan bukanlah makanan, kalaupun perempuan akan diibaratkan makanan, maka laki-laki adalah ikannya. Jika perempuan menjadi umpan, maka mereka memancing laki-laki biadab dengan kail berupa sebuah godaan dan menghilangkan mereka dalam sekejap. Entah mematahkan leher atau menikam jantungnya dari belakang.

Jimin mengeluarkan kartu aksesnya dan pintu terbuka, dia memberi isyarat bagi Hasa untuk masuk lebih dulu. Selagi gadis itu berjalan melewatinya, dia memperhatikan tubuh Hasa dengan ekspresi yang tidak biasa. Lalu pintu tertutup rapat dan kartu akses Jimin menguncinya rapat-rapat.

"Selamat datang, Hasa. Ini pertama kalinya kau datang kemari atau ... bukan pertama kalinya?"

"Apa-apaan itu? Terkesan menuduh," jawab Hasa.

"Oh, aku tidak punya keberanian menuduhmu kok. Mari ikut aku ke dapur, aku punya banyak koleksi minuman alkohol" kata Jimin mengalihkan.

Hasa sudah menciumnya, aroma ini, dia tengah dicurigai. Pertama Taehyung, keduanya sudah pasti pria ini, Park Jimin. Terkadang, Kim Taehyung dan Park Jimin adalah satu pikiran dalam dua jiwa.

AMERTA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang