PART 2 | Don't Disobey His Rules

4.1K 682 1.1K
                                    

Haloo, Youniverse. Akhirnya kita bisa malmingan bareng di sini. Sejujurnya ya, Wattpadku agak error, gak bisa pratinjau gitu jadi aku gak tau partnya ini rapi atau enggak.

Sekarangg, kamu ada di vote ke berapaa pas baca ini? Yang jawab, aku ksih es dawet.

Oke, langsung ajaa. Party party yeah di Part 2 Season 2.

Salam super hangat dari kursi pribadi Sir Jeon:*

***

Beberapa kertas dilempar dengan sengaja ke atas sebuah meja kayu yang telah banyak tergores benda tajam. Seorang pria dengan mantel hitam tebal mengambil apa yang membuatnya merasa tertarik, yaitu sebuah kerta dengan tanda yang berbeda dari yang lainnya.

"Mereka semua tidak bisa diremehkan," ujar pria yang baru saja datang membawa kertas-kertas itu. Ada tanda memanjang di wajahnya sampai melewati hidung. Hasil dari melakukan sesuatu yang berbahaya.

"Bahkan yang bukan inti pun, tidak bisa diremehkan. Awalnya mereka hanya bertiga lalu menjadi tujuh dan sekarang jika disatukan dengan perempuan-perempuan ini maka menjadi 13 orang."

"Bagaimana dengan yang satu ini? Yang ujung kertasnya berwarna hitam."

"Dia adik dari salah satu perempuan itu, adiknya yang bernama Han Hana. Dia bukan bagian dari mereka tapi bisa jadi akan menjadi bagian dari mereka."

Pria bermantel hitam mengoyangkan kertas dengan foto dan beberapa informasi tentang Hasa di sana.

"Dia ada di Qatar saat ini?"

"Ada, Tuan. Maka dari itu saya membawakan informasi tentangnya juga."

"Han Sarang ... jika disandingkan dengan Choi Seoji yang kita semua ketahui adalah kelemahan Jeon Jungkook, seberapa berbahaya perempuan ini?"

Pria di hadapannya nampak tidak perlu berpikir keras untuk menjawab.

"Bisakah Anda memberi perbandingan untuk saya?" tanyanya.

"Satu sampai 10 saja."

"1000, Tuan."

Si pria bermantel hitam mendongak dengan wajah bingung lalu dia menggeleng dan mulai tertawa.

"Bocah 21 tahun ini bukan chaebol, bukan juga anak dari menteri, bukan orang yang tercatat lulusan dari universitas ternama, aku bahkan tidak pernah mendengar namanya. Lihat, dia hanya mantan pegawai minimarket. Dari mana angka 1000 kau dapatkan? Apakah aku harus mencari informan baru karena dirimu sudah sinting?"

Sang lawan bicara menunduk.

"Saya tidak pernah asal bicara, Tuan. Saya pernah bekerja di bawah mafia Kolombia dan Meksiko, saya salah satu informan terbaik mereka sejauh ini."

"Ya dan dari mana angka 1000 kau dapatkan? Sudah cukup meninggikan dirimu. Aku tidak membayarmu murah. Aku sendiri adalah bagian dari gangster Sisilia, aku tidak peduli dengan mereka yang pernah memperkerjakan dirimu."

Sang informan menegakkan kepalanya.

"Saya menggunakan pengamatan semata, saya tau ini alasan bodoh, tapi gadis itu bisa menancapkan kukunya di leher Anda, Tuan. Catatannya sangat bersih, tidak ada catatan hitam dan saya tidak percaya, Tuan. Firasat saya tidak pernah salah. Silakan Anda sewa detektif paling hebat di London dan minta dia selidiki gadis bernama Han Sarang."

Itu adalah jawaban terakhir yang diberikan sang informan sebelum sebuah pedang menghunus perutnya dan ketika benda panjang, pipih, nan tajam itu ditarik, darahnya membanjiri lantai dan mengenai kertas informasi Hasa.

Membasahi kertas itu hingga menyerap ke seluruhnya lalu hanya menyisakan foto Hasa saja, yang tentunya sudah tidak bersih lagi seperti semula.

+++

AMERTA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang