Rainey meninggalkan rumah dengan membawa koper berisikan pakaian-pakaiannya, ia sudah tidak tahan dengan hinaan paman juga bibinya.
Rainey tinggal bersama paman dan bibinya sejak ia masuk di bangku sd karna kedua orang tuanya meninggal karna kecelakaan ketika akan menjemputnya dari sekolah.
Dengan langkah kaki yang berjalan tiada ujungnya, Rainey pun sebenarnya tidak tahu arah tujuannya kemana. Namun, yang penting dirinya tidak lagi tinggal di rumah yang tidak bisa membuatnya bahagia.
Sampai ia berteduh di sebuah minimarket karna tiba-tiba hujan mengguyur deras.
"Duh gue mau kemana lagi ini." Gumam Rainey.
DRRT DRRT.
Suara ponsel Rainey bergetar, bibinya sudah menelpon dirinya sebanyak 20 kali.
"Dasar anak tidak tau berterimakasih. Kemana kamu? Punya apa kamu keluar dari rumah, hah?" Kali ini Rainey memutuskan untuk mengangkat panggilannya.
"Rainey emang gak punya apa-apa, tapi bukan berarti Rainey gak bisa hidup sendiri dan terus bibi hina!"
TUTT TUTT TUTT.
Panggilan itu Rainey tutup secara sepihak, namun ia tidak sekuat itu untuk menahan tangisannya. Hingga ada seorang lelaki bertubuh tinggi menghampirinya dan memberikannya sapu tangan berwarna abu.
"Makasi." -Rainey.
"Lo perlu tempat tinggal?" Tanya lelaki yang sedang berdiri di hadapannya.
Rainey mengangguk.
"Lo mau tinggal sama gue?"
"Hah? Engga, lo siapa? Gue gak kenal."
"Gue Juna. Hari gini cari kerjaan aja susah, apalagi tempat tinggal dengan keadaan lo gak punya apa-apa."
"Aduh masnya jangan sok tau deh. Gue emang gak punya apa-apa tapi gue gak semurahan itu."
"Oh yaudah, selamat menjadi gelandangan." Juna melangkahkan kakinya.
Aduh tapi gue mau kemana, duit aja gue gak punya. Gue belum kerja karna sekolah juga gue belum lulus. -batin Rainey.
"Eh eh be-bentar. Yaudah gue mau."
"Ada satu syarat."
"Apa?"
"You have to be my charger."
"What?"
"Deal, sweety?"
"Ya jelas gue gak mau, enak aja lo. Gue bukan lonte."
"Ya itu terserah lo. Lo bisa fikir-fikir lagi, ini kartu nama gue. Hubungi gue kalo lo mau."
Juna memberikan kartu namanya kepada Rainey dan pergi melajukan mobilnya.
Hujan telah reda, Rainey kembali berjalan untuk menemukan sebuah pekerjaan dan juga tempat tinggal. Namun nihil, tidak ada yang menerimanya.
Ah, gue mau kemana lagi. Mana udah mau malem, andai aja mama sama papa masih ada. Maafin Rainey ma, pa. -batinnya.
Ia teringat akan suatu hal, seorang lelaki yang mengajaknya untuk tinggal bersama.
Telpon jangan ya, tapi gue kan bukan cewek murahan. Ah tapi, dia juga gak mau kali sama anak baru gede kaya gue, yaudahlah -kembali batinnya bergumam.
"Halo?"
"Oke, gue mau tinggal sama lo."
"Lo setuju dengan persyaratannya?"
"Hm, iya."
"Oke, gue jemput lo sekarang. Lo dimana?"
"Taman lavender."
"Just wait, baby."
Ishh geli banget. -batinnya.
Sekitar 20 menit menunggu, akhirnya Juna datang dengan senyumnya yang tampan. Ia menyimpan koper Rainey ke dalam bagasi mobilnya. Kemudian membukakan pintu mobil dan melindungi kepala Rainey dari atap mobil agar tidak terbentur.
Dalam perjalanan, tidak ada pembicaraan antara keduanya. Hingga mobil Juna telah tiba di sebuah apartemennya.
"Let's goo." Juna menarik tangan Rainey.
"Cu-cuma satu kamar?"
"Iya, lo tidur sama gue."
"Hah? Yang bener aja?"
"Udah lo mandi, bau asem."
Rainey mencium bau tubuhnya. Dasar Juna, tahu saja bahwa dirinya belum mandi. Ia mengambil handuk dalam kopernya lalu pergi ke kamar mandi.
"Gue harus ke kantor, lo tidur duluan aja."
"Iyaaaa." Teriak Rainey.
"Nama lo siapa?"
"Rainey."
"Oke, kita mulai besok ya Rainey."
Hah? Maksudnya apa? -batin Rainey.
--
Halo haloo, semoga suka sama ceritanya yaa^^
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE CHARGER 🔞 || LEE JUYEON
عاطفية[Completed] harap bijak, di bawah umur mohon tinggalkan jika tidak dosa di tanggung sendiri 🔞 || seorang gadis yang pergi dari rumah bertemu dengan seorang lelaki asing yang siap menampungnya "you have to be my charger!" , bagaimana kisah selanjut...