50: berkelahi

61 4 0
                                    


Jelas, dengan kedua matanya yang sehat, Arin juga sudah yakin jika ia tidak bermimpi saat melihat suaminya di hampiri seorang wanita yang entah siapa dan wanita itu memeluk pria miliknya.

Evans terlihat terkejut sama seperti Arin, pria itu lantas mendorong wanita yang memeluknya.

"Bagaimana kau sampai di sini?!"
Marah Evans dengan wajah berkerut.

"Arin"
Evans mendapati Arin berdiri di tengah lorong dengan wajah garangnya.

Wanita itu menoleh.

"Celina?!"
Arin memastikan itu bukan brand ambassador perusahaannya.

"Miss Dewanti?"
Kata Celina.
Dan kenyataannya itu memang Celina Jaitley.
Arin berjalan mendekat terburu-buru.

"Kau mengenal nona Dewanti"
Tanya Celina pada Evans.

"Nyonya Guillox lebih tepatnya, apa yang kau lakukan dirumahku? Apa urusanmu dengan suamiku huh?"
Tanya Arin sinis juga marah.

"Suami?!"
Celina menatap Evans dan Arin bergantian.

Arin menarik Celina agar tidak dekat-dekat dengan Evans.

"Ini bohong kan Evans? Ini gak mungkin, kapan kalian menikah?"
Celina terlihat tidak percaya.

"Tidak, it's real. Pulang kau sekarang dan menjauhlah dari suami ku. jangan pernah datang lagi ke sini! Kita bertemu di kantor besok!"

"Hey!!! Tunggu"

Arin mendorong Evans masuk dan menutup pintu dengan keras. Membiarkan Celina di luar sana.

"Aku bisa jelaskan"
Evans menampilkan raut khawatir pada hubungan yang baru mereka mulai dua hari yang lalu.

"Aku akan mendengar, cepat katakan"
Arin berkacak pinggang, mereka masih ada di depan pintu.

Pintu masih terdengar di gedor secara brutal. Tapi Arin dan Evans mengabaikan hal itu.

"Aku tidak punya hubungan apapun dengannya, dia pernah aku selamatkan dari para pria bajingan di klub dan sampai sekarang ia sering mengikuti ku. Aku benar-benar tidak perduli padanya"

Arin mengangguk kecil, ia masih mendengar dan memperhatikan.
Evans mengatakan yang sebenarnya dan dengan tulus ia tidak mau ada masalah di antara mereka berdua.

"Dia brand ambassador perusahaan. Aku akan memperingatinya besok"
Arin juga menjelaskan, ia jadi kesal. Kenapa bisa ada banyak sekali wanita cantik yang mengejar Evans. Arin jadi sedikit terganggu.

"Dia cantik, kamu gak tertarik?"
Pancing Arin. Ya Arin tidak mau menjadi wanita tukang bohong yang menampik kenyataan bahwa Celine sangat cantik.

Evans terdengar menghela nafas dengan raut wajah lelah serta bahu yang turun.

"Tidak ada untungnya menikahi wanita manja itu. Ayahnya juga seorang pejabat kotor, aku tidak mau dekat-dekat dengan orang-orang bengis seperti mereka. Lagipula kau lebih cantik, itulah mengapa aku memilih mu"

Arin mengerti dan cukup puas pada jawaban itu. Ia tidak akan menyinggung tentang Celine lagi. Meskipun ia merasa tetap kesal. Kenapa Evans tak cepat-cepat menolak pelukan dari Celine.
ia kemudian berjalan ke meja makan dan menyusun makanan di dalam kulkas. Di dalam kulkas Evans tidak terdapat banyak makanan. Hanya ada bahan pokok dan air mineral.

"Kamu dari bawah?"

"Huum, kamu nyariin aku?"
Tebak Arin.
Karena itulah Evans membuka pintu tanpa melihat siapa yang menekan bel, karena Evans pikir itu dirinya.
Arin berbalik dan menatap Evans.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang