64. Naka and his first born.

24.1K 1.5K 576
                                    

halo semuanyaa, selamat membaca part terbaru ini yaa, semoga kalian enjoy dan senang!
jangan lupa buat tinggalin komen dan votenya!
terima kasih teman-teman, selamat membaca<33

ramaikan perparagraf yaa!

happy reading y’all<33

mention of death ya teman-teman, so be carefull.

Kyra memutar knop pintu kamar milik sang abang, Aldebaran Saka Sanjaya. Namun, yang pertama Kyra lihat adalah Naka yang sedang memeluk bingkai foto Bara. Kyra memundurkan kakinya, mengurungkan niatnya untuk melangkah masuk.

“Papa rindu sekali dengan abang..”

Kyra membekap mulutnya, sudah hampir dua tahun Bara pergi, dan ini adalah kali pertamanya melihat Naka serapuh itu. Melihat Naka tampak tak memiliki kuasa dan tak berdaya atas perasaannya.

“Papa masih berharap abang ada disini Nak, Papa masih berharap kalau abang cuman pergi students exchange di Kanada. Papa masih berharap abang tetap hidup Nak.” ucap Naka lirih.

Kyra mati-matian menahan isakannya yang meronta ingin dikeluarkan. Kyra sungguh memohon ampun kepada Tuhan, sebab telah berpikir bahwa ia adalah satu-satunya orang yang paling hancur dan kehilangan. Telah berpikir bahwa dia adalah satu-satunya yang hidup dalam kesedihan sebab perginya Bara akan terus menjadi luka yang basah di hidupnya, atau mungkin untuk keluarganya.

Naka tidak pernah menunjukkan perasaan sedihnya di hadapan Kyra dan Kara. Bahkan, Kyra lupa kapan terakhir kali ia bertanya bagaimana keadaan Naka setelah kepergian Bara.

Belakangan ini, Kyra terlalu sibuk membenahi hidupnya yang berantakan, terlalu sibuk menyembuhkan dirinya sendiri, hingga lupa bahwa Sang Papa juga sedang berjuang untuk menjadi tidak sama hancurnya.

Lupa bahwa Sang Papa juga berjuang keras untuk tegar dan tetap waras untuk dirinya dan Kara.

Lupa bahwa Sang Papa juga tengah berjuang dengan hati kecilnya yang masih menolak kepergian Bara.

Kyra mungkin menjadi cinta untuk Naka, namun Bara, berperan menjadi segelintir cahaya penerang hidup Naka.

“Papa mulai berpikir, apa seharusnya waktu itu Papa gak izinin abang buat menyerah?”

“Abang tau kan Nak? Kalau Papa enggak pernah bisa menuntut sesuatu dari anak Papa. Papa enggak bisa seegois itu untuk menahan Abang tetap bertahan padahal Papa tau abang sudah kesakitan.”

Naka mengusap air matanya yang kian deras, “Tapi Abang, hidup enggak semudah itu ternyata waktu tau my first born is already gone, Abang.” ucap Naka sedih, menyayat hati Kyra habis-habisan.

“Abang, Papa khawatir siapa yang akan jaga Kyra kalau nanti Papa sudah enggak ada, Papa membesarkan Abang dengan baik dan tangguh supaya bisa menjaga cinta kita bersama. Tapi Abang sudah enggak kuat ya Nak?”

“Papa minta maaf kalau selama ini belum jadi Papa yang baik untuk Abang dan Kyra. Papa akan terus belajar jadi Ayah yang baik, supaya Kyra bisa lebih siap dengan hidupnya, karena cepat atau lambat Papa juga pasti akan pergi meninggalkan Kyra.”

Naka mendekap bingkai foto Bara erat, “Papa enggak bisa bayangin saat Papa pergi ninggalin Kyra sendiri di dunia. Abang, Papa minta maaf ya, karena Papa masih selalu berharap untuk hidup panjang, karena Papa enggak siap meninggalkan Kyra disini sendiri.”

“Papa—”

“Papa... Papa gak boleh buru-buru ninggalin Kyra ya Pa? Papa janji kan Pa?”

Naka terkejut, ia menoleh kearah pintu dimana Kyra berdiri mematung menatapnya dan menangis. Kyra memasuki kamar Bara, ia menghambur kedalam pelukan Naka.

SEKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang