Dengan pandangan kosongnnya, anna menyetir mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, entah akan kemana dia saat ini yang pasti dia sudah sangat lama berkeliling kota sendirian dengan mobilnya.
"Dasar childist, manja, cari perhatian" sedari tadi anna terus saja bergumam seperti itu. Perkataan airin beberapa jam lalu mampu membuat hatinya sakit dan kata-kata tersebut masih saja terngiang-ngiang sampai sekarang.
Mulai hari ini dia akan bertekad tidak akan manja, childist dan cari perhatian entah pada siapapun itu terutama pada kakak sulunganya, dia akan hidup mandiri mulai dari sekarang. Dia ingin membuktikan pada kakanya itu bahwa dia bukanlah anna yang manja dan kekanak-anakan.
Anna memutuskan untuk pulang saat jam makan malam tiba. Saat dia masuk, dia segera menghampiri bunda dan kedua kakanya yang sedari tadi menunggu nya untuk makan malam.
"Dari mana sa~~" belum selesai luna berbicara, tapi anna sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Kalian makan duluan aja, aku langsung ke kamar" ucap anna dengan wajah datarnya lalu pergi menaiki tangga, tapi saat dia akan melangkahkan kakinya untuk menaiki tangga, tiba-tiba sahutan airin membuatnya berhenti.
"Ga ada yang ngajarin kamu buat motong ucapan orang yang lebih tua kaya tadi" airin mengucapkan dengan nada dingin dan menatap punggung adiknya itu.
Anna menoleh ke belakang dan menatap kakak sulungnya "memang tidak ada, lantas kenapa ?"
"Kamu berani menjawab?" Airin bangkit dari duduknya dan menghampiri anna.
"Aku berhak membela diriku sendiri" balasnya
plak~~
Airin tanpa sadar menampar pipi adiknya, selama ini baik dia maupun keluarga nya tidak ada yang berani untuk main tangan pada saat berantem bahkan orang tuanya pun tidak pernah. Untuk pertama kalinya airin bersikap kasar terutama pada adik kesayanganya.
Sebuah tamparan keras yang mengenai pipi anna ini membuat dia menoleh ke arah kanan. Dia merasa tak percaya dan menyentuh pipi kirinya yang terasa perih dan panas.
Kalila dan luna yang menyaksikan itupun segera menghampiri mereka.
"Kalian ini apa-apaan sih, gaada yang ngajarin kalian buat bersikap kaya gini terutama kamu airin, ayah sama bunda ga pernah ngajarin kamu buat main tangan kaya gini". Ujar luna yang tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang.
Kalila pun berusaha untuk menenangkan bundanya dengan mengelus lengan nya.
Anna mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk "kau menamparku kak ?" Ujar anna dengan tersenyum tapi air matanya sudah mengalir.
"Sesalah itukah aku dimata kakak ? Aku janji kak pada diriku sendiri bahwa mulai hari ini aku gaakan manja, gaakan childist, gaakan cari perhatian dan gaakan ngerepotin kalian lagi terutama kakak." Anna lalu melanjutkan jalannya untuk menaiki tangga dan memasuki kamarnya.
Airin yang sedari tadi hanya melamun pun baru tersadar apa yang telah dia lakukan pada adiknya itu sudah di luar batas.
Kalila lalu menghampiri kakanya dan membawa nya masuk ke dalam kamarnya. Dia tentu sangat marah pada kakak nya itu karena telah menampar adik yang sedari dulu dia jaga agar tidak disakiti oleh orang lain.
Sedangkan luna, dia segera menghampiri anna ke kamarnya yang kebetulan tidak ditutup. Luna kaget saat melihat anna sedang memasukan baju-bajunya ke dalam koper sambil menangis di dalam walk in closet nya.
Luna memeluk anak bungsunya itu dari belakang dan membuat anna berhenti dari kegiatanya.
"Adek lagi ngapain ? Adek mau kemana ? Adek mau ninggalin bunda ?" Luna berusaha untuk tidak menangis saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister's
Teen FictionSebuah cerita tentang kehidupan 3 kakak beradik yang saling menyayangi satu sama lain.