Kalila POV
Kalila baru saja masuk ke dalam ruangan icu setelah kakanya, dia memilih menjadi orang yang terakhir untuk melihat kondisi adiknya agar memiliki waktu lebih lama dekat adiknya. Dia tidak tega melihat adiknya dengan kondisi penuh luka dan dipasangkan beberapa alat di tubuhnya, dia tidak asing dengan alat-alat tersebut tapi tetap saja tidak ada di dalam pikiranya bahwa dia sendiri yang memasang alat tersebut pada tubuh adiknya.
Kalila duduk di bangku samping brankar anna, dia meraih tangan yang cukup dingin itu lalu menggenggamnya menyalurkan kehangatan. Tangan nya terus saja mengelus punggung tangan anna sambil menatap wajah pucat adiknya.
"Adek ayok bangun, kakak bakal nungguin adek disini sampai kamu bangun. Sebentar lagi kamu ulang tahun, ayok bilang sama kakak kamu mau hadiah apa" kalila bermonolog dengan suara yang tercekat.
"Kamu sayang sama kakak kan ? Makanya ayok bangun, kakak emang jarang nunjukin rasa sayang kakak ke kamu secara langsung tapi kamu harus percaya kalau kakak sayang banget sama kamu" kalila mencium punggung tangan anna.
Sekuat dan sekeras apapun dia berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya, tapi ketika melihat saudaranya sakit ataupun sedih, air matanya akan tetap turun. Ini kali keduanya kalila menangis di hadapan anna walau kali ini adiknya itu tidak melihat tapi kalila percaya orang kritis atau koma, mereka masih dapat mendengar orang disekitarnya.
Rasa takut hinggap di hati kalila saat menatap dengan jelas kondisi adiknya, dia sangat tau betul kalau mencari donor jantung itu tidak lah mudah dan memerlukan waktu yang lama.
Sudah 30 menit kalila di dalam menemani anna, dia memutuskan untuk keluar untuk berdiskusi dengan keluarganya dan kebetulan juga waktu tunggu nya sudah habis.
"Kakak keluar dulu ya nanti kakak kesini lagi. Gapapa adek sekarang tidur, adek capek kan ? Adek butuh istirahat, tapi besok bangun ya sayang jangan lama-lama tidurnya. Kakak sayang sama kamu" kalila mencium cukup lama kening adiknya.
Saat kalila keluar, dia melihat luna yang sedang mengobrol dengan kakek arvan, tasya dan juga jessica, dia juga melihat cala yang sedang duduk bersama airin.
Kalila menatap datar bundanya yang langsung melihat ke arah dirinya saat dia keluar dari ruangan icu. Luna langsung ingin masuk ke dalam ruangan icu untuk melihat anna.
Saat akan masuk ke dalam ruangan, kalila menghadang luna tepat di depan pintu ruang icu.
"Bunda ngapain disini" tanya kalila masih dengan ekspresi datar.
"Lila, bunda mau liat adik kamu"
Kalila dapat melihat bengkak di mata luna, bundanya ini pasti habis menangis. Dia berfikir bahwa yang memberitahu anna kecelakaan kepada bundanya pasti jessica atau tasya.
"Gaboleh, buat apa bunda masuk ke dalem ? Masih inget sama anak bungsunya?" Tanya kalila cukup sarkas.
Airin yang melihat kalila seperti itupun lantar berdiri dan menarik tangan adiknya untuk bergeser dan membiarkan bundanya masuk.
Kalila yang tangannya di tarik oleh airin pun segera melepaskan tangan kakaknya kasar, dia masih kesal pada bundanya itu.
"Sekali lagi aku bilang, bunda gaboleh masuk silahkan pergi dari rumah sakit ini. Adek masih punya aku sama kak airin" sambungnya lagi.
"Lila biarin bunda masuk sebentar aja buat liat kondisi adik kamu, bunda mohon sama kamu" luna memohon dengan mata yang sudah mengeluarkan air mata itu karena dari tadi dia khawatir dengan anna.
"AKU BILANG ENGGAK, BUNDA KEMANA AJA KEMARIN ? SIBUK SAMA ANAK BARU BUNDA ? LUPA SAMA KITA HAH?" Teriak kalila sudah tidak tahan mengeluarkan isi hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister's
Novela JuvenilSebuah cerita tentang kehidupan 3 kakak beradik yang saling menyayangi satu sama lain.