Chapter 17 : Cry of The Wolf

164 25 2
                                    

Elyan memang sudah menjadi Pewaris Lautan. Dia lah Raja Lautan, Vierra menyimpulkan. Tapi kenapa dia masih bisa berada di atas laut? Dia tidak dikurung di dasar lautan.

Kemudian Vierra mengingat saat Elyan memberinya ciuman yang mampu membuatnya bernafas dan berbicara di bawah laut. Dia mengingat wujud Elyan saat mereka berada di bawah laut, saat itu, Elyan memiliki insang di lehernya dan sisik-sisik keemasan di kulitnya. Elyan juga pernah mengatakan bahwa dia bisa bicara dengan Jörmungandr. Dia kebal terhadap nyanyian Siren saat Vierra justru hampir terjebak dalam nyanyian makhluk mitos tersebut. Kini semuanya masuk akal baginya.

Elyan bisa melakukan semua itu bukan karena kekuatan dari jantung Naga Air yang ada dalam Kompas Samudra. Elyan bisa melakukan semua itu karena dia lah Raja Lautan, pewaris dari Ratu Lautan, penguasa tujuh lautan yang sesungguhnya.

"Kapten sudah kehabisan waktu." Estelle mengonfirmasi, membuyarkan lamunan Vierra. "Dia memang sudah menjadi Pewaris Lautan. Tapi dia masih belum menggantikan posisi Ratu Lautan untuk bertakhta di dasar laut—atau dikurung lebih tepatnya. Itu karena dia meminta tambahan waktu pada Ratu Lautan. Dan Sang Ratu memberikannya dengan syarat."

Vierra menelan kegugupan, memberanikan diri bertanya, "Apa syaratnya?"

Baru saat Estelle membuka mulutnya untuk memberitahu Vierra syarat yang diberikan oleh Ratu Lautan, tiba-tiba terdengar suara gemuruh guntur, suara monster yang meraung di tengah malam. Bulu kuduk Vierra meremang. Suara itu begitu menggetarkan jiwa, menakutkan, namun di saat yang sama juga mengibakan. Entah monster atau binatang buas yang membuat suara itu, tapi satu hal yang pasti, itu adalah jerit kesakitan, permintaan tolong dalam keputusasaan. Makhluk itu sedang memohon pertolongan dalam lolongannya yang menyayat hati.

Vierra memperhatikan Estelle buru-buru menoleh ke arah jendela kabin seolah ada sesuatu di sana. Vierra mengikuti arah pandangnya, tapi tidak ada apa-apa di luar sana. Hanya ada pemandangan malam hari, lautan yang tenang dan rembulan yang bersinar penuh.

Bulan purnama. Itu adalah purnama keenam di tahun ini.

"Oh, sudah bulan purnama lagi rupanya." Kata Estelle dengan datar. "Kuharap Nasser sudah menggantikanku menjalankan tugasku untuk merantainya dan mengurungnya. Kalau tidak, kita semua berada dalam masalah besar."

"Siapa yang kau maksud?"

Estelle menaikkan sebelah alisnya, "Siapa lagi? Tentu saja kita harus mengurung Kapten pada malam bulan purnama jika kita semua tidak mau mati."

"Jadi suara tadi itu..."

"Benar. Itu suara pasangan jiwamu. Seharusnya perubahannya tidak menyiksa. Tapi karena perjanjiannya dengan Ratu Lautan—karena dia masih juga belum menyelesaikan tugasnya di purnama keenam ini—setiap malam bulan purnama, saat dia seharusnya menjadi Serigala untuk berburu, dia tidak akan bisa berubah dan itu akan menjadi sangat menyiksa baginya. Kita biasanya akan berlabuh di sebuah pulau dan meninggalkannya di dalam kapal seorang diri karena dia akan menjerit kesakitan sepanjang malam. Tapi karena kita sudah terlanjur berlayar kembali, kita harus bersabar mendengarkannya malam ini. Jangan coba-coba mengasihani dia. Dia benci dikasihani. Lagi pula tak ada yang bisa kita lakukan untuknya."

"Tidak." Kata Vierra, tegas. Dia berdiri dari duduknya, tangan terkepal erat di samping. "Aku pasti bisa melakukan sesuatu untuknya."

"Kau mau ke mana? Kapten memerintahkan kami untuk tidak mendekatinya saat hal seperti ini terjadi. Dia tidak akan suka jika awak kapalnya tahu bahwa dia tersiksa, dia tak suka dilihat dalam keadaan terlemahnya, itulah sebabnya selama ini dia memerintahkan kami untuk mengosongkan kapal dan meninggalkannya sendiri dalam keadaan terantai setiap bulan purnama." Estelle mengikuti langkah cepat Vierra di belakangnya.

Empire Of The Seven SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang