Chapter 44 : Eyes of The Reyes

167 15 0
                                    

"Jadi..." Vierra duduk di samping Violet di waktu istirahat mereka, "Apa yang terjadi pada Raja Frederico ratusan tahun yang lalu?" Tanyanya.

Itu bukan jenis pertanyaan menginterogasi maupun penuh rasa ingin tahu. Vierra menanyakannya sambil lalu, sambil memakan buah apel yang sudah dipotong-potong oleh Elyan. Seperti seorang gadis yang menanyakan hubungan percintaan sahabat perempuannya alih-alih seorang murid yang menanyakan sejarah kelam gurunya.

Violet tak langsung menjawabnya. Dia hanya menatap ke kejauhan, ke arah Istana Westeria nun jauh di belahan bumi lainnya.

"Maksudku..." Vierra mencoba lagi, "Katanya beliau sama sepertiku. Kebal terhadap semua kemampuan keempat Klan. Dia dari Klan Reyes, aku ragu ada pedang seseorang yang cukup cepat untuk melukainya. Dan katanya dia—"

"Aku membunuhnya." Ucap Violet, pelan dan lembut. Jelas sekali ada penyesalan dalam caranya mengucapkan kalimat itu. Penyesalan yang terkubur selama ratusan tahun.

Baru kali ini Vierra mendengar gurunya berkata tanpa logat kasarnya. Sama sekali tak terdengar seperti Violetta Reyes yang dia ketahui. Tapi mungkin dulu dia selalu menggunakan gaya bicara selembut ini. Pikir Vierra.

"Kau tidak membunuhnya."

Vierra menoleh ke balik bahunya dan mendapati Elyan sudah memegang wadah berisi air hangat dan kain untuk mengompres lengannya. Elyan duduk di sampingnya. "Maaf, aku tak bermaksud menguping pembicaraan kalian." Katanya sambil membantu Vierra mengompres tangannya yang mulai terlihat membengkak. "Raja Frederico tewas karena—"

"Aku memutus ikatan cinta abadi kami. Kau benar." Kata Violet tanpa menoleh baik ke arah Elyan maupun Vierra. "Aku seharusnya tak melakukannya. Rico tidak pernah bermaksud mengecewakanku. Tentu saja dia butuh pewaris. Dia seorang Raja. Tapi dia tak pernah mengkhianatiku. Dia hanya mencintaiku, aku tahu itu."

Vierra hanya diam mendengarkan, begitu pun dengan Elyan. Karena sepertinya Violet akan berhenti bercerita jika mereka mengatakan sepatah kata pun. Jadi meski Violet tak lagi mengatakan apa pun dan hanya menatap kosong ke arah horizon, tak satu pun dari keduanya yang berani angkat bicara untuk mengisi kekosongan. Mereka menunggu.

"Saat itu aku masih sangat muda. Tujuh belas, mungkin, aku tak benar-benar ingat." Violet akhirnya melanjutkan ceritanya. "Aku mudah cemburu dan saat itu adalah patah hati terbesarku. Rasanya sakit sekali melihat Rico tersenyum menatap bayi laki-laki itu. Seharusnya dia hanya tersenyum pada anakku. Anak kami. Seandainya saja aku bisa melahirkan anaknya."

Tujuh belas? Elyan bertanya, melirik ke arah Vierra.

Orang jaman dulu menikah cepat, Elyan. Menurut sejarahnya, Violet menikah di usia empat belas tahun dan Frederico saat itu berusia dua puluh dua tahun.

Mata Elyan terbelalak kaget mengetahui sejarah itu. Astaga! Itu tindakan kriminal! Melanggar hukum! Raja Frederico menikah dengan anak di bawah umur!

Hukum jaman dulu berbeda.

"Tapi aku tak akan pernah bisa melahirkan anaknya." Ucap Violet.

Dengan maksud menghibur hati Violet, Elyan pun berkata, "Bagaimana kalau ternyata bisa, hanya saja kau saat itu masih terlalu muda jadi—"

"Memang."

"Apa?" Vierra dan Elyan mengucapkannya bersamaan. Kebingungan terlukis di wajah mereka berdua.

"Masalahnya bukan padaku. Saat itu aku masih sangat muda, tapi orang-orang kolot itu mengharapkanku dapat hamil dengan cepat." Violet kini menatap Vierra dan Elyan yang masih mendengarkan ceritanya dengan seksama, "Putra yang dilahirkan selir itu bukan putranya Rico. Selir itu berselingkuh dengan sepupu jauhnya Rico yang juga berasal dari Klan Reyes. Dan aku baru tahu hal itu setelah kematian Rico."

Empire Of The Seven SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang