Chapter 46 : Bloodthirsty

168 19 0
                                    

"Jadi ada cerita apa mengenai Laut Emerald ini? Jangan bilang bahwa di dasar laut tersimpan banyak bola mata Klan Reyes." Vierra bertanya pada Elyan.

Mereka berdua bertelanjang kaki, duduk di geladak belakang usai berlatih tanding berdua saja. Ombak Laut Emerald memercik membasuh kaki mereka, menciptakan hawa dingin yang menyebar ke seluruh kulit hingga membuat mereka tetap sadar dan siaga. Violet tak lagi melatih Vierra karena Elyan sudah memerintahkan Nezha untuk membawa pergi Sang Guru tadi pagi segera setelah dia tahu bahwa mereka telah sampai di Laut Emerald. Dia juga meminta Violet untuk membawa serta Yerome bersamanya, meminta Sang Guru untuk melatih putra angkatnya itu sekaligus untuk mengamankannya. Dia tak ingin Violet masuk dalam pertempuran berbahaya mereka. Kemampuan berpedang Violet memang berguna, namun Elyan mengatakan bahwa kemampuannya tak dibutuhkan dalam pertempuran mereka melawan Sang Ratu Lautan. Karena hanya Vierra yang bisa melawannya menggunakan Trisula Bulan Sabit.

Setengah melamun, Elyan menatap jauh ke horizon, melihat apa yang ada di ujung Laut Emerald. Seolah kemenangan mereka terlihat dari sana.

"Ada sepasang suami istri dari Klan Reyes. Suatu hari, suaminya yang seorang pelaut menghilang dan tidak kembali ke rumah." Dia memulai sebuah kisah. Gaya bicaranya seperti seorang pendongeng. "Sang Istri yang lelah menunggu kepulangan suaminya, pergi ke laut untuk mencarinya. Tapi hari berganti bulan, bulan berganti tahun, dan suaminya tak juga ditemukan. Dia menangisi suaminya siang dan malam, setiap saat, hingga bola matanya keluar, jatuh ke dasar laut. Dia pun mati di tengah laut setelah seluruh air matanya habis. Sejak saat itu, Laut Emerald menjadi berwarna hijau seperti bola mata Klan Reyes."

Cerita itu seharusnya menyedihkan karena akhir yang begitu tragis, tapi Vierra justru bergidik ngeri.

"Benar, kan. Bola mata lagi yang ada di dasarnya. Kenapa orang-orang Westeria suka sekali membuat dongeng tentang bola mata yang keluar dari rongganya." Vierra mendengus.

"Dongeng itu berasal dari utara. Dongeng-dongeng Westeria biasanya lebih indah dan tidak menyeramkan." Kata Elyan. "Dan dongengnya tak berakhir di situ. Kematian wanita itu bukan akhir dari kisah tersebut."

Vierra mengangkat sebelah alisnya. "Aku tak yakin mau mendengar kelanjutannya."

"Suaminya ternyata masih hidup. Bajingan itu selama ini hidup bahagia dengan wanita lain yang lebih muda dan lebih cantik dari istrinya." Elyan melanjutkan. Dia menoleh ke arah Vierra, "Ceritanya berakhir bahagia."

"Aku khawatir kita punya konsep yang berbeda mengenai akhir bahagia." Vierra meliriknya tajam.

Elyan tertawa, "Bukan itu akhirnya. Istri mudanya memang cantik, tapi gila harta. Untuk mendapatkan seluruh hartanya, dia membunuh pria itu dan membuang mayatnya di laut yang sama. Kini Sang Suami dan Sang Istri sama-sama berada di dasar laut, dan bola mata mereka menjadikan laut ini berwarna emerald. Tamat."

Lama Vierra menatap Elyan tanpa yakin ingin berkomentar apa mengenai akhir dari kisah itu. Itu memang bukan akhir bahagia yang dinantikannya, bukan akhir yang diinginkan semua orang, tapi seperti apakah sebenarnya akhir bahagia itu?

Dan akhir seperti apa yang Vierra inginkan untuk kisahnya sendiri?

"Menurutku cerita itu benar." Katanya akhirnya. Dia tak lagi menatap Elyan, melainkan ke arah lautan lepas di hadapan mereka. Lautan yang sewarna dengan matanya.

Elyan menoleh padanya, mimik wajahnya menunjukkan bahwa dia sama sekali tak menyangka Vierra akan menganggap dongengnya sebagai sesuatu yang serius. "Kenapa?"

Vierra menatapnya kembali, "Aku akan melakukan hal yang sama jika aku kehilanganmu. Aku akan menangisimu siang dan malam hingga bola mataku keluar dan jatuh ke dasar laut."

Empire Of The Seven SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang