Chapter 36 : A Decision

129 17 0
                                    

Istana Wisteria, seperti yang diingat Vierra, merupakan perpaduan antara bangunan tua bersejarah dan taman bunga tempat tinggal peri dalam dongeng. Daun-daun merah musim gugur dari tanaman sungguhan merambat di sepanjang dinding, alih-alih ukiran-ukiran bersepuh emas yang biasanya ada di Istana-Istana di utara dan selatan. Bunga-bunga Wisteria yang konon tumbuh sepanjang tahun di Istana menjuntai di sepanjang lorong yang dilewati Vierra menuju kamar tempat Pangeran Frederick dirawat, menguarkan aroma yang memikat. Jika di Istananya jendela-jendela selalu ditutup rapat agar mencegah udara dingin dari luar masuk ke dalam, di Istana Wisteria, tidak ada jendela yang ditutup. Semua jendela besar yang menghadap langsung ke pemandangan Danau Air Mata Ibu atau dalam bahasa Westernia lebih dikenal sebagai Lacrima de Madre. Angin sepoi-sepoi berhembus, meniup tiap helai rambutnya, menerbangkan beberapa kelopak bunga Wisteria yang berjatuhan seperti salju berwarna ungu terang. Udara sejuk yang bersih mengisi paru-paru Vierra, membantunya menjadi lebih rileks di saat dia sedang tergesa-gesa untuk melihat keadaan tunangannya.

Sang Pangeran dirawat di kamarnya di Istana Wisteria. Di sepanjang lorong menuju kamarnya, banyak orang mengirimkan karangan bunga dan pesan menyentuh berisi harapan-harapan mereka agar Sang Pangeran dapat segera pulih dan kembali seperti sedia kala. Tidak hanya para bangsawan dan teman-temannya yang mengirimkan bunga-bunga dan pesan itu, melainkan juga para rakyat dari berbagai daerah dan berbagai negara, bukti bahwa Sang Pangeran memang dipuja oleh semua rakyat. Semua mengharapkan kesembuhan Pangeran Frederick, namun semua yang Vierra lewati, orang-orang yang baru selesai menjenguknya berwajah murung.

Vierra mengatur nafasnya dan menyiapkan diri untuk melihat kondisi tunangannya saat ini.Dari yang dia dengar, sebelah kaki Sang Pangeran lumpuh. Dan seolah itu belum cukup untuk membuat Vierra menangis histeris, mereka juga memberitahunya bahwa monster laut itu memasukkan bisa beracunnya ke dalam tubuh Sang Pangeran. Vierra tak dapat membayangkan separah apa kondisinya saat ini. Tapi dari raut wajah para penengoknya, kondisinya pasti sangat buruk.

Vierra mengepalkan kedua tangannya, mengambil nafas dalam-dalam sebelum para penjaga membukakan pintu untuknya. Dia menahan air matanya, dan memastikan suaranya tidak bergetar saat memberi perintah pada para penjaga pintu kamar Sang Pangeran untuk membukakan pintu.

Pintu terbuka lebar tepat di hadapannya. Memberinya akses untuk melihat langsung ranjang Sang Pangeran di tengah ruangan luas yang dikelilingi jendela-jendela besar yang menghadap ke danau biru nan jernih. Pangeran Frederick terbaring di atas ranjang itu, menoleh ke arah Vierra.

Dia tidak sendirian di sana. Di dalam ruangan itu ada paman Leon, orang tua Frederick, dan Andromeda Navarro serta tiga pemimpin Klan lainnya. Mereka semua kini menujukan pandangannya pada Vierra yang berjalan masuk. Seiring tiap langkah Vierra, jantungnya berdetak dalam irama yang mencekam.

"F-Frederick..." Vierra gagal menjaga suaranya tetap stabil saat dia sudah semakin dekat. Kini dia bisa melihat tunangannya dengan lebih jelas.

Siapa pun yang menyampaikan pesan padanya tidak mendeskripsikan kondisi Sang Pangeran dengan detail. Atau mungkin mereka sengaja karena tidak ingin membuat Vierra khawatir.

Pangeran Frederick terkenal dengan ketampanannya dan kulit perunggunya yang sempurna tanpa bekas luka. Wajah tampan itu kini dihiasi dengan luka sayat yang melintang dari rahang hingga dahinya, melewati mata kanannya yang kini tidak dapat dibuka dan ditutupi dengan perban. Vierra memang tak melihat sekujur tubuh tunangannya karena tertutup oleh selimut, tapi dengan melihat tangannya saja dia tahu bahwa wajah Sang Pangeran bukan lah satu-satunya yang dilukai oleh monster laut.

Ini semua terjadi karenaku. Karena Thálassa ingin mendapatkanku. Elyan akan menjadi Raja Lautan, terkurung di dasar laut. Sementara Frederick terluka parah dan lumpuh. Dan banyak lagi yang harus menderita karena serangan monster laut serta bencana lainnya. Ini semua seharusnya tak perlu terjadi.

Empire Of The Seven SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang