Hari masih cerah meski langit telah berubah warna dari biru menjadi merah muda keemasan. Langit belum menggelap, tapi perjalanan mereka memang memakan waktu berjam-jam, dari pagi hingga sore. Hanya tersisa dua jam sebelum matahari benar-benar terbenam dan membangunkan para mayat hidup dari topeng kehidupan normal Pulau Terlarang.
Kami tidak terlambat. Berkat kereta kami tidak harus melawan mayat hidup malam ini.
"Aku senang kau memelukku." Elyan mulai meracau. Matanya hampir terpejam sedangkan kakinya tak bisa dipakai berjalan dengan normal. Akal sehatnya sedang tidur siang. Kulit Elyan yang kini sepanas lava membuat Vierra berharap dia memiliki kekuatan Naga Air alih-alih api warisan dari ayahnya.
Seandainya saja aku memiliki kekuatan yang bisa menyembuhkannya. Ibu dan ayah selalu dapat saling menyembuhkan dengan ciuman. Bukan berarti aku ingin mencium Elyan, aku hanya ingin dia cepat sembuh sehingga aku tak kerepotan seperti ini membawanya ke kapal sambil meladeni ocehannya.
"Aku tidak sedang memelukmu, Elyan." Protes Vierra, kesal. Meski begitu, dia tak berniat melepaskan Elyan dan menelantarkannya di jalan. Satu tangannya memegangi Elyan, sedangkan tangannya yang lain memegang Buku Tak Terbaca yang masih juga belum dia baca lagi sejak kejadian di kereta. "Aku sedang menyeretmu dari masalah yang lebih besar yang mungkin kita hadapi jika aku tidak melakukan semua ini untukmu."
"Tetap saja, aku senang." Elyan tersenyum lebar, matanya berkilauan—atau mungkin berair karena demam tinggi. Tangannya merangkul pundak Vierra, berpegangan agar dia dapat berjalan tanpa terjatuh. Dia mengamati Vierra dari dekat. "Kau cantik sekali... Kalau saja kau bisa sedikit saja bersikap lebih lembut padaku dan berhenti memelototiku seperti itu."
"Cukup, Elyan. Sekarang bukan saat yang tepat untuk membuatku kesal."
"Kau mengingatkanku pada nenekku." Elyan tertawa sendiri saat menyadari sesuatu, "Jenderal Irene juga nenekmu. Tentu saja kau mirip dengannya! Penggerutu, suka marah-marah, tidak bisa bersikap lembut pada pria dan selalu melotot tajam seperti hendak membunuhku dengan tatapannya." Dengan lebih lembut seperti sedang merindu, dia menambahkan, "Tapi sebenarnya dia baik, berhati lembut, penyayang, dan terlalu sering khawatir. Aku jadi merindukan nenek Irene. Apa kau tahu bagaimana kabarnya sekarang?"
Vierra hanya bisa bersabar mendengarkan semua ocehan Elyan selama perjalanan menuju kapal Raja Lautan. Demam tinggi benar-benar mampu membuat Kapten Raja Lautan yang memiliki kesan dingin dan kejam menjadi sangat menyebalkan dan menguras kesabaran baginya.
Nasser adalah orang pertama yang melihat mereka dari kejauhan—badannya yang tinggi besar memungkinkannya untuk memiliki jarak pandang lebih luas. Dia segera menyambut kedatangan mereka di Kapal. Diikuti dengan Nezha di belakangnya, Ortega yang menggandeng tangan kecil Yerome dan Estelle yang paling belakang segera menghambur ke arah Vierra yang berusaha membawa Elyan naik ke atas kapalnya.
Demam Elyan semakin parah sejak di kereta dan beberapa luka di kakinya mengalami infeksi parah hingga dia tidak dapat berjalan tanpa dibantu oleh Vierra. Seolah itu belum cukup, demam tinggi sepanjang perjalanan membuat Elyan terus meracau.
Jadi saat Estelle menanyainya, "Apa yang terjadi pada kalian?" Vierra tak bisa menjelaskan apa pun. Tubuh, pikiran dan emosinya terlalu lelah untuk dapat menjawab pertanyaan apa pun.
"Dia terluka, sangat parah. Ceritanya nanti saja, sekarang yang terpenting dia harus segera diobati." Kata Vierra, melirik ke arah Nasser.
Nasser membantu Vierra membawa Elyan dan meletakannya di kursi geladak. Raksasa Clera itu terpekik ngeri dalam bahasa Clera begitu melihat tubuh Elyan yang penuh luka setelah Vierra membuka kemeja yang dipakai Elyan untuk memperlihatkan luka-lukanya pada si ahli pengobatan bajak laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empire Of The Seven Seas
FantasiSeorang Ratu dalam pencarian, Seorang Bajak Laut yang kesepian, Dan Putri yang menghilang di antara tujuh lautan. Ketika takdir sedang mempermainkan mereka dan menyatukan mereka dalam petualangan untuk menemukan apa yang hilang dari diri mereka masi...