Chapter 43 : Drink The Moonlight

153 18 1
                                    

Pagi tak pernah terasa seindah itu baginya. Dengan cahaya matahari yang masuk melalui jendela kabin kapten, suara debur ombak dan tiupan angin laut yang berhembus pada layar-layar lebar, serta lengan Elyan yang memeluknya.

Sebelum ini mereka selalu memiliki jadwal tidur yang berbeda di atas kapal. Elyan akan tidur di siang hari dan terjaga sepanjang malam, sementara Vierra tidur di malam hari. Jadi saat akhirnya mereka terbangun di pagi yang sama, di atas ranjang yang sama, di bawah selimut yang sama, Vierra merasa pagi itu begitu sempurna.

"Selamat pagi." Sapa Vierra sambil tersenyum cerah saat melihat mata biru itu hanya menatapnya tanpa berkedip.

"Kau yakin?" Suaranya terdengar lebih berat dari biasanya karena baru saja terbangun.

"Yakin apa?"

"Kurasa ini belum pagi. Kurasa aku masih bermimpi."

Vierra tersenyum menahan tawa. "Aku suka teori baru ini. Baiklah. Jadi kau sedang bermimpi sekarang. Apa kau sebegitu seringnya memimpikanku?"

Tanpa diduganya, Elyan mengangguk. "Setiap aku memejamkan mata. Bahkan meski aku tidur di siang hari." Jawaban itu terdengar begitu serius.

"Dan aku tak berpakaian di mimpi itu seperti sekarang? Tidur di lenganmu seperti ini?" Dia kemudian mencium bibirnya, "Dan menciummu seperti ini?"

"Biasanya tidak sedetail ini." Dia membelai wajah Vierra. Menatapnya seolah khawatir jika dia berkedip sekali saja, Vierra bisa tiba-tiba menghilang. "Kali ini terasa nyata."

"Elyan, ini bukan mimpi." Dengan bisikan, dia menambahkan, "Semalam juga bukan mimpi."

Kata-kata itu membawa kembali ingatan semalam dan Elyan tersenyum karenanya, "Aku tahu..." Dia mengecup kening Vierra dengan lembut kemudian memeluknya erat. Jemarinya bermain-main dengan rambut panjang Vierra, "Tapi... untuk berjaga-jaga jika ternyata semalam hanya mimpi, mungkin kita memang memimpikan hal yang sama, kau tahu, kita bisa mengulanginya lagi." Dia pun mulai mencium leher Vierra.

"Tunggu."

"Apa?"

Vierra bangkit dari ranjang dan mencium Elyan dengan singkat. "Sayang, aku tidak boleh terlambat untuk latihan dengan Violet. Kau tentu sudah tahu guru ayahmu itu bagaimana. Aku tak berani membuatnya marah."

"Oh, benar..." ucapnya setengah melamun karena Vierra baru saja memanggilnya dengan sebutan 'sayang'. Kata-kata itu terus terngiang di benaknya sementara dia memperhatikan Vierra mencari-cari pakaian yang bisa dia kenakan sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Aku harus segera bersiap." Tangan Vierra sibuk memungut gaun yang tergeletak di lantai yang Elyan lepaskan semalam. Tapi dia tak yakin dapat memakai gaun itu lagi karena kini ada banyak kiss mark di lehernya dan gaun itu takkan membantu menutupinya. "Aku mungkin harus meminjam salah satu kemejamu."

"Tentu." Katanya, Elyan mengambilkan salah satu kemejanya dari lemari dan menyerahkannya pada Vierra. "Sayang sekali Nezha tidak sekaligus membawakan dayang-dayangmu untuk membantumu." Senyum nakal menghias wajahnya, "Tapi aku bisa membantumu bersiap."

***

Seorang Tsarina tidak berlutut di hadapan siapa pun. Tapi Vierra berlutut di hadapan wanita tua itu.

Guru berpedang pamannya bukan orang biasa. Beliau adalah Ratu pertama Westeria, wanita pertama dari Klan Reyes yang berkuasa, serta satu-satunya orang yang dipercayai Raja Zuidlijk untuk menjaga pedangnya sampai ada yang cukup kuat untuk menggunakannya demi tujuan mulia. Usianya lebih tua dari siapa pun yang masih hidup saat ini. Merupakan sejarah yang bertahan hidup. Dan wanita yang cerewet melebihi neneknya.

Empire Of The Seven SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang