Chapter 34 : Future Sorrow

131 16 0
                                    

Vierra membatalkan rapat paginya hari itu untuk mengobrol dengan putrinya yang datang dari masa depan. Dia meminta pelayan untuk membawakan dua porsi sarapan ke kamar dan bersantap pagi dengan Cordelia.

Langit merah fajar merekah sementara mereka berbincang sambil menikmati sarapan di kamar Tsarina. Piring-piring aneka sajian memenuhi meja. Aroma vanila dan kayu manis menguar dari masakan koki Istana, memberi suasana hangat di pagi hari yang dingin itu. Api di perapian kamar meretih, suhu panasnya mengalahkan musim dingin tanpa akhir dan salju yang kini mulai turun di luar sana. Terdengar suara perkakas makan dari emas yang beradu dengan piring-piring keramik serta gelas piala dari kaca yang berdenting begitu menyentuh permukaan meja yang bening, melatarbelakangi suara percakapan mereka. Cordelia makan dengan lahap, memakan semua makanan yang tak bisa dimakan oleh Vierra. Sup krim keju dan roti susu serta kue pie manis sebagai makanan penutupnya. Dia tampak menyukai aneka makanan manis itu.

Selera makannya sama seperti Elyan. Pikir Vierra. Dalam hati bersyukur bahwa putrinya lebih mirip ayahnya dalam segala aspek kecuali mata emeraldnya. Dia lebih banyak diam dan memperhatikan Cordelia makan dan bercerita mengenai masa depan mereka.

Vierra menebak bahwa gadis itu seusia dengannya, sekitar dua puluh tahun. Tapi Cordelia lebih tinggi darinya. Jelas sekali dia lebih mirip dengan Elyan. Mata Emeraldnya berkilauan di bawah lampu gantung saat Cordelia memperhatikan sekitarnya dan menceritakan apa saja yang berubah dari kamarnya nanti di masa depan. Kertas dinding yang bernuansa putih diperbarui, memberi efek lebih bersih seperti salju yang baru turun. Tirainya yang saat ini berwarna emas, di masa depan sudah diganti dengan tirai biru muda. Lukisan Vierra mengenakan mahkota di hari penobatannya yang ada di kamar itu, diganti dengan lukisan pernikahan Vierra dan Elyan.

"Jadi kami benar-benar menikah di masa depan?" Tanya Vierra begitu mendengar Cordelia dengan semangat mendeskripsikan betapa Vierra di lukisan itu tampak sangat cantik pada hari pernikahannya, dengan gaun putih, dan dihiasi permata sewarna mata Elyan, warna biru es.

"Ya." Jawab Cordelia, mengenang masa depan tempat asalnya.

Vierra tersenyum lebar, tampak bersemangat, "Kau punya berapa adik?"

Tapi Cordelia kemudian mengerutkan kening, "Aku anak tunggal." Jawabnya. "Ayah tinggal di lautan. Kau di Istana, di daratan. Kalian hidup terpisah, jadi bagaimana bisa aku memiliki adik?"

"Kami tidak bertemu sama sekali setelah menikah?" Tanya Vierra.

"Semuanya begitu rumit di masa depan, Ibu. Kalian tidak bisa sering bertemu."

Cordelia menceritakan tentang perjanjian Elyan dengan Ratu Lautan dan apa akibatnya di kemudian hari. Elyan menjadi Raja Lautan, menggantikan posisi Thálassa, terkurung di lautan kecuali pada malam bulan purnama. Namun pada saat itu, jika Elyan pergi ke daratan untuk menemui Vierra, akan banyak bencana yang terjadi seperti yang saat ini sedang menerpa Imperial. Banjir di mana-mana, permukaan air laut terus naik, ombak besar menghancurkan pemukiman di pesisir, beberapa sumber mata air surut, sumur-sumur mengering, serangan monster laut, dan lain sebagainya.

Dan Vierra mengerti jika semua itu mengakibatkan mereka kesulitan bertemu.

"Seminggu sekali?" Tanya Vierra, penuh harap.

Cordelia menggeleng.

Bahkan kami tak bisa bertemu seminggu sekali?

Vierra menghembuskan nafas panjang. Dia mencoba lagi, "Baiklah, sebulan sekali kalau begitu."

Cordelia tak langsung menjawabnya. Membuat Vierra harus menelan kekecewaannya, berusaha untuk tak memperlihatkannya pada putrinya. Di masa depan, dia memang menikah dengan Elyan, tapi untuk bertemu sebulan sekali saja hampir mustahil. Dan dia akan lebih banyak menghabiskan waktu tanpa Elyan. Sepadan kah semua itu? Benarkah itu masa depan yang dia inginkan? Vierra betanya-tanya sendiri dalam hati.

Empire Of The Seven SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang