Toxic - 7

381 41 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



- Happy Reading -

---

Sepasang tangan sejak dua jam yang lalu tidak berhenti menari di atas tombol-tombol keyboard. Dua matanya fokus menatap layar komputer. Sesekali bibir merah tipis itu tidak sengaja digigitnya kala yang dikerjakannya tidak sesuai. Hingga tak menyadari sosok tampan yang ada di hadapannya memperhatikannya dengan lekat.

Dua tangannya terlipat di depan dada. Tubuhnya bersandar di pinggiran meja kebanggannya dengan kedua kakinya menyilang. Memperhatikan wanita cantik di depannya yang sejak tadi tidak mendengar ajakannya untuk diajak pergi.

"Benar-benar tidak dengar atau pura-pura tidak dengar sih?" bibirnya sudah mengerucut gemas. Bibir yang sejak tadi berdecak sebal karena kekasihnya menghiraukan kehadirannya.

Baru saja hendak memprotes lagi, "Iya iyaa.. I'm done," jawab sang wanita. Kedua tangannya ditarik ke atas hingga menyebabkan punggungnya ikut melengkung ke depan.

"Uuuhh ..." desahnya. Tangannya yang terampil segera merapikan peralatan yang berserakan di atas meja kerjanya.

"Tuan Park saya sudah siap," ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya.

Jimin melebarkan senyumnya, segera menghampiri tubuh mungil di depannya.

"Ugh!" didekapnya tubuh itu dengan cukup erat.

"Sayang, sesak." Tangannya memukul pelan dada bidang Jimin. Tubuh kecilnya memberontak di dalam pelukan Jimin.

Jimin terkekeh gemas melihat wanitanya menggeliat ingin melepaskan diri dari pelukannya. Bukannya melepas Jimin justru mengeratkan. Kepalanya menunduk mencari sepasang manik indah yang sedang memohon untuk dilepaskan.

"Yena," panggil Jimin.

Wanita itu menghiraukan, justru bergerak semakin acak membuka rengkuhan kekasihnya.

"Sayaaaaang," panggilnya sekali lagi. Kemudian gerakan itu berhenti.

Dua mata indahnya menatap ke atas dan bertemu dengan dua manik kembar milik Jimin yang sudah menatapnya lebih dulu.

Masih di dalam pelukan erat sang kekasih, dua mata Yena terpejam perlahan ketika Jimin merendahkan kepalanya mengikis jarak keduanya.

Hingga di detik berikutnya Yena merasakan daging kenyal dan lembab menyentuh permukaan bibirnya. Matanya terpejam semakin kuat ketika bibir lain itu tidak hanya menyentuh tapi juga melumatnya pelan.

YERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang