Toxic - 33

321 29 6
                                    

---

Jimin Pov

Rasanya kepalaku pusing karena ada sesuatu yang tidak tuntas dan terpaksa ku tahan. Beberapa saat lalu aku masih bermanja-manja bersama Yeri dan sekarang aku sudah duduk di belakang meja besar bersama beberapa karyawan. Rapat penting yang mengharuskanku pergi meninggalkan Yeri sendirian di rumah yang sebenarnya masih sakit dan tidak mau ditinggal.

"Hana apa aku harus ke Jepang? Atau diwakilkan orang lain saja bagaimana?" tanyaku pada sekretarisku yang sedang sibuk menata jadwalku di ipad miliknya. Aku sedang mencoba menimang sesuatu. Tapi detik berikutnya aku harus menarik nafas panjang ketika melihat Hana menggeleng dua kali.

"Mr. Aoki sendiri yang meminta anda datang kesana."

Ada gemuruh di dadaku ketika mendengar nama satu negara itu. Negara yang meninggalkan bekas pahit hingga sekarang. Aku tidak akan berbohong, rasa sakit itu masih ada sampai saat ini. Kebencianku pada wanita masa laluku juga masih tersimpan hingga sekarang. Aku tidak akan bisa melupakan hari dimana aku merasa hancur melihat kekasihku bersama pria lain. Aku juga masih merasakan bagaimana pedihnya ketika aku baru tau bahwa selama ini Yena menduakan aku disaat aku memberikan seluruh hidupku untuknya.

"Kapan aku berangkat?" tanyaku dengan rasa malas. Sempat terbesit untuk mengajak Yeri menemaniku tapi biarlah kupikirkan nanti.

Hana menggeser layar ipadnya, "Lusa tuan. Tiketnya akan aku pesankan sekalian dengan pulangnya."

"Dua ya?" Hana hanya mengangguk tanpa bertanya lebih banyak. Mugkin sudah paham siapa yang akan aku ajak pergi.

Rapat yang kukira singkat nyatanya berlangsung selama beberapa jam. Begitu selesai, aku langsung memeriksa ponselku. Dan benar saja. Yeri sudah mengirimiku beberapa pesan.

Love :

/Janji tidak pulang malam?

/Sayang, kenapa mendungnya
gelap sekali?
Mau turun hujan ya?

/Sayang, ada petir. Aku takut 😢

/Sayang cepat pulang,hujannya mau turun.

/Sayang, takut ...

Aku langsung menoleh ke arah jendela. Aku baru menyadari kalau langit ternyata sudah berubah menjadi gelap. Padahal jam baru menunjukkan angka lima sore.

"Aku baru tau kalau sore ini mendung," kataku pada Hana.

"Iya tuan, sepertinya akan turun hujan."

"Hana, apa masih ada lagi pekerjaanku yang lain?" tanyaku pada Hana yang berada di ujung meja sedang merapikan pekerjaannya.

Hana menggeleng, "Sudah selesai tuan."

"Sudah jam lima. Aku harus pulang. Aku akan ke ruanganku dulu sebelum pulang. Kau bereskan ini ya?" Hana mengangguk patuh kemudian aku pergi meninggalkan ruang meeting.

Sambil berjalan menuju ruang kerjaku, aku membalas pesan Yeri agar dia tak perlu khawatir untuk menunggu sebentar lagi.

Sayang aku baru saja selesai./
Sekarang pulang.

YERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang