Toxic - 29

276 40 13
                                    

---

"Sejauh mana hubunganmu dengan dia?"

Pertanyaan yang Jimin tujukan pada Yeri begitu gadis itu keluar dari kamar mandi. Pria itu menatap dengan semburat kesal juga marah.

Yeri menghentikan gerakannya yang sedang menggosok rambut dengan sebuah handuk kecil. "Hubungan apa?" tanya Yeri. Gadis itu kebingungan.

"Dia siapa?" dahi Yeri mengernyit bingung. Lalu ia berjalan mendekati Jimin yang masih duduk di pinggir ranjang.

"Ada apa sih? Aku bingung—" Yeri mundur dua langkah ketika Jimin tiba-tiba menyodorkan ponselnya dalam kondisi sudah menyala.

Yeri menyipitkan kedua matanya untuk dapat melihat jelas tulisan yang ada pada layar ponselnya. Dan ketika ia membaca satu nama yang sangat ia kenal, Yeri menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya ia hembuskan perlahan.

"Itu ..." Yeri menggantung kalimatnya. "In Jae?"

"Iya aku tau, dia sudah menulisnya disini," sahut Jimin dengan tegas. "Sedekat apa hubungan kalian sampai dia harus mengabarimu nomornya yang baru?" Jimin menarik tangannya kemudian ia membuka kotak pesan itu sekali lagi.

Manik hitamnya naik turun membaca beberapa pesan di kotak masuk. Mengabaikan Yeri yang masih mematung tidak mengerti harus berbuat apa.

"Yeri, sepertinya ini baru kemarin." Jimin berkata tanpa melihat Yeri. Ia masih fokus membaca deretan percakapan Yeri dan In Jae di nomor lama pria itu.

Jimin mengangkat wajahnya, "Kemarin habis makan siang berdua?" tanya Jimin. "Kapan? Aku kok tidak tau." Jimin kembali menatap ponselnya, jarinya terus bergerak hingga tiba di pesan terakhir dan Jimin sudah tidak minat untuk membaca.

"Kemarin."

"Iya kapan? Kok aku tidak tau? Apa kau sudah ijin padaku? Tapi aku tidak merasa kau memberitauku," Jimin meraih ponsel miliknya sendiri dan membuka room chatnya bersama Yeri. "Kapan sih bilangnya?" ibu jari Jimin bergerak naik turun, mencarinya berulang-ulang.

"Tidak ada," jawab Yeri dengan lembut.

"Maksudmu?" Jimin menghentikan gerakan jarinya dan mendongak menatap Yeri yang masih berdiri beberapa senti darinya.

"Tidak ada pesan. Aku tidak mengirimu pesan." Yeri hendak meraih tangan Jimin namun pria itu justru menjauhkan tangannya.

"Tidak ada pesan bagaimana maksudnya?" Jimin meremas ponsel tipisnya. Kedua matanya mengikuti gerak Yeri yang sekarang sedang duduk di sampingnya.

Yeri menarik nafasnya dalam-dalam dan menghelanya perlahan, "Iya maaf, aku memang tidak bilang." Ada sesal di hati Yeri.

"Tidak usah disimpan nomornya," kata Jimin lagi. Kemudian ia menghapus pesan-pesan itu. Sedangkan Yeri hanya ikut melihat tanpa berbuat apapun. Toh ia juga merasa tidak perlu menyimpan nomor teman kantornya itu.

"Sayang ..." Yeri menahan langkah Jimin dengan mencekal lengannya tapi pria itu berhasil menarik tangannya kembali. "Sayang, marah?"

Yeri mendesah lagi ketika Jimin tidak menjawab. Pria itu melenggang santai masuk ke dalam kamar mandi setelah sebelumnya menarik satu jubah mandi yang masih baru.

YERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang