Jimin Pov
Gadis cantik di depanku ini tidak membosankan untuk kupandangi. Entahlah, aku terlalu bahagia karena berhasil mendapatkan dan menjadikannya satu-satunya kekasihku.
Aku sebenarnya bukan pria playboy yang bisa berpacaran dengan banyak gadis. Aku ini tipe pacar setia. Ketika aku jatuh cinta, maka seluruh hatiku akan kuberikan padanya dan tak menyisakan sedikitpun ruang di hatiku untuk orang lain.
Tapi Yeri mematahkan keteguhanku. Pertama kali melihat kedua matanya aku sudah jatuh cinta. Aku menyukai segala tingkah Yeri. Gadis cantik yang berhasil kupikat.
"Sayang, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Yeri ketika aku sedang sibuk memandanginya.
Aku menyelipkan beberapa helai rambutnya yang tertiup angin ke belakang telinga, "Mau tanya apa?"
Aku tidak tahan untuk tidak menciumnya. Jadi sebelum dia menjawab, aku mencium bibirnya dengan cepat kemudian mengusap satu sisi wajahnya dengan lembut sambil mendengarkannya berbicara.
"Kenapa saat itu kau menduakan kakakku?" gerakanku langsung berhenti ketika mendengar pertanyaan Yeri yang tiba-tiba. Beberapa saat kami hanya saling pandang, Yeri mengerjap menungguku menjawab. Sesekali alisnya terangkat karena aku tak kunjung menjawab.
Harus kujawab apa pertanyaan Yeri. Tidak mungkin aku mengatakan ini saran bodoh dari bosnya kepadaku kan?
Aku terdiam sejenak memikirkan jawaban apa yang kira-kira bisa meyakinkan Yeri.
"Kau terlihat menarik," aku benar-benar tak punya jawaban. Bodoh!
"Kalau nanti ada yang lebih menarik dariku?"
Sial! Aku terjebak.
Dengan lembut aku membelai wajahnya. Kembali menyelipkan helai-helai rambut yang menutupi sebagian wajahnya. "Tidak mungkin."
"Kau juga akan berselingkuh di belakangku?"
Oh Tuhan! Yeri benar-benar tidak mau berhenti. Gadis itu bahkan kini terlihat meragukan jawabanku.
Aku menggeleng dengan cepat. "Tidak. Yeri, apapun itu, tolong jangan meragukanku." Aku benar-benar tidak punya jawaban lagi. Hanya itu. Kalau kukatakan ini berawal dari saran konyol seorang Seok Jin hanya untuk membuktikan perasaanku pada Yena saat itu aku tidak bisa membayangkan bagaimana anggapan Yeri padaku.
Yeri memutar tubuhnya. Gadis itu terlihat sekali kalau meragukan jawabanku.
"Aku tidak berbohong," aku membawa tubuhku merapat dan menempel pada punggungnya. "Kau memang semenarik itu dan aku jatuh cinta padamu." Aku berusaha meyakinkan gadisku. Karena memang kenyataannya seperti itu. Aku jatuh cinta padanya. Hanya aku memulainya dengan cara yang kurang baik.
Yeri mengangguk. Entah kenapa dia mengangguk. Setuju dengan pernyataanku atau bisa menerima penjelasanku.
"Kita memulainya dengan cara yang salah," gumam Yeri. Dia menunduk. Seperti sedang menyesali sesuatu.
"Tidak," jawabku dengan cepat. "Aku. Hanya aku." Aku memang tidak pernah menyalahkan dirinya. Semuanya berawal dariku. "Hanya aku yang salah. Tolong pahami itu saja."
Aku meremas lembut pinggangnya kemudian memutarnya untuk menghadapku lagi. Sekarang, dua tatap kami bertemu. Wajahnya sendu jadi aku menangkup wajahnya dengan kedua tanganku.
"Kita sudah memulainya dengan benar, sayang." Aku mengatakan itu dengan sungguh-sungguh. Dengan menatap Yeri dalam-dalam. "Apa kau lupa kita memulainya dengan aku yang sendiri dan kau juga sendiri? Aku benar-benar menyiapkan hatiku hanya untuk kau tempati sendiri. Tanpa ada orang lain."

KAMU SEDANG MEMBACA
YERI
Fanfiction"Yeri...." Nafas hangat Jimin menyapa wajah Yeri yang dingin dan menyadarkannya kembali. Yeri menggeleng dengan dua mata yang sama-sama saling menatap. "Aku boleh melakukannya lagi?" tanya Jimin dengan suara yang semakin rendah dan menatap mata da...