Toxic - 16

438 43 20
                                    

- Happy Reading -



Kaki jenjang itu melangkah dengan percaya diri menuju ruang kerjanya. Dengan pakaian khas seorang sekretaris, Yena tersenyum senang saat menyusuri koridor kantornya. Wajah cantiknya tak berhenti menampilkan senyum saat berpapasan dan menyapa orang-orang.

"Nona Han," sapa seorang staff perempuan. "Ada apa kemari?"

Senyuman Yena mendadak hilang. Berganti kerutan di dahi hingga alisnya hampir menyatu.

"Tentu saja bekerja seperti biasa," Yena tetap menjawab meskipun bingung.

Staff perempuan tersebut sempat menggaruk pelipisnya sebentar. "Eum ... Apakah ... Tuan Park belum memberitahumu?"

Yena menggeleng. Namun hatinya sudah gusar. Rasa takut menyerang. Takut jika yang dipikirkannya benar-benar terjadi.

"Ruang kerjamu sudah dipindah di lantai bawah," terlihat sekali staff tersebut sedikit gelisah menyampaikannya.

Merasa tidak percaya, Yena berjalan dengan cepat menuju ruangan Jimin. Pintu kokoh itu dibukanya dengan kasar.

Degg!

Yena mengedarkan pandangannya. Menyapu setiap sudut ruangan Jimin yang sudah beberapa minggu ditinggalkannya. Maniknya mengabsen semua barang. Meja dengan tumpukan kertas di atasnya, kursi putar milik Jimin, lemari, rak, cermin, gantungan baju, bahkan sofa masih di tempat biasanya.

Namun dua manik itu tiba-tiba terasa panas ketika melihat sudut yang sangat Yena hafal disitu letak meja dan kursinya. Sekarang sudut itu sudah berganti dengan deretan rak kaca dengan berbagai macam pajangan cantik di dalamnya.

Jimin benar-benar menginginkannya pergi. Kedua tangan Yena mengepal kuat di sisi tubuhnya. Dengan cepat Yena mengusap sudut matanya yang basah kemudian menutup kembali pintu ruangan Jimin.

"Dimana Jim— eh maksudku tuan Park?" tanya Yena.

"Pagi ini tuan Park ada meeting di luar. Sepertinya nanti siang baru ke kantor. Mau ku antar ke ruanganmu nona Han?"

"Tidak! Aku akan menunggu Tuan Park disini."


Seandainya Yena tau, sepulang Jimin dari Jepang saat itu juga Jimin memberi perintah kepada staffnya untuk memindahkan semua barang milik Yena dari dalam ruang kerjanya. Lagipula siapa yang mau satu ruangan dengan seorang mantan?

Jimin mencoba terbiasa tanpa Yena. Duduk sendiri di balik meja, menatap pajangan-pajangan cantik yang sengaja Jimin beli mendadak. Jimin membiasakan dirinya tak lagi menatap Yena yang sibuk bekerja atau Yena yang terkadang menggodanya hanya untuk segera pergi mencari makan siang.

Jimin memang lemah jika bersama Yena. Tapi itu kemarin. Satu hari sebelum Jimin tau jika Yena adalah istri kedua dari seorang relasi bisnisnya. Kejamnya lagi, Yena menikah saat dirinya juga memulai hubungan dengan Jimin. Jimin tertawa pedih mendengar penjelasan dari Yena.

Malam dimana Jimin tertinggal pesawat terakhirnya, Yena benar-benar menggunakan kesempatannya untuk menjelaskan banyak hal.


YERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang