Toxic - 27

394 42 7
                                    

Pagi ini kalau ada pemandangan yang menggelikan, sudah pasti itu Jimin dan Yeri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini kalau ada pemandangan yang menggelikan, sudah pasti itu Jimin dan Yeri. Hari pertama pertama mereka jadian sudah disuguhi dengan sesi pelukan di pagi hari yang sudah berlangsung sepuluh menit lamanya. Dimana Yeri yang semalam berakhir tidak pulang ke rumahnya dan menginap di rumah Jimin.

"Sayang, aku hampir terlambat."

Jimin masih mengabaikan rengekan Yeri yang berasal dari dalam dekapannya. Justru ia semakin mengeratkan pelukannya karena Yeri mulai bergerak berusaha untuk melerai kedua tangannya. "Nanti aku antar."

"Tidak. Aku berangkat sendiri seperti biasanya," Yeri akhirnya berhenti bergerak. Memasrahkan tubuhnya untuk didekap lebih dalam oleh Jimin.

"Tapi kenapa masih rindu ya?" Jimin meraih ponselnya yang ada di atas ranjang meskipun dengan posisi tetap memeluk Yeri ia sedikit kesulitan berjalan. "Hmm apa aku hubungi Jin hyung saja ya," kata Jimin sambil menekan layar ponselnya dengan satu tangannya.

"Ha?" Yeri menoleh dengan cepat ke arah ponsel Jimin yang sudah menyala. Matanya membelalak sempurna ketika ibu jari Jimin menggulir deretan nama di buku telepon. "Tidak usah!" dengan cepat Yeri meraih ponsel yang Jimin pegang.

"Sayaaang."

"Tidak!" tukas Yeri sambil menekan tombol kembali pada ponsel Jimin dan Jimin membiarkannya. Tangannya justru kembali melingkar di pinggang Yeri seraya kepalanya ia tenggelamkan di ceruk leher Yeri yang tertutup rambut tebalnya.

"Sudah ya, aku tidak boleh terlambat nanti tuan Kim marah."

Jimin seketika menjauhkan wajahnya. "Apa? Tidak ada yang boleh memarahimu. Awas saja." Jimin masih melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Yeri. Sedangkan gadis itu kembali berusaha untuk keluar dari dekapan Jimin sebenarnya sungguh sangat nyaman.

"Aku yang antar atau tidak berangkat," kata Jimin setelah melepaskan pelukannya dan berjalan ke arah sofa. Menduduki dirinya di atas sofa panjang sembari menatap Yeri yang sedang bersiap.

Pria dengan rambut berwarna abu-abu itu menatap penuh cinta pada gadis yang kini sedang kebingungan mencari ponselnya yang entah terselip di mana. Jimin tertawa ketika melihat Yeri membolak balik bantal juga selimut yang baru saja ia tata dengan rapi.

"Ponselmu disini sayang," goda Jimin sambil memutar ponsel hitam milik Yeri di antara jari-jarinya. "Aku yang antar!" Jimin mengangkat tangannya tinggi-tinggi saat Yeri hendak mengambil ponselnya.

"Iya iya," sahut Yeri dengan cepat.

Jimin masih betah menatap Yeri yang sedang memoleskan pewarna bibir. Jari-jarinya yang lentik merapikan rambutnya yang sebenarnya tidak terlalu berantakan. Tak lupa ia meraih blazer berwarna abu-abu yang ia sampirkan di lengan kirinya. Jimin tersenyum, "Jadi begini kesibukanmu setiap pagi."

"Ayo sayang ..." Yeri mengulurkan tangan kanannya untuk Jimin genggam.

Setelah melewati pertimbangan yang tidak sebentar, pada akhirnya Yeri mengiyakan ajakan Jimin untuk memulai hubungan mereka secara resmi.

YERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang