44 - Aku, Duniaku, dan Isinya!

328 22 11
                                    

.

.

.

I love u ...

Jimin memainkan jari-jari lentik Yeri lalu menciumnya sesekali. Jari-jari yang cantik dengan sebuah cincin berlian melingkar di salah satu jarinya.

"Milikku ..." Gumam Jimin.

"Siapa?"

Jimin membenamkan wajahnya di ceruk leher Yeri semakin dalam tanpa melepas genggamannya pada satu tangan Yeri. "Kau!" kata Jimin berbisik. "Ini semua," Jimin membawa satu tangan Yeri ke atas kepala lalu menahannya. Sedangkan satu tangannya yang lain bergerak mengelus tubuh polos Yeri, "Semuanya milikku ..."

Yeri mendesis lirih saat Jimin menghirup kulit lehernya yang lembab. "Iya-iya semua milik Jimin. Lalu aku punya apa?"

Jimin menjauhkan wajahnya lalu memperhatikan Yeri dengan serius. Menatap kedua maniknya dengan begitu dalam seolah tidak terima dengan pertanyaan yang baru saja Yeri lontarkan.

"Tentu saja kau memilikiku sayang," Jimin menyingkirkan rambut-rambut halus yang terjatuh di atas wajah Yeri dengan jarinya. "Kau tidak sendirian dan tidak pernah sendirian. Kau punya aku."

Jimin masih menangkup sisi wajah Yeri dengan satu tangannya. Menahan wajah itu agar tetap menghadapnya. "Jangan pernah menanyakan itu lagi!" Perintah Jimin dengan tegas. "Kau-punya-aku!"

Yeri mengulas senyumnya. "Beruntung sekali Han Yeri," Yeri mengerjap lemah. Tepat di saat Jimin mencium bibirnya dengan lembut, air mata yang membendung sejak tadi mulai menitik.

"Kau akan menjadi wanita paling beruntung sedunia. Karena memilikiku. Dan aku adalah pria paling beruntung sedunia karena berhasil menggenggam duniaku," kata Jimin sungguh-sungguh.

Di balik selimut tebal berwarna putih kecoklatan itu Jimin bergerak merapat pada Yeri yang pasrah menerima semua sentuhannya.

Yeri kembali memejam seraya menggigit bibir bawahnya ketika Jimin meletakkan satu tangan di atas dadanya lalu perlahan mulai meremasnya dengan lembut.

Sentuhan lembut yang meninggalkan jejak hangat di tubuh keduanya membuat mereka akhirnya melupakan alarm yang sudah berbunyi untuk ke lima kalinya.

Hari ini sudah pukul sepuluh malam tapi tidak ada satupun dari keduanya yang beranjak dari ranjang besar itu. Bahkan mereka menggulung tubuhnya semakin rapat dan erat.

Jimin menaikkan suhu AC di kamarnya hanya untuk membuat tidur kekasihnya semakin nyaman.

Tidak, Yeri tidak tidur. Dia hanya berbaring karena kelelahan sekaligus merasa lapar.

"Lapar ya?" Tebak Jimin seolah tau yang dirasakan kekasihnya. Tangannya terus mengusap kepala Yeri penuh sayang.

"Mau jalan-jalan malam?" Ajak Jimin yang disambut anggukan cepat oleh Yeri. "Lihat! Bersemangat sekali kalau jalan-jalan."

Yeri mengulas senyumnya lalu berubah menjadi sebuah ringisan karena merasa terlalu senang. "Mandi bersama?" Bisik Yeri.

"Satu pelepasan lagi?" Bisik Jimin tak kalah lirih.

Yeri meringis gemas lalu mencubit perut berotot milik Jimin dan berhasil membuat pria itu mendesis kesakitan.

"Padahal ini tadi kau cium, sekarang malah dicubit. Ayo cium lagi biar sembuh!" Rengek Jimin pura-pura.

Yeri memutar tubuhnya menjadi tengkurap. Satu tangannya melingkar di atas perut rata Jimin lalu perlahan bergerak ke bawah. Hingga jemarinya menyentuh satu titik sensitif, Yeri menyeringai.

YERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang