Toxic - 5

387 44 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



- Happy Reading -

Jangan lupa follow > vote > comment


Minggu pagi yang tak biasa untuk laki-laki berparas tampan, bermata sipit, dan berbibir tebal. Jika hari Minggu di minggu-minggu sebelumnya Jimin hanya akan tidur sepanjang hari atau bermain game, berbeda dengan hari ini.

Senyumnya mengembang sejak sepuluh menit lalu saat ia berdiri di balkon apartemennya. Tempatnya berdiri sekarang menghadap ke taman.

Padahal setiap hari juga Jimin berada disini. Berdiri di tempat yang sama. Dan menghadap ke arah yang sama. Tapi kok Jimin tidak tersenyum ya? Biasa saja tuh.

Manik kembarnya terus menatap atensi cantik yang ada di taman. Padahal jauh, tapi mata elang Jimin dapat menemukan mangsanya. Memandang penuh damba pada gadis yang sedang memeluk seekor anjing yang lucu.

Ingin jadi anjing kecil itu agar bisa dipeluk olehmu.

Omongan macam apa itu. Jimin menggenggam cangkir cokelat panasnya, menyesapnya perlahan. Rasanya berkali-kali lipat menjadi sangat manis dengan kehadiran si cantik Yeri disana.

Tunggu!

Sejak kapan berubah jadi si cantik? Bukan gadis nakal lagi? Ck! Dasar Jimin. Kalau ada seseorang di samping Jimin pasti akan berpikir Jimin sudah gila karena senyum-senyum terus dari tadi.

Tapi beberapa saat kemudian Jimin dibuat kesal oleh kehadiran seorang laki-laki yang ikut berjongkok di samping Yeri. Entah sedang berbicara tentang apa, tapi Jimin tidak suka. Lalu pakaian Yeri. Oh shit! Lihatlah baju model crop top yang Yeri kenakan. Memperlihatkan hampir separuh tubuh atasnya. Ingin rasanya Jimin menyelimuti dengan selimutnya. Heol! Belum apa-apa sudah posesif ya tuan muda Park. Kekesalan Jimin bertambah ketika Yeri berdiri dan ikut pergi bersama laki-laki itu.

Merusak mood saja.

Jimin menyeret tungkainya masuk ke dalam kamar. Tangan dan kedua matanya bekerja sama bergerak mencari ponselnya. Jimin menghela nafasnya dengan kesal begitu menghubungi sebuah nomer yang angkanya sudah sangat dihafalnya namun tidak terhubung. Seperti biasanya. Selalu begini. Jimin hanya bisa mendengus kesal, kemudian melempar ponselnya ke atas ranjang.

Sebenarnya Jimin sudah menebak bahwa hari Minggunya akan selalu seperti ini. Tidak ada kehadiran sang kekasih yang sangat dicintanya. Kemana Yena? Jimin akan menjawab tidak tau. Karena memang dia tidak tau. Jawabannya akan dia dapat di hari Senin.

Jika kebanyakan pasangan kekasih menghabiskan akhir pekannya untuk menghabiskan waktu bersama, tidak dengan pasangan Jimin dan Yena. Sekalipun Jimin tidak pernah merasakan itu. Berkencan di malam minggu justru menjadi impiannya hingga saat ini. Malam minggunya akan selalu berakhir di klub malam dan berakhir menghabiskan hari Minggu di dalam apartemen. Miris.

YERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang