***
"Harusnya aku tidak membiarkan In Jae membuatmu cemburu."
Memang harusnya seperti itu yang Yeri lakukan sejak kemarin. Tanpa ia sadari, yang ia lakukan membuat In Jae bersikap seenaknya. Menganggap semua reaksi dan sikap Yeri adalah semata-mata karena memberinya harapan. Yang sesungguhnya harapan itu tidak ada.
Kesalahan yang harus Yeri sesali saat melihat bagaimana Jimin memperlakukannya. Bagaimana Jimin selalu menganggapnya ada yang selalu menjadi nomor satu. Bagaimana Jimin selalu berusaha membuat Yeri untuk tidak merasakan sendiri.
Satu lagi yang Yeri sadari, Jimin tidak membiarkannya cemburu pada teman-teman Jimin. Seistimewa itu Yeri untuk Jimin.
"Maaf ya?" Yeri melingkarkan kedua tangannya di atas perut Jimin dengan wajahnya yang sedikit terangkat ke atas. "Kau pasti kesal sekali."
Jimin baru saja keluar dari kamar mandi masih berbalut handuk tapi Yeri dengan wajah sedihnya sudah menghambur lebih dulu.
"Hey, ada apa sayang?" tanya Jimin setelah membalas pelukan Yeri. "Hari ini kita pulang, kenapa belum bersiap?" dua tangan Jimin terangkat untuk menangkup wajah kecil Yeri dan meremasnya pelan. "Pagi-pagi sudah sedih, ada apa?"
"Maaf kalau sudah menyakiti hatimu—"
"Kau sudah meminta maaf semalaman sayang, ada apa lagi?"
Karena Yeri tak kunjung menjawab, Jimin menanamkan ciumannya dalam-dalam. Dua tangannya masih menahan wajah Yeri untuk terus terangkat, memudahkan Jimin menciumi gadisnya.
Tubuh keduanya bergerak. Jimin terus berjalan maju membawa Yeri menuju ranjang yang sudah dirapikan.
Jimin terus menahan tubuh Yeri dengan kedua tangannya. Tidak membiarkan gadis itu lepas dari pelukannya. Sedangkan ciuman yang awalnya hanya di bibir kini sudah bergerak menjelajah turun. Leher jenjang Yeri menjadi santapan Jimin di pagi ini. Aroma manis yang berasal dari tubuh Yeri membuat Jimin semakin menggila.
"Sayang jangan gigit—" rintihan Yeri tertahan karena Jimin menyesap lehernya terlalu kuat. Jimin terus meninggalkan jejak basah yang tak jarang membekas merah.
Tangan Yeri yang semula melingkar di atas pinggang Jimin bawa ke atas, mengalung di lehernya.
Jimin tersenyum puas saat tangannya berhasil menyisip masuk ke dalam kemeja longgar yang Yeri kenakan.
"Aah!" Yeri gagal menahan suaranya karena Jimin sudah meremas lembut satu dadanya yang masih berbalut bra.
"Pagi-pagi sudah menggodaku, kau harus bertanggung jawab." Jimin menarik tangannya lalu membuka satu per satu kancing kecil pada kemeja Yeri dengan buru-buru.
Lolos sudah pakaian atas Yeri. Menyisakan bra juga jeans panjang yang kancingnya ternyata sudah terlepas entah sejak kapan.
"Aku--hanya minta--maaf," ucap Yeri terbata. Ia terlihat begitu kesulitan menghadapi perlakuan Jimin yang semakin menggila setelah berhasil melepas celana jeans yang Yeri pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
YERI
Fanfiction"Yeri...." Nafas hangat Jimin menyapa wajah Yeri yang dingin dan menyadarkannya kembali. Yeri menggeleng dengan dua mata yang sama-sama saling menatap. "Aku boleh melakukannya lagi?" tanya Jimin dengan suara yang semakin rendah dan menatap mata da...