Toxic - 38

297 33 24
                                    

Kuatin hati kalian karena konflik Jim-Ye masih panjang.

Happy Reading :)



Happy Reading :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelah.

.

.

.

Jimin kira semua sudah selesai. Semua sudah berakhir. Pertengkaran mereka, kesalahpahaman mereka, rasa saling tidak percaya mereka, Jimin kira sudah selesai.

Tapi ternyata Jimin lagi-lagi dibuat kecewa ketika Yeri memaksa untuk menemui In Jae ketika pria itu mengatakan akan kembali ke Seoul lebih dulu.

"Aku tidak suka."

"Kenapa? Kami hanya berpamitan," Yeri menyisir rambutnya yang basah. Ia baru saja selesai mandi setelah Jimin membuatnya banyak berkeringat di pagi-pagi buta. "Ayolah ..." Yeri memutar tubuhnya. Ia sedikit mendangak karena Jimin berdiri menjulang sambil menatapnya dari atas. "Hubungan kami hanya—"

"Teman!" Jimin menatap tegas pada Yeri yang masih terus menatap dan memohon padanya. "Kau menganggapnya teman. Tapi tidak dengannya."

"Jim ..." dua lengan Yeri melingkar di pinggang Jimin. "Aku hanya berteman dengannya. Dia sudah begitu baik padaku. Aku tidak enak jika mengabaikannya begitu saja. Kau mengerti kan?" kali ini Yeri menempelkan wajahnya pada perut Jimin yang rata. Ia merasakan bagaimana jantung kekasihnya itu berdetak begitu cepat. Tanda bahwa kekasihnya menahan marah.

"Lagipula dia juga tau kalau aku sudah berbaikan denganmu."

"Kau sudah menolaknya?" pertanyaan Jimin membuat Yeri tercenung. Ia baru ingat jika pria yang ia anggap teman itu sudah menyatakan perasaan padanya beberapa kali dan ia belum memberikan jawaban.

"Bagaimana? Sudah menolaknya atau belum?" tanya Jimin lagi dengan nada menyindir. "Atau jangan-jangan karena tidak enak kau belum memberinya jawaban?"

Tepat.

Kalimat sindiran Jimin tepat mengenai hati Yeri. Dengan cepat gadis itu melepas pelukannya. Seolah ia tau rayuannya bisa dipastikan tidak akan berhasil. Tubuhnya hendak berbalik namun Jimin menahan kedua bahunya dengan cepat.

"Katakan padaku!" Jimin menatap kedua mata Yeri dalam-dalam, "Kau menyukainya?"

"Tidak! Bagaimana bisa kau menyimpulkan hal itu Jim. Itu tidak benar," sahut Yeri dengan cepat dan tegas. "Aku hanya menganggapnya teman. Tidak lebih dari itu!" Yeri mulai meninggikan suaranya. Gadis itu mendorong tubuh Jimin dengan kasar setelah berhasil menepis kedua tangan Jimin yang menahan bahunya. "kau terlalu cemburu sampai kau buta tidak bisa membedakan mana teman mana bukan!"

"Aku tidak buta Yeri!" Jimin menahan kedua lengan Yeri yang memukul dadanya. "Apa kau terlalu bodoh untuk membedakan mana yang ingin berteman denganmu dan mana yang menyukaimu?"

YERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang