Toxic - 34

286 37 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Pagi ini Yeri terbangun dengan kondisi yang sangat berantakan. Rambut kusut, wajah yang belum tersentuh air sejak kemarin, serta pakaian yang masih sama sejak ia meninggalkan rumah Jimin. Benar-benar penampilan yang mengenaskan.

Kejadian semalam memang di luar kendali Yeri. Entah kenapa hanya mendengar Jimin menerima telepon dari sekretarisnya, Yeri sudah kebingungan hingga mengikuti setiap langkah Jimin di sekitar rumah. Yeri mendadak menjadi posesif.

Sempat merengek minta untuk tidak ditinggalkan, Yeri terus menempel pada Jimin yang sedang bersiap. Namun kali ini Yeri harus mengalah pada Hana karena sekretaris Jimin itu benar-benar tidak memperbolehkan Jimin untuk melewatkan pertemuan pentingnya dengan beberapa karyawan. Jadi dengan sedikit kesal Yeri melepas kepergian Jimin yang terus ia selipkan kalimat jangan pulang malam atau jangan lama-lama yang hanya Jimin respon dengan anggukan kepala serta senyuman.

Ketika cuaca perlahan berubah menjadi gelap disertai suara petir yang terdengar bergantian, Yeri mulai merasa gelisah. Berkali-kali gadis cantik itu melihat jam di ponsel serta membuka dan menutup kotak pesannya berulang kali hanya untuk melihat Jimin sudah membaca pesannya atau belum.

Gelisah Yeri semakin menggila ketika Jimin tak kunjung pulang hingga melewati jam makan malam. Tubuh demam, kepala pusing, suara petir dan hujan adalah paket lengkap yang menyerang Yeri malam kemarin. Jadi ia memberanikan diri untuk mengirim pesan berkali-kali pada Jimin. Namun pria itu seolah tidak peduli, semua pesan Yeri tidak ada satupun yang terbaca. Panggilan telepon juga tidak ada yang Jimin terima.

Yeri yang mondar mandir di ruang tengah dengan kepala yang semakin berat masih berusaha untuk yakin dan percaya bahwa Jimin akan membalas pesannya. Atau mungkin tiba-tiba Jimin pulang dengan wajah khawatir. Yeri masih membayangkan hal itu terjadi.

Yeri terus berjalan kesana kemari berputar mengelilingi meja makan. Ponsel yang nyaris kehabisan daya juga masih ia nyalakan terus menerus. Menelpon nomor Jimin yang baru saja dalam keadaan mati.

Hingga akhirnya frustasi itu memuncak ketika Yeri yang tiba-tiba bahagia karena mendapat pesan masuk namun mendadak pening ketika bukan Jimin sebagai pengirimnya melainkan Yena. Kakak perempuannya yang sudah lama tidak terdengar kabarnya.

Yeri semakin menggila ketika mengetahui bahwa Jimin sedang berdua bersama Yena. Berbagai hal buruk terlintas dan berputar di kepala Yeri. Membuat kepalanya yang sudah pening semakin sakit dan nyeri.

Yeri menyerah.

Menyerah untuk banyak hal. Menyerah untuk tidak menghubungi Jimin lagi. Menyerah untuk tidak mengecek kotak pesan lagi. Menyerah untuk menunggu Jimin.

Yeri menyerah pada hubungannya bersama Jimin malam ini juga.

Jadi tepat di saat ia menghela nafas panjangnya yang kesekian kali, Yeri memutar tubuhnya memasuki kamar. Ia mulai membereskan semua barang miliknya, memasukkan ke dalam satu tas yang kemudian ia sampirkan di bahu kiri.

YERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang