Toxic - 39

291 34 7
                                    

.

.

.

Ini hari ke tiga Yeri masih berada di Jepang karena Jimin tidak mengijinkannya pulang lebih dulu. Lagipula dia sudah mendapatkan ijin dari Seokjin untuk berlibur selama yang Jimin mau.

Ya, selama yang Jimin mau.

Karena ini semua atas kemauan Jimin. Pada akhirnya Yeri hanya bisa menuruti semua permintaan Jimin tanpa bisa ia tolak.

In Jae sudah lebih dulu kembali ke Seoul tanpa sempat bertemu Yeri seperti permintaannya kemarin.

Saat itu Yeri mempertimbangkan kembali pilihannya untuk menemui In Jae atau tidak. Dia mempertimbangkan lagi bagaimana perasaan pria yang tidak pernah ada bosannya memintanya untuk kembali. Yeri lebih memilih untuk tidak menemui In Jae meskipun Jimin sempat menawari untuk mengantarnya.

Setelah Yeri pikir lagi, hubungannya bersama Jimin baru saja membaik. Terbukti dari dia yang lebih mempercayai Jimin daripada kakak perempuannya.

Kakak perempuan yang sudah ia lepas dengan berat hati.

Yeri menyesap kopinya satu kali setelah sebelumnya ia menghirup aroma kopi itu dalam-dalam. Padahal tubuhnya masih berbalut bathrobe. Tapi aroma dari kopi yang Jimin bawa menggodanya lebih dulu untuk segera dicicipi.

"Kenapa belum ganti baju?" tanya Jimin yang sudah berdiri di belakang Yeri. "Katanya mau ikut aku?" Jimin menurunkan baju Yeri hingga sebatas lengan lalu mengecup bahu telanjang itu dua kali.

"Iya sebentar," Yeri meletakkan cangkirnya kemudian berbalik namun masih berada dalam jangkauan kedua tangan Jimin.

"Tunggu sebentar yaaa tuan tampan," Yeri berjinjit untuk memberikan kecupan singkat di bibir Jimin lalu bergegas masuk untuk mengganti pakaiannya.

Yeri bersenandung riang karena Jimin mengajaknya pergi. Sebenarnya tidak sepenuhnya jalan-jalan karena Jimin sedang bekerja. Yeri hanya menemani saja. Tapi bonusnya, Yeri jadi bisa berkeliling di negara yang baru pertama kali ia kunjungi ini.

"Baju ini bagaimana?" Yeri memperlihatkan penampilannya pada Jimin yang masih duduk di teras balkon. Pria itu tampak sedang menikmati sarapan pagi dan menghabiskan kopi.

Jimin memperhatikan sejenak, melihat penampilan Yeri dengan ekspresi yang sengaja ia buat sedikit dramatis. Ibu jari dan jari telunjuknya mengusap di sekitar dagu. Pandangannya fokus naik turun seolah-olah hendak menilai penampilan Yeri yang kini berdiri dengan gelisah.

"Kenapa? Kurang pas ya?" Yeri menunduk berusaha melihat sendiri bagaimana gaun coklat itu sebenarnya menjuntai cantik di tubuhnya. Tapi melihat tatapan Jimin yang entahlah sepertinya tidak terlalu suka, Yeri jadi ragu.

"Coba sini," Jimin mengeluarkan kedua kakinya dari balik meja, menghadap Yeri yang berjalan ke arahnya.

"Duduk sini," tanpa menunggu jawaban, Jimin menarik pinggang ramping itu hingga terduduk di atas satu pahanya yang terbuka.

"Aaah ..." desahan Jimin membuat Yeri terkejut lalu memukul lengannya dengan cukup keras.

"Sudah pas sayang," Jimin tertawa setelah berhasil menggoda Yeri. "Salah sendiri pagi-pagi sudah menggoda."

"Siapa yang menggoda. Kepalamu saja yang isinya aneh-aneh."

Jimin sudah melepaskan Yeri setelah sekali lagi berhasil membuat Yeri harus menerima ciumannya yang panas. Membiarkan gadis itu menjauh untuk memperbaiki make up.

"Apapun yang kau pakai, sudah pas sudah cantik."

"Tidak usah menggombal!" pekik Yeri dari dalam yang terdengar begitu kesal karena Jimin tidak berhenti tertawa.

YERI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang